tiwifl || 01
Satu, katanya
Now playing: Popcorn and Smoothie by Victor Ray (ini lagu kakak buat adik sih, tapi gapapaa, aku ngerasa bisa diubah objeknya jadi siapa aja huhu)
Happy birthday, I know I forgot
Did your mum say I'm working nights?
Now I know that you'll hear this a lot
But I promise I'll make it right
But how is school?
Do you need new shoes?
I heard you're getting taller
And I know that it feels like a while
But on Saturday morning, I'll call you
[Chorus]
Maybe I could take you to the movies
You could get some popcorn and a smoothie
Sit next to me
Oh, 'cause I just wanna get to know you
Maybe I could meet you at the school gates
And take you to the park before it's too late
Is that okay?
I can explain why I'm only here sometimes
Oh, only here sometimes
[Verse 2]
Are you eating and sleeping enough?
Is thеre something you love to do?
Is it еasy for you to make friends?
Do you have to pretend you're cool?
Do you act like a saint?
Do you always complain?
Or drive your mother insane like me?
Do you wonder why I'm not around?
Do you even remember me?
"Berapa lama lagi waktu yang kita punya, Rey?"
"Uhmm ... 20 minutes. Is that enough?"
"Nggak ada kata enough buat ngobrol sama kamu, Rey. Papa perlu waktu seumur hidup. Kalau bisa tanpa jeda, buat ganti semua yang terbuang sia-sia."
"You're so sweet. Tapi kita nggak boleh serakah, Mama selalu kasih tahu aku nasehat itu, you know, kita harus bisa melatih diri kita buat ngerasa cukup."
"She raised you well, Sayang."
"Yeah, they did."
Papa mengangguk. "They did. Papa Amar beneran memperlakukanmu dengan baik, kan? Kamu tahu kamu bisa bilang ke Papa apa pun, termasuk hal-hal yang kamu ngerasa takut buat bilang ke Mamamu."
"Oh, Papa, aku lama-lama bete deh ini, kalau setiap kita ketemu, waktu kita separuhnya abis buat review dan samain perspektif tentang baik-buruknya Papa Amar. I told you a million times, he's a good man. Good husband buat Mama. kalau yang dimaksud memperlakukanku dengan baik adalah anggap aku seperti anaknya, yes, dia nggak pernah canggung buat tegur aku kalau aku salah, nasehati aku buat sesuatu yang aku masih kurang familiar. That's what fathers do, right?"
"I'm so jealous of him, Rey. Dia yang menyaksikan setiap cm tinggimu nambah, berat badanmu nambah, kosa katamu makin banyak, dan mungkin dia juga yang ikut rayain pertama kali cinta pertamamu, patah hati pertamamu."
"Papa masih bisa join tim kok." Aku menyeringai. "Of course sebagai member rahasia. Cuma kita berdua. Papa, aku bangga dan sayang sama Papa Amar, itu nggak bisa dipungkiri. Karena seiring pertumbuhanku, yang aku tahu, dia adalah sosok papa di masa itu. I love him. Tapi aku juga udah tahu, aku ternyata bukan cuma punya Papa Amar, aku punya Papa Aji sebagai ayah biologisku. Yang sekarang di depanku ini. Aku udah dengerin semua versi Papa dan aku nggak benci Papa. Aku sayang Papa, aku tahu kenapa Papa nggak ada di sana. It's okay, masa lalu biar kita lewati."
"Kamu beneran udah nggak bisa disebut 'my baby', kan?"
Aku memutar bola mata. "C'mon, I'm not a baby anymore. Lupa, ya, aku baru ulang tahu ke dua puluh enam."
"Mungkin karena waktu kita belum banyak, Papa masih harap kamu sekarang masih enam tahun."
"Gimana kalau aku kasih cucu aja?"
Papa Aji tergelak. Di wajahnya, terlihat ekspresi ketidakmungkinan. Entah karena dia sungguh tidak percaya, aku dengan usiaku sekarang sudah bisa memberinya cucu sungguhan atau itu hanya karena dia merasa belum siap melihatku memiliki keluarga sendiri. Menjadi seorang istri. Seorang ibu.
Tapi satu hal yang pasti, yang bisa aku pelajari hari itu adalah; hati-hati dengan semua ucapanmu. Ucapan bukan hanya doa, tapi setiap kata yang terucap memang bisa memberikan perubahan. Mungkin termasuk pada jalan hidupku. Karena kata orang, sekali lagi, Tuhan adalah sebagaimana prasangkamu. Tapi mana aku tahu, kalau prasangkaku akan diwujudkan tidak lebih dari 120 menit.
Sambutan di rumah tidak pernah terasa sejelek ini.
Sofa di rumah tidak pernah terasa sepanas ini.
Dinding di rumah tak pernah terasa sekotor ini.
Suara Mama dan Papa Amar tak pernah terasa semenyebalkan ini.
Juga aku ... yang tak pernah merasa seburuk ini menjadi perempuan dengan segala keterbatasan. Jadi benar kata orang, dunia tidak pernah bisa semanis itu terhadap perempuan? Aku sebelumnya tak pernah mempercayai kalimat itu.
"Kamu bisa paham ketakutan Mama, kan, Rey?" Papa Amar ... tatapanmu mungkin tak berubah sedikit pun untukku, masih penuh rasa sayang seperti selalu. Tetapi kali ini, aku merasa seperti sedang menghadapi salah satu musuh internal. Papa Amar dan Mama. "Mama nggak akan tenang kalau kamu milih laki-laki yang belum jelas, Rey. Mama cuma nggak mau, apa yang dia lalui terjadi ke kamu juga. Kita sering bahas ini dan kita paham perasaan Mama, kan, Sayang?"
Tentu, tentu aku paham perasaan Mama menghadapi semua perjalanan hidupnya. Aku tidak pernah mendiskreditkan apa yang Mama alami. Aku mengerti rasa sakitnya, dendamnya terhadap Papa Aji, juga ketakutannya akan nasibku. "Tapi, Pa, apa jaminannya pilihan Papa dan Mama kali ini yang terbaik? Sorry for mentioning this, tapi apa yang bikin Mama setakut sekarang ini juga karena pilihannya sendiri di masa lalu. Jadi, gimana aku bisa percaya dan yakin pilihan kalian adalah yang terbaik buat hidupku? Nggak boleh kah aku percaya sama diriku sendiri?"
"Tentu kamu boleh. Kamu anak pinter dan baik. Kami percaya kamu, percaya banget." Sekarang giliran Mama yang terlihat berusaha mempersuasiku. Tangannya tak tinggal diam, mengelus lenganku, mungkin berharap aku bisa tenang dan luluh. We'll see, Mama. "Tapi Mama juga adalah kamu di waktu itu, Sayang. Justru karena Mama tahu rasanya jadi kamu, Mama berusaha sebagai orang luar, yang bisa objektif lihat sekitar. Karena kalau sebagai yang menjalani, kita bisa aja bias. Kamu paham maksud Mama, kan?"
"Gimana kalau nanti pilihan Mama adalah yang terburuk?"
"Rey, Mama dan Papa nggak asal nyuruh kamu kenalan sama orang. Kami udah jauh lebih dulu kenalan dulu. Kami udah lakuin segala uji coba, mulai dari keluarganya, hobby laki-laki ini, semuanya. Mama tahu, keluarga dari calon pasangan lebih nakutin dibanding kekurangan pasangan kita sendiri. Mama dan Papa bisa pastiin, orang tua Mas Hans adalah mertua yang diimpikan banyak calon menantu. Kakak perempuannya Mas Hans, adalah kakak ipar yang nggak akan pernah kamu temui di drama."
"It's too good to be true dan Mama tahu artinya."
"Ya, Mama tahu artinya. Dia yang terbaik buat kamu. Mas Hans adalah hasil akhir dari banyaknya Mama dan Papa cari."
"Jadi ini audisi buat Mama dan Papa? Aku adalah pialanya?"
"You're not, Rey. Mama yakin kamu paham semua—"
"Jujur, enggak, Ma. Aku sama sekali nggak paham." Aku menatapnya dengan perasaan campur aduk. Tidak pernah sebelumnya, sekali lagi, tidak pernah sebelumnya di kehidupanku bersama Mama, aku memandangnya dengan perasaan selain kagum dan sayang. Kali ini, aku penuh kekecewaan dan benar-benar tak mengenalinya. "Gimana, gimana bisa, Mama yang udah laluin perjalanan seburuk itu." Aku menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan. "Mama laluin perjalanan seburuk itu, dan sekarang masukin aku ke kotak bayang-bayang? Kenapa bayang-bayang? Karena Mama akan selalu jadi orang luar, meski sudut pandang Mama objektif." AKu melirik Papa Amar. "Dan Papa. tapi aku?" Aku menyentuh dada. "Aku yang jadi pemerannya, dari awal sampai akhir. Nggak peduli pandanganku bias atau gimana, tapi apa yang Mama lihat belum tentu sama kayak aku, Ma, Pa. Kalau aku cuma boleh lakuin apa yang Papa dan Mama lihat, artinya kalian mengakui, kalau aku boneka hidup kalian?"
"You are not, Rey." Oh not again, please. Air mata itu sekarang terlihat sangat menyebalkan. "Mama cuma mau bantuin supaya kamu hidup dengan damai. Selagi Mama hidup. Kalau nanti Mama—" Dia melanjutkan semua kata-kata yang mungkin diucapkan oleh seluruh mama di dunia ini untuk membuat anak mereka menurut.
"Okay, gini. Anggap laki-laki ini luar biasa terbaik setelah lolos ujian Mama dan Papa yang jadi ujian tersulit di dunia itu." Aku diam tiga detik, kemudian melanjutkan lagi. "Tapi gimana pendapatnya tentang aku? Gimana kalau aku justru jadi pilihan terburuk buat dia? Kasihan dia, Ma, Pa. Kalau value dia seluar biasa itu di mata Mama dan Papa, gimana sama value-ku di mata dia?"
"Kamu luar biasa, Rey."
"Karena aku anak Mama. Pandangan Mama bias."
Mereka diam sesaat. Tapi Mama tentu saja menjadi satu-satunya yang pantang menyerah, itu juga alasan dia berhasil membesarkanku hingga sekarang. "Mas Hans mau. Dia mau kenalan sama kamu. Mama tinggal kasih tahu kapan, dia bilang dia akan kerja sama kapan pun."
Why is this human so stupid?
Aku kehabisan perlawanan. Logikaku mendadak terjeda dan hanya bisa berpikir, manusia jenis apa yang dengan lapang dada, tanpa perlawanan akan dijodohkan dengan perempuan asing entah dari mana. Well, technically, mungkin kami tidak terlalu asing. Aku tidak yakin mereka tidak saling mengenal. Mungkin orang tuanya kenalan Papa Amar atau mungkin kenalan Mama.
"Ini harus nikah besok?" tanyaku langsung ke inti, sudah lelah. Menjadi anak mungkin akan selalu seperti ini, tak pernah diperbolehkan melakukan apa yang dianggap baik. Jadi, jangan terkecoh dengan orang tua yang di awal terlihat sangat terbuka. Mungkin hanya belum waktunya. Mama dan Papaku menjadi contoh nyata.
"Enggak. Mama dan Papa nggak maksa kamu nikah besok. Cuma pengen kamu coba kenalan dulu, ya? Mama sedih banget lihat kamu patah hati berkali-kali."
Dan dari mana dia yakin bersama Hans-Hans ini aku tidak patah hati? Memangnya apa yang dia harapkan dari cerita romansa manusia di dunia ini? Sekali coba menjalin hubungan langsung berhasil? Mungkin memang ada, tapi apakah dijanjikan semua? Lalu untuk apa diciptakan frasa; patah hati pertama, patah hati terbaik, patah hati terlama, patah hati terparah? Semua itu ada bukan tanpa sebab.
Aku bahkan tak seterluka Mama dengan patah hatiku sendiri.
Mungkin aku sedang berbohong, lagi.
---
hai, haiiii !!!
ketemu lagi di judul baruuuuu dengan warna ... sama WKWKWK. perjodohan mulu kataaan. iya nih, lagi ngerasa di atas angin karena berhasil jodohin Saki-Uthi LOL. kira-kira berhasil nggak ya di perjodohan kali ini?
menurut kamu berhasil nggaaakkkk???
anyway, nanti yang komen di IG, yang bisa bener atau paling nggak mendekati, nanti aku DM yaa yang terpilih. tunggu aja, kalau udah kepilih aku umumin, jadi yang ga nunggu-nunggu dan jangan kecewa, ini hanya selingan kehidupan.
yang mau baca duluaan, bisa ke Karya Karsa yaaa, tapi di wattpad juga posting sampai tamat kok. Gyan-Nini juga udah aku jadwalin sampai tamaatttt. tinggal tunggu dan bacaa, tapi kalau mau ngebut begadang, bisa ke karya karsa, muach.
last but not least, mohon selipkan doa untuk saudara/i kita di palestine, Sudan, Congo, di belahan bumi mana pun yang diperlakukan nggak adil, ya guys. We're not talking bout religion, tapi kemanusiaan nggak sih? karena kucing nggak punya agama, tapi kita bisa nangis dan sakit ati liat mereka terluka, kan?
kalau ada uang lebih dan ikhlas, bisa bantu-bantu donasi, sedikit sudah sangat berrartiii. semoga dunia bisa lebih baik, tenang, dan damai (gatau ini bisa terwujud apa ga, tapi akan terus berdoa dan mencoba). semoga kita juga banyak rezeki, sehat dan bahagia, supaya bisa membantu orang lain dengan sama baiknya.
dan maaf yaa, kalau mungkin sekarang isi story Instagramku video-video yang nggak nyaman di mata, yang mereka alami emang jauh dari kata nyaman. this is the least I (we, maybe?) can do.
ilysm :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top