The Happiness

Chapter 19

PPOV

Bunyi suara alarm crow dari Iphone ku mulai membangunkan ku. Aku shock karena sekarang aku sudah berada di tempat tidur king size ku dan mas Ali. Mas Ali pun sudah ada disamping ku, dia masih tertidur. Semalam aku menunggu suamiku pulang sampai tertidur di sofa sambil menonton TV. Aku tak tau jam berapa mas Ali pulang. Aku tau dia pasti masih kesal padaku. Kulihat dia yang masih tertidur dengan nyenyak, wajah tampan nya telah menutupi keletihan nya seharian bekerja.

Rasanya hari ini aku malas untuk bangun. Kepala ku terasa berat, kurasakan pusing yang membuatku sedikit limbung saat berjalan. Entah kenapa badanku terasa sangat lelah. Aku merasa seperti orang yang sedang mabuk perjalanan. Oh God, what is it?

Seperti biasa, aku membuatkan sarapan untuk mas Ali suamiku. Walaupun mungkin nantinya aku harus kecewa kembali karena mas Ali tak mau memakannya lagi seperti kemarin. Aku merasa asing dirumahku sendiri hari ini, tak pernah kurasakan seperti ini. Aku tak mungkin memberitahukan kepada suami ku apa yang sebenarnya aku rasakan. Biarkan waktu yang akan memberitahu semuanya, Allah tahu kapan waktu yang terbaik untuk kita.

Hari ini aku membuatkan nasi goreng seafood dan lemon tea untuk sarapan mas Ali. Sejak kemarin aku tak nafsu untuk makan, melihatnya saja kadang sedikit membuatku mual.

"Pagi..." sapa Mas Ali. Masih seperti kemarin cara dia memberikan ku ucapan selamat pagi, tak ada embel2 apapun. Ya Allah, ampuni aku.

"Pagi..." balas ku. Kurasakan dadaku mulai sesak. Aku harap air mataku masih tetap bisa bertahan diposisinya.

Kulihat suami ku sudah siap untuk berangkat kekantor. Mas Ali selalu terlihat tampan, dengan kemeja berwarna abu2 dengan kerah kombinasi berwarna abu2 sedikit gelap, dasi hitam polos dengan celana hitam dan sepatu pentofel nya yang selalu terlihat elegant. Dan hari ini aku hanya memakai blazer batik, daleman kaos hitam, dan celana hitam serta high heels kesayanganku.

"Mas sarapan dulu kan? Atau dah buru2 berangkat?" Tanya ku hati2 dengan suara serak yang menahan air mataku. Sumpah, aku sungguh tak tahan. Rasanya benar2 sakit hatiku. Ku lihat mas Ali masih terdiam, dia menatapku lekat2. Dia tak tersenyum sama sekali, sesekali dia melihat makanan yang sudah aku siapkan dimeja mini bar tempat biasa dia makan. Aku pun mendekatinya yang hanya berdiri mematung.

"Yawdah kalo gitu. Aku berangkat dulu ya. Mas hati2 dijalan." Pamitku sebelum berangkat. Aku tak mau air mataku menetes disini. Aku tak berani menatapnya. Tiba2 dia mengenggam tangan ku.

"Ngak mau nemenin mas sarapan?" Kata nya padaku. Aku pun kaget mendengarnya. Dan tak terasa air mataku mulai mengalir. Oh my God.

Mas Ali pun mengusap air mataku,memeluk ku dengan erat. Sungguh aku sangat rindu pelukan suami ku ini, aku sangat membutuhkan pelukannya saat ini.

"Maafin mas ya." Katanya padaku. Entah kenapa tangisku mulai pecah. Aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Kemeja mas Ali pasti basah karena tangisku. Dia pun kemudian mengusap air mataku kembali.

"Udah ya jangan nangis. Nanti jelek loh." ledeknya padaku sambil mencubit lembut pipi chubyku. Mungkin bisa dihitung cubitan seperti ini, cubitan mesra, ahaaay.

Kulihat dia menatap ku lekat2. Ku beranikan diri untuk menatapnya. Kulihat sorot mata mas Ali yang teduh dan tenang, tak ada kemarahan lagi disana.

"Yuk ah makan." Katanya kembali sambil menggandeng ku. "Ko piringnya cuma satu, kamu ngak makan?" Tanyanya lagi. Aku pun menggeleng.

"Ngak, itu special buat mas. Aku lagi ngak lapar." Kataku. Dia pun tersenyum kemudian mengelus elus pucuk kepalaku.

"Kalo gitu mas suapin ya. Aaaaa..." Katanya padaku yang mencoba menyuapiku. Aku pun menggeleng.

"Udah mas makan aja. Aku mau lihatin mas makan. Aku kangen." Kataku mengeles. Sungguh aku benar2 tak ingin makan kali ini. Dia pun terkekeh.

"Kangen banget atau kangen aja?" Ledeknya padaku sambil makan.

"Kangeeeeeen bangeeet..." Ucap ku. Dia pun tertawa. Emangnya lucu ya kalo kangen sama suami sendiri??

"Mas lebih kangeeeen bangeet..." jawabnya lagi. "Ngak lagi sakit kan?" Tanyanya lagi. "Ko mukanya pucet gitu." Katanya sambil mengecek suhu tubuhku. Aku pun menggeleng.

"Ngak ko. Ngak lagi kenapa2. Perasaan mas aja kali, kulitku kan emang putih banget." Jawabku PD sambil tersenyum. Suamiku pun tertawa.

"Hahaha... iya deh, sayang ku kulitnya putih banget. Tapi hari ini beda. Makan ya sedikit. Aaaaa..." Paksanya padaku. Akhirnya aku pun pasrah. Aku tak ingin suamiku kesal kembali padaku. Aku kunyah pelan2 nasi goreng yang telah masuk kemulutku, Kurasakan perutku mulai berkontraksi. Aku mulai merasa mual yang tak tertahankan, ku tutup mulut ku dengan tangan kananku kemudian aku berlari kearah wastafel. Ku muntahkan semua makanan yang aku kunyah. Sungguh tak enak rasanya.

Huuweeek... huuweeek...

(Anggap aja gitu ya pemirsa, wkwkwk)

Kurasakan sebuah tangan mengelus elus punggungku, kemudian memijat2 tengkuk leher ku.

"Kamu ngak papa kan sayang??" Tanyanya panik. Aku pun menggeleng, kemudian memuntahkan isi perutku kembali.

Huuweek... Huuweekk...

Pusingku mulai menjadi, oh God, help me please. Kurasakan jalanku mulai sempoyongan seperti orang mabuk.

"Mas antar kedokter ya..." kata suami ku. Aku pun menggeleng sambil memegang kepala ku.

"Ngak usah mas, ngak papa ko. Aku istirahat dulu aja ya." Kataku.

"Astaghfirullaahaladzim..." teriak suamiku. Aku hampir terjatuh, untungnya mas Ali langsung menangkap ku. Akhirnya dia pun menggendong ku ke kamar. Dia membaringkan ku di ranjang king size kami dan melepaskan sepatuku. How sweet he is!

"Hari ini ngak usah kerja dulu ya. Istirahat dulu di rumah. Nanti mas ijinin ke Sekolah. Mas tinggal bentar ya." Kata suamiku. Dia pun mencium seluruh bagian mukaku, pipi kanan dan kiriku, kening, hidung dan bibirku.

Sesaat setelah mas Ali menutup pintu kamar, Aku pun mencoba untuk memejamkan mataku. Sungguh amat tak enak rasanya. Pusing, lemas, mual, semuanya bercampur jadi satu.

APOV

Sumpah ya, hari ini gue di bikin shock sama istri gue. Ini pertama kalinya istri gue kayak gini. Dia ngak demam, tapi muntah2 dan hampir pingsan, mukanya dah kaya mayit bro, oh my God. Gue panik, gue bingung. What should I do?

Akhirnya gue bikinin teh panas buat dia, dan gue minta Mas reza, satpam shift pagi dirumah untuk membelikan bubur ayam. Sebenarnya gue bisa bikin bubur, tapi dah ngak ada waktu. Sambil menunggu mas reza datang, gue pun menelpon sekolah tempat istri gue mengajar untuk meminta ijin. Gue juga menelpon sekretaris gue Kiky untuk menunda beberapa meeting hari ini. Rasanya gue ngak bakalan bisa fokus kerja hari ini kalau istri gue sakit. Gue acak2 rambut gue, gue longgarin dasi gue, gue lipat lengan baju gue. Sumpah, gue panik abis hari ini.

"Sayang... bangun yuk. Mas dah bikinin teh panas sama beliin bubur ayam nih." Kata gue sambil mengelus elus pipi chuby istri gue. Dia pun terbangun. "Makan dulu ya, Perut kamu pasti kosong deh." Kata gue sambil membantunya bersandar di ranjang. Dia pun mengangguk. Ngak tega gue lihat istri gue lemes banget kaya gini, mukanya juga pucet banget.

"Aaaaa..." kata gue sambil menyuapinya bubur, gue harap kali ini dia ngak muntahin buburnya lagi.

Dan Alhamdulillah ngak dia muntahin tu bubur, sesuap, dua suap sampai tiga suap sudah mulai masuk.

"Udah ya mas... pahit, eneg rasanya." Rengek istri gue. Aduuuh... mulai nih.

"Dua kali lagi deh. Ya! Aaaaaa..." Rayu gue. Dia pun menurut, ah Prilly muka lo emes banget. Kalo ngak lagi sakit gue cubit tuh pipi chuby.

Tiba2 dia mulai menutup mulutnya, kemudian beranjak dari tempat tidur dan berlari kekamar mandi. Dia muntahkan lagi bubur yang gue suapin tadi ke toilet. Oh damn!

Terus ni istri gue mesti gue kasih makan apa coba??

Huuweeek... Huuweeek...

Gue pijat2 tengkuknya, gue usap2 punggungnya, mungkin bisa sedikit buat dia lega. Semuanya sudah dia keluarin, sampai akhirnya hanya air yang keluar. Ya Allah Prilly... gue rela deh gantiin posisi istri gue.

Sesaat setelah istri gue muntah2, gue pun tuntun dia ke tempat tidur lagi. Badannya makin lemes, mukanya makin pucet.

"Kita kedokter ya..." kata gue. Dia pun mengangguk pasrah, mungkin rasanya sudah tak karuan.

"Ya Allah sayang..." teriak gue. Istri gue pingsan. Gue langsung gendong dia, gue bawa dia kemobil. Gue langsung antar dia ke RS.

Via telpon.

"Hallo itte... lo masih di rumah sakit?" Kata gue

"Iya Li, tapi gue dah mau pulang Li. Ada apa?" Tanya dia balik

"Tungguin gue. Prilly sakit, tolongin ya Gritte." Kata gue panik. Gue pun langsung matiin telponnya dan kembali fokus menyetir.

Gue ngak peduli berapa kecepatan mobil gue sekarang, gue pengen cepet2 sampai di RS sekarang.

Sesampainya di rumah sakit, Itte pun langsung memeriksa Prilly. Jantung gue mulai berdetak parah ngak beraturan, gue khawatir banget sekarang. Gue lihat Itte mencoba membangunkan istri gue yang masih pingsan. Itte, sahabat istri gue, dia dokter. Tepatnya dokter specialis kandungan, ngak tau kenapa saat gue panik tadi di otak gue cuma kepikiran minta tolong sama dia. Buat gue yang penting dia dokter, ya ngak guys? Gue emang bisa dibilang jenius, tapi sepinter pinter nya orang, kalo lagi panik ya jadinya somplak deh.

"Prill... Prilly sayang... bangun." Kata Itte sambil memberikan sebuah minyak dikapas, kemudian meletaknya didekat hidung istri gue untuk membangunkan istri gue. "Prill... Prilly..." katanya lagi.

Di bantu oleh seorang perawat, Itte pun masih mencoba membangunkan istri gue. Gue lihat istri gue sudah mulai membuka matanya, kemudian memanggil gue.

"Maaas..." Rintihnya sambil memegang kepalanya. Mungkin masih terasa pusing. Aku pun mendekat.

"Iya sayang, mas disini." Kata gue sambil mengelus elus pucuk kepalanya. Dia pun melihat ke arah gue.

"Itte..." katanya lagi

"Syukur deh lo dah sadar. Lo ngrasain apa Prill? Masih pusing? Pusing banget ngak?" Tanya Itte.

"Lumayan pusing. Lemes rasanya, mual juga." Jawab istri gue.

"Sejak kapan lo mual2 gitu?" Tanya Itte balik.

"Dari kemarin sebenarnya. Aku juga males makan, eneg rasanya. Tapi hari ini mualnya parah." Jelas istri gue dengan suara yang masih terlihat lemas. Ya Allah ternyata kemarin dia udah sakit. Maafin gue ya sayang. Gue cuma bisa nglihatin dia sekarang, gue masih bingung.

"Kapan terakhir lo datang bulan?" Tanya Itte lagi.

"Hari ini gue mens. Tapi netes2 aja. Mang gue sakit apa Itte?" Tanya istri gue.

"Dari kapan netes2 gitu?" Tanya Itte lagi.

"Ih Itte, kan gue tanya." Kata istri gue yang sudah mulai kesal. "Kemarin mulai netes2 mpe sekarang. Waktu di Bali juga gitu, kira2 tiga hari netes2 aja." Cerita istri gue.

"Ok. Untung lo sahabat gue. Kalo ngak, udah gue usir lo Prill. Dokter nih gue, malah nyolot ditanya. Yawdah gue priksa dulu." Kata Itte. "Dan lo Li, mending lo duduk dulu deh. Istri lo ngak kenapa2." Kata Itte nenangin gue. Ngak kenapa2 gimana, bini gue kaya gitu. Ah Itte...

Akhirnya gue pun menuruti perintah Itte, sekarang dia lagi ngerjain tugasnya sebagai dokter. Tapi tetep pakenya elo - gue yang penting ngak pake end, sama pasien yang lain gitu juga ngak ya? hehehe. Dasar dokter gahol, wkwkwk.

Gue lihat Itte memeriksa istri gue dengan teliti, sampai urine dan darahnya pun ngak ketinggalan buat dia cek. Gue penasaran banget, ko detail banget meriksanya. Huft.

Akhirnya setelah semua pemeriksaan selesai, Itte pun mulai menjelaskan hasil pemeriksaannya. Gue....gue bingung nih, perasaan gue campur aduk parah. Gue takut istri gue kenapa2.

"Gimana Te hasilnya?" Tanya gue yang penasaran parah.

"Hasilnya semua ok. Tenang aja Li, Prilly ngak kenapa2 ko. Istri lo hamil, dah jalan 7 mingguan." Kata Itte.

"Apa??" Kata gue dan istri gue berbarengan.

"Kompak banget pak buk, hehehe. Iya Prill lo hamil. Bentar lagi lo jadi ibu." Jawab Itte lagi sambil tersenyum. Gue langsung meluk istri gue erat2, gue cium pucuk kepalanya berkali2. Gue seneeeeeeng banget.

"Woooooi... ada orang nih disini." Teriak Itte. Gue sampe lupa kalo lagi di ruang prakteknya Itte. Perawatnya pun tersenyum geli. Salting deh gue, untung muka gue ganteng.

"Sorry... kelepasan gue." Kata gue yang lagi tersipu malu.

"Ko bisa Te? Kan gue datang bulan?" Tanya istri gue penasarn.

"Itu wajar ko Prill. Itu bukan datang bulan. Itu flek. Biasanya memang terjadi di awal2 kehamilan, walaupun ngak semua ibu hamil kayak gitu. Itu terjadi karena pelekatan sel telur di dinding rahim. Atau mungkin karena lo capek atau bisa juga karena lo lagi banyak fikiran." Jelas Itte panjang lebar. (Semoga teorinya benar, pernah baca teorinya gitu. Kalo salah maap yee pemirsa, hehe...)

"Tapi ngak jadi masalah kan Te?" Tanya gue balik.

"Ngak kenapa2 ko Li. Yang penting keluar darahnya ngak banyak. Pokoknya di usahain jangan sampai gitu lagi." Kata Itte. "Karena kandungannya baru beberapa minggu, jadi masih lemah. Gue minta lo jagain istri lo baik - baik. Jangan sampai dia kecapean atau pun banyak fikiran." Kata Itte nasehatin gue. Gue pun mengangguk paham. Itte pun memberikan semua hasil laboratorium pada gue dan Prilly. Mulai dari tes darah, test urine, hasil testpack dan juga hasil USG. Tiba2 Prilly istri gue netesin air matanya saat melihat hasil USG tadi. Bukan air mata sedih pastinya, gue pun hapus air matanya terus meluk dia. Gue ngak peduli ada Itte dan asistennya.

"Selamat ya Prill, Ali." Kata Itte memberikan selamat kepada kami. Gue pun ngulurin tangan gue untuk bersalaman dengannya.

"Makasih Te..." Kata gue. Itte pun tersenyum dan kemudian Itte pun memeluk istri gue.

"Jangan cengeng lo, bentar lagi punya anak. Masa anaknya nangis lo ikut nangis." Ledek Itte pada Prilly istri gue. Gue pun tersenyum melihat mereka.

"Gue kasih lo vitamin sama obat biar ngak mual. Kalo ada apa2 langsung hubungin gue ya Prill, Li. Gue selalu stand by buat kalian. Ngak sabar gue lihat ponakan gue. Hahaha." Kata Itte. Gue dan istri gue pun tersenyum.

Akhirnya gue dan istri gue pun pulang. Hari ini bener2 seneng banget gue, walaupun awalnya gue panic parah. Di perjalanan pulang,

"Sayang... mau makan apa? Dari tadi belum makan apa2 loh. Kasihan kan adeknya." Kata gue, pengennya cubit pipi chuby istri gue, Karena gue ngak pengen dia jerit2 kesakitan, gue pun cuma ngelus2 perutnya yang masih datar dan kemudian mengusap usap pucuk kepalanya sambil fokus menyetir. Istri gue pun tersenyum, tersipu malu lebih tepatnya. Sumpah bikin gue emeesh banget.

"Emmmm... kita makan ketoprak yang kemarin lagi yuk mas. Mau kan??" Kata istri gue. What?? Ngak salah denger ni gue? Jangan2 dulu itu juga dah ngidam dia. Oh my God. Gue pun tersenyum.

"Ya mau lah. Yang penting kamu makan. Obatnya jangan lupa diminum dulu." Kata gue lagi sambil mengelus rambut nya lembut. Dia pun tersenyum.

"Makasih sayang..." ucap istri gue kemudian dia mencium pipi gue. Sumpah demi apa, istri gue manis banget sekarang. Walaupun wajahnya masih terlihat pucat.

Akhirnya gue pun melajukan mobil gue ketempat penjual ketoprak waktu itu. Tapi ini kan masih pagi. Gue lihat jam tangan gue nunjukin pukul 09.15. Mall aja jam segini belum buka.

"Sayang... kalo penjual ketopraknya belum jualan gimana?" Tanya gue hati2.

"Ya di tungguin sampe jualan." Kata istri gue santai. Damn! Apa gini nih ngladenin istri ngidam??

Aduh mamaa... tolongin Ali mah...

"Kalo makan yang lain aja gimana? Kasihan kan adeknya kalo nunggu kelamaan." Rayu gue.

"Ngak mau! Pokoknya di tungguin sampe bapaknya jualan!!" Rengek istri gue. Oh my God, dah mulai aneh2 nih. Sabaaar Ali... ini belum aneh banget, masih ada yang lebih parah. Semoga ngak aneh2 kayak yang lain ya Allah. Gue dah sering denger temen2 gue cerita pas istri mereka hamil, gue kira mereka lebay. Ternyataaaaa...

"Iya sayang... iya. Nanti di tungguin." Kata gue. Dia pun tersenyum senang. Apa aja deh Prill, yang penting lo seneng.

Dan Alhamdulillah bapaknya jualan, tapi kayaknya baru datang. Jadi dia masih harus siap2. Gue dan istri gue pun nunggu bapak penjual ketoprak itu sampai membuka lapaknya. Gue lihat Bapaknya senyum2 terus dari tadi. Karena tadi gue dah ceritain kenapa kita dateng pagi2. Gue dan istri gue pelanggan pertama buat bapaknya, ya iyalah jam berapa ini.

Gue lihat istri gue enak banget makannya, sama seperti awal2 dia ngajak gue buat makan kesini. Dan Alhamdulillah juga dia ngak muntahin thu ketoprak. Gue dah was - was tadi. Well, obat dari Itte berhasil. Istri gue bisa makan lahap lagi. Seneng gue lihatnya. Mau makan dimana aja, asal istri gue seneng ngak masalah buat gue. Yang penting dia makan sekarang.

Welcome a new life...

Aaaaaa...
Pengen teriak rasanya. Ngak tau kenapa, pas nulis chapter ini rasanya beda banget. Ngerasa panas dingin, gemeteran juga. Semoga feelnya dapet ya readers.
And this chapter special for my beloved reader lindasoerbaktie91.

"Their happiness is our happiness, isn't right??"

Semoga bisa menghibur ya...
Jangan lupa tinggalin jejak kalo kalian suka sama cerita aku.
(Vote and comment please...)

Terima kasih semua buat yang udah sabar nunggu cerita aku, makasih juga buat yang udah baca.

Kalian memang my SECRET ADMIRERS setia aku.
Love you All.
Emmmuuaaaaachh.... :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top