Special Part
Abyan's POV.
Akhirnya aku bisa menapakkan kakiku lagi di Jakarta, setelah tiga hari berkutat dengan sebuah project baru dan beberapa klien penting di Bali. Walaupun suasananya lebih indah di Bali, tapi disinilah kehidupanku berada. Disinilah aku memulai awal kehidupanku, disinilah nafasku berada, keluarga tercintaku.
Kuangkat tangan kiriku, aku lirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 8 malam. Aku mempercepat langkahku keluar dari Bandara ini. Rasanya sungguh muak, melihat puluhan pasang mata kaum hawa yang sepertinya ingin menelajangiku ditempat. Tidak bisakah mereka menjaga matanya dengan baik? Ya Allah. Ampunilah para kaum hawa itu. Padahal aku sudah berpenampilan sewajarnya. Dengan kemeja abu-abu tua, dasi hitam, jaket kulit hitam, celana hitam, sepatu pentofel hitam serta tas ransel yang aku gendong. Rambut yang aku spike berantakan. Dan tak lupa kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungku. Is it simple, isn't it?
Muhammad Aly Abyan Alexander, rasanya aku tidak perlu menceritakan dari mana aku berasal. Aku salah satu pewaris Alexindo Company, namun aku tidak bekerja disana. Aku adalah CEO dari Alliy Inc. Perusahaan milik orang tuaku. Well, sebelum kalian menjudgeku sebagai anak mommy or whatever it is, lebih baik kalian bercermin terlebih dahulu.
Guratan wajah khas arabian membuatku selalu menjadi pusat perhatian para kaum hawa. Tubuh tegap atletis, tinggi, alis tebal, mata yang lentik, hidung yang mancung khas arabian dan bibir tipis yang merah alami menjadi daya tarik tersendiri. Semua yang melekat pada diriku adalah fotocopyan dari Abiku, Muhammad Rezky Al - Ali Alexander. Aku tak bisa menampik segala hal yang ada pada diriku berasal darinya. Aku adalah versi dirinya saat Abi masih muda. Sampai saat inipun bayangan dia selalu ada disetiap langkahku. Ada yang mengenakkan, ada juga yang menyesakkan.
Akhirnya aku keluar juga dari Bandara. Aku melangkahkan kakiku ke tempat parkir untuk menemui pak Andy dan mas Reza yang membawa mobilku. Karena kemarin mas Reza yang mengantarku. Aku segera menghampiri mereka yang dengan setia menungguku. Mereka tersenyum padaku.
"Hai pak Andy... hai mas..." Sapaku pada mereka.
"Malam Bang..." Ucap Pak andy dan mas Reza bergantian.
Aku langsung meminta mereka untuk pulang menggunakan mobil CRV milik Umi. Dan aku langsung masuk ke mobil Pajero Sport milikku. Aku meletakkan tas ranselku dan sebuah paper bag berisi pesanan milik sahabatku dikursi sebelahku. Aku langsung melajukan mobilku ketempat dimana aku dan sahabatku biasa berkumpul. Beruntung besok adalah tanggal merah dan weekend, jadi aku bisa beristirahat seharian dengan tenang jikalau aku pulang larut malam ini.
Hampir satu jam aku terjebak dalam kemacetan parah ini. Jelas saja, malam ini malam natal. Suasananya sungguh crowded. Apalagi akhir tahun, banyak diskon dimana - mana. Weekend pula. Oh damn! Aku menyalakan mp4 dimobil Pajero Sport ku untuk mengusir jenuhku. Lagu Happy - Pharrel Williams menemaniku ditengah kemacetan ini. Sesekali aku ikut bernyanyi dan menikmati alunan lagu itu untuk mengusir jenuhku. Setelah beberapa saat, mobilku akhirnya bisa keluar dari kemacetan. Aku langsung menancapkan gas agar segera sampai ditempat tujuanku.
Suara dentuman musik yang keras dan di iringi lampu disco yang warna warni menambah suasana tempat ini menjadi semakin panas. Mataku mulai mencari - cari dimana para sahabatku duduk. Beberapa pasang mata nakal mulai melirikku. Aku lepas kacamata hitamku, aku masukkan kesaku kemejaku. Aku longgarkan dasiku. Tangan kananku memegang paper bag pesanan sahabat gila ku ini. Mereka mengangkat tangan untuk memberiku tanda dimana mereka berada. Sebelum aku diterkam oleh para singa betina nakal ini, aku langsung bergegas menemui temanku.
"What's up bro?" Seru Nail sahabatku. Kami berjabat tangan ala lelaki seperti biasanya.
"Nih pesanan lo. Arak Bali special edition." Ucapku sambil meletakkan paper bag diatas meja.
"Woi, gesrek mulu. Cuci tuh otak!" Pekik gue kesal pada Boy, sahabatku yang lain.
"Hai bro, sorry. She's so bitch!" Kata Boy yang masih sibuk mencumbu seorang perempuan diatas pangkuannya.
Mereka berdua adalah sahabat baikku dari jaman SMA. Kami selalu menyempatkan waktu kami untuk berkumpul. Dan mereka lebih suka berkumpul disini, 69 club. Sebenarnya aku malas berada disini, tapi demi mereka, aku buang rasa malasku. Nial dan Boy hampir mirip, mereka semua playboy kelas hiu. Semua tahu track record mereka. Hanya perempuan bodoh yang bisa termakan rayuan kacang mereka. Dibandingkan Boy, Nial masih bisa mengontrol dirinya. Nial tak separah Boy. Seperti sekarang, dia mengobrol denganku. Tak ada perempuan disampingnya. Tapi bisa aku pastikan, kurang dari beberapa menit akan ada yang menghampirinya. Pesonanya sungguh luar biasa. Tapi untuk playboy sekelas Nial, dia masih bisa berkomitmen. Hanya ada satu perempuan yang selalu menemaninya disini.
"Nyamuk lagi ni gue." Ucapku malas.
"Miss her so damn bro." Ungkap Nial sambil melirik pada seorang perempuan yang sudah bergelayut dipundaknya. Sedetik kemudian dia mulai mencium bibir perempuan itu.
Bukan pemandangan aneh buatku, melihat dua sahabatku seperti itu. Aku pun menyibukkan diriku memainkan Iphone ku. Mengecek beberapa email yang masuk dan juga membuka beberapa social media milikku. Tiba - tiba sebuah tangan menyentuh tengkukku. Shit!!
"Hai ganteng, boleh aku temenin?" Tanyanya padaku. Aku mengerutkan dahiku.
"Don't touch me!" Pekikku. Dia tersenyum lebar.
"Come on baby, I'll make you hot." Bisiknya padaku. Damn! Bulu kuduk gue mulai merinding. Semuanya menegang.
"I said not to touch me! Pergi Lo!!" Bentakku kesal. Dia tersentak.
"Sok kecakepan." Gerutunya sebelum pergi.
Kedua sahabatku tertawa konyol. Membuatku geram seketika.
"Mpe kapan bro, lo jadi jones mulu. Keburu nggak laku lo nanti." Kata Boy.
"Berisik Lo!" Sahut gue kesal.
"Sampai gue bisa nemuin perempuan yang membuat dunia gue jadi jungkir balik." Ungkap gue lagi sambil meminum sekaleng pocari sweat. Tawa merekapun pecah.
"Mang ada gitu??" Tanya Nial.
"Pasti. Dan gue pastiin, dia itu jodoh gue." Ucap gue tegas.
"Ok deh. Gue doain semoga lo bisa cepet-cepet ketemu sama tu perempuan. Jangan lupa kenalin sama kita." Seru Boy sambil terkekeh.
Aku sudah terbiasa diledek oleh mereka berdua. Dengan umurku sekarang, 25tahun, aku masih santai dengan statusku. Walaupun Abi dan Umi sudah mulai ribut dengan status lajangku. Dan dengan tegas, aku menolak untuk mereka jodohkan. Walaupun aku tahu, Abi dan Umi menikah karena perjodohan dan sampai saat ini mereka bahagia. Tapi aku tidak ingin mengikuti jejak mereka. Dan Alhamdulillah, Abi Umi pun mengerti. Mereka selalu memberikan kebebasan padaku, dengan syarat aku harus selalu berada on the right track.
Mataku menangkap seorang perempuan yang sedang diganggu oleh seorang laki - laki yang bisa aku pastikan dia adalah keturunan zebra, berhidung belang. Entah kenapa pemandangan didepanku itu menarik perhatianku. Bukan pemandangan aneh disini. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan baju yang dia pakai. Semua tertutup, celana jeans belel dan jaket jeans blue wash, sepatu converse, rambut dia kucir berantakan yang menampilkan leher jenjangnya. Dia menepis tangan lelaki itu. Lelaki itu semakin semangat menggodanya, perempuan itu beranjak dari tempat duduknya. Saat lelaki itu memegang bahunya, dalam sepersekian detik dia membanting lelaki itu.
Bruuuuug...
Aku langsung beranjak dari tempat dudukku. Aku terkesima dibuatnya.Semua orang berhenti melakukan aktivitasnya. Semua terfokus pada keributan itu. Dengan memasang kuda - kuda, dia mengambil botol yang berada dimejanya dan tangannya sudah siap untuk memukulkan botol itu kepada siapapun yang mendekat. Tiga orang mendekat, aku pastikan dia adalah teman lelaki itu.
"You wanna try??" Pekiknya pada ketiga lelaki itu.
Ketiga lelaki itu mundur perlahan. Dan perempuan itu langsung membanting botol yang ada ditangannya. Dua sisi bibirku tersungging saat melihat aksinya. Seperti singa betina yang dibangunkan dari tidurnya. Kemudian dia berbalik dan berjalan pergi.
"Kei... Keiza... bayar dulu kei!" Teriak waitress.
Perempuan itu mendengus kesal. Dia mengambil uang dari saku celananya.
"Nih." Ucapnya singkat.
Dia melanjutkan berjalan melewatiku. Dia menatapku dengan tatapan yang ingin memangsaku. Tatapannya sungguh dingin. Tapi mampu membuat jantungku berdegup tak beraturan. Oh my God! Aku membalas tatapannya dengan tajam. Dan tanpa tersadar dua sisi dari bibirku menyungging.
"Kembaliannya Kei..." Teriak si waitress. Dia menoleh.
"Buat lo!" Teriaknya lagi. Kemudian bergegas pergi.
Aku melihatnya sampai dia hilang dari pandanganku. Aku tersenyum kembali. Kemudian duduk kembali ditempat dudukku semula. Dan dua pasang mata dari sahabatku menatapku tajam dan aku tak bisa mengartikan tatapan cengo mereka.
Tbc.
-----
Hi semua...
Ini salah satu bagian dari ceritaku yang baru.
So, what do you think?
Aku harap kalian mau memberikan vote dan comment kalian disini. Sebagai pertimbangan, haruskah aku lanjutkan cerita itu atau aku biarkan sebagai special part saja.
Thanks buat kesetiaan kalian yang masih sudi untuk membaca cerita ku.
See you soon...
Muach :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top