Shocking day
Chapter 36.
PPOV
Sinar matahari pagi mulai memasuki celah - celah kamarku. Sinarnya mulai mengganggu mataku yang sedang tertidur. Aku membuka mataku dengan pelan. Kurasakan sebuah tangan yang kekar memelukku. Suamiku masih tertidur dengan lelap. Dia terlihat sangat manis dan tampan saat tertidur seperti ini, pemandangan terindah dari sang Pencipta disaat aku terjaga dari tidurku. Dengan perlahan, aku bangun dari tidurku. Aku sengaja tidak membangunkan suamiku, dia pulang larut semalam karena kerjaannya yang menumpuk. Aku mencium keningnya sebelum aku beranjak dari tempat tidur.
Akhirnya aku diijinkan untuk pulang, setelah 6 hari dirawat dirumah sakit. Aku sungguh senang. Dan hari ini jadwalku untuk check up lagi ke dokter, hari ke empat setelah kepulanganku dari rumah sakit. Aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan suamiku. Suamiku sengaja meluangkan waktunya hari ini untuk mengantarku, mas Ali bilang dia sudah rindu ingin melihat anaknya. What a happy today! Walaupun tidak seharian bisa bersama mas Ali, setidaknya aku masih bisa menikmati kebersamaan dengannya ditengah2 kesibukannya.
Akhir2 ini mas Ali sibuk sekali. Walaupun begitu, mas Ali tidak pernah melupakan ku ditengah kesibukannya. Setiap saat dia selalu menelponku untuk memastikan keadaanku. Mas Ali semakin protektif padaku. Dia tidak mengijinkan ku untuk melakukan pekerjaan yang berat dan melelahkan. But, I really love the way he treats me. Hehehe.
Selesai mandi dan berdandan, aku membangunkan suamiku. Aku membuka tirai kamarku, mas Ali mulai merasa terganggu dengan silaunya sinar matahari pagi ini. Matanya masih terpejam, dia hanya merubah posisi tidurnya dan memeluk gulingnya. Aku menarik bedcover yang menyelimuti tubuhnya, mas Ali menariknya kembali. Aku terkekeh. Aku pijat2 tengkuk lehernya.
"Sayaaaang... banguuuun..." Teriakku padanya.
"Hmmm..." Balasnya padaku. Inilah rutinitas pagiku, rutinitas yang membuatku harus extra sabar.
"Ayo sayaaaang... banguun. Udah siang nih." Teriakku lagi.
"Huum... bentar." Balasnya lagi. Ya Allah. Buatku, suamiku adalah lelaki yang sempurna, mungkin hanya ini yang bikin kesempurnaan nya sedikit luntur, hehehe. Kebo kalo sudah tidur.
Cara terakhir, aku cium seluruh bagian wajahnya. Akhirnya dia terbangun. Aku bantu dia untuk bangun sampai dia duduk. Mas Ali mengusap usap wajahnya, dan mengacak acak rambutnya. He's so cute, like it so much. Hahaha. Setelah itu aku memintanya untuk segera mandi karena jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi. Aku menariknya dan membawa kekamar mandi.
"Ngak ditemenin Yang mandinya??" Katanya padaku. Aku mengerutkan dahiku.
"Iya ditemenin... terus lupa kalau mau mandi." Balasku padanya. Tawa mas Ali pecah.
"Hahahaaa... Ya kali punya istri cantik terus di anggurin, mubadzir dong sayang... Hehehe." Sambungnya lagi sambil menarik hidung mancungku dengan pelan. Kemudian mencium keningku sebelum dia menutup pintu kamar mandi.
Sesaat kemudian aku turun menyusuri tiap anak tangga dengan pelan. Aku melihat mbok Surti sedang menyiapkan sarapan untukku dan juga mas Ali. Tanpa komando, aku langsung membantunya.
"Pagi mbok... " Sapaku padanya. Si mbok tersenyum.
"Pagi non..." balasnya padaku.
"Sini Mbok, aku bantuin." Kataku padanya.
"Jangan non, nanti si mbok di marahin den Ali. Non, duduk aja." Ucapnya kembali. Aku tak menghiraukannya.
"Yaelah mbok, cuma gini aja mah ngak cape. Mas Ali ngak bakalan ngomel2 ko sama mbok. Nanti aku yang omelin dia." Kataku padanya sambil mengedipkan salah satu mataku. Wink. Mbok surti terkekeh.
Suara bel pintu rumah berbunyi. Saat mbok Surti ingin berlari membukanya, aku mencegahnya. Aku meminta mbok Surti untuk melanjutkan menyiapkan sarapan. Kemudian aku melangkahkan kakiku untuk membuka pintu. Saat aku membuka pintu, aku terkejut. Mataku melotot hampir tidak percaya. Rahangku mulai mengeras. Salah satu tanganku mengepal dengan sempurna.
"Pagi Prilly... " Sapanya padaku. Aku menatapnya dengan tatapan yang ingin membunuhnya. Dia memberikan fake smile nya padaku seperti biasa. Oh my God! Unbelievable.
"Lo?? Ngapain Lo kesini??" Tanyaku geram. Aku berjalan mundur menjauhinya. Dia melihat ku dari atas kebawah, kemudian kembali menatap tajam kearah perutku. Ya Allah!
APOV
Hari ini rasanya gue seneng banget, gue dan istri gue bakal njenguk anak gue lewat USG 4D tentunya, hahaha. Gue udah kangen akut sama dia. Gue dan istri gue sengaja ngak pengen tahu jenis kelamin anak kami, biar surprise. Wkwkwk. Setelah mandi gue langsung bersiap2. Gue ngak pengen terlihat formal banget hari ini, walaupun gue mesti cabut lagi kekantor setelah selesai nganter Prilly check up. Gue pakai kemeja hitam, dasi abu2 tua polos, celana hitam, dan jaket kulit hitam. Ngak lupa sama rambut gue yang gue spike paripurna.
Gue lihat pantulan seseorang yang sangat mirip dengan gue di cermin. Gue tersenyum lebar. Senyum maut yang bikin semua kaum hawa klepek2 mampus. Wkwkwk. Gue ngerasa happy banget hari ini, hati gue secerah matahari yang bersinar sempurna pagi ini. Gue langsung bergegas turun untuk nemuin bidadari gue, istri gue tercinta.
Gue mendengar suara Prilly sedang berbicara dengan seseorang. Gue lihat mbok sendirian didapur. Nada suara Prilly sedikit kasar. Gue terdiam sebentar, samar2 gue dengar obrolan mereka, sepertinya seorang perempuan. Gue kemudian berdiri bersandar dibalik dinding kamar tamu dan melipat kedua tangan gue didada sambil mendengar obrolan mereka, bukan obrolan tapi seperti bertengkar.
"Lo ngak puas bikin gue trauma gara2 tingkah lo ditoilet waktu itu. Dasar psycho!" Teriak Prilly. What?? Jadi perempuan ini pelakunya. Oh my God.
"Gue ngak akan pernah puas sampai apa yang gue inginkan tercapai. Lo tinggal pilih, suruh suami lo tanggung jawab atau gue ambil alih perusahaan dia?? Dan Lo harus siap2 angkat kaki dari sini." Bentaknya pada istri gue.
"Ngak ada yang perlu di pilih." Jawab istri gue tegas. Rahang gue mengeras, tangan gue mengepal. Darah gue mulai mendidih sekarang. "Ngak ada yang perlu dipertanggung jawabkan dan mas Ali ngak akan biarin lo ngambil alih semuanya. Lo bukan tandingan dia. Dan Selama gue masih bernafas, gue ngak akan pernah ninggalin rumah ini. Karena ini rumah gue dan suami gue." Sambung istri gue lagi. Dia selalu memberika penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan, terutama pada kalimat terakhir.
Ya Allah! Istri gue sudah kaya singa betina sekarang. Gue rasa dia udah murka sama itu perempuan. Kalian tahu apa yang bakal terjadi kalau bini gue udah murka?? Let's see. Oh my God, gue lupa kalau bini gue lagi hamil. Shit!
"Lo berani sama gue?? Gue ngak pernah main2 Prilly." Bentaknya lagi pada istri gue. Kalo itu laki2 udah gue tonjok dari tadi.
Dari tempat gue berdiri, Gue lihat Prilly mulai berjalan mundur. Dan perempuan itu semakin berjalan maju kearah Prilly. Gue lihat mbok Surti yang ingin menghampiri istri gue, gue langsung melotot dan menggeleng gelengkan kepala gue, tanda gue ngak setuju. Mbok Surti berhenti ditempatnya. Gue lihat Prilly yang hampir terhuyung jatuh kebelakang karena tidak memperhatikan langkahnya. Dengan hitungan detik gue langsung menangkap tubuhnya. Mata istri gue terpejam. Gue menghela nafas gue. Gue langsung benerin posisi istri gue untuk berdiri. Tangan gue masih melingkar di pinggangnya. Mata gue langsung menatap tajam perempuan itu.
"Kamu ngak papa kan sayang??" Tanya gue cemas. Dia mengangguk. Wajahnya terlihat kaget bercampur takut.
"Kalo sampe lo nyentuh istri gue lagi, gue habisin lo Tatjana!" Ucap gue. Tawa perempuan itu pecah.
"Gue ngak bakal sentuh dia ko. Asal lo nurutin kemauan gue. Lo nikahin gue atau lo serahin seluruh saham lo yang ada di Bandung." Jelasnya pada gue. Shit! Jadi ini motifnya. Analisis bang Aron ngak ada yang meleset.
"Mimpi lo! Sampai lebaran monyet juga gue ngak bakalan ngelakuin itu!" Bentak gue.
"Tatjana..." Teriak seseorang padanya. Gue lihat papa dan mama gue di ambang pintu rumah gue. Tatjana terlihat kaget. Mama langsung berlari kearah gue dan Prilly. Dia langsung menghamburkan pelukannya kepada istri gue Prilly.
"Bawa Prilly ke atas mah." Pinta gue pada mama. Mama mengangguk.
"Tapi mas..." Ucap istri gue.
"Biar mas yang urusin. Ok!" Kata gue menenangkan Prilly, gue cium keningnya.
Dia sedikit ketakutan. Istri gue pun pasrah. Mama membawa istri gue kembali kekamar. Gue ngak mau dia lihat situasi panas kayak gini. Gue ngak mau dia stress dan balik lagi ke rumah sakit. Damn!
Papa berjalan mendekati Tatjana. Gue masih terdiam ditempat gue berdiri. Papa melirik gue. Tatjana masih diam membeku ditempat.
"Om..." Panggilnya pada papa dengan gugup.
"Kamu sudah terlalu jauh melangkah Tatjana. Kamu salah paham." Kata Papa. Gue masih ngak ngerti papa gue ngomong apa. Sumpah deh! Demi neptunus di film spongebob.
"Om yang bikin papa meninggal. Gara2 om papa pergi ninggalin aku." Teriak Tatjana, air matanya mengalir. Papa gue bunuh orang?? Impossible.
"Biar om jelasin. Kita duduk dulu." Kata Papa pada Tatjana. Tatjana menepis tangan papa saat mengajaknya untuk duduk.
"Ngak perlu. Ngak ada yang perlu dijelasin om. Aku ngak bodoh om!" Teriak nya lagi.
"Ada yang papa kamu rahasiain dari kamu. Dan kamu perlu tahu itu." Kata papa gue, papa terlihat sangat tenang.
Papa gue emang orang yang sabarnya ngak ketulungan. Kesabarannya sudah terkenal dimana2. Namun jangan harap papa gue bisa gampang disepelein karena dia sabar. Karakter papa susah ditebak oleh lawan. Ngak ada yang berani sama dia. Sorot matanya yang tajam, mampu untuk menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Dan itu, dia turunkan pada gue.
Akhirnya mereka pun duduk. Gue duduk di dekat papa. Dan tatjana duduk di sofa yang lain, yang jaraknya sedikit jauh dari kami. Dan papa mulai menjelaskan semua. Gue yang ngak ngerti apa2 berusaha untuk menjadi pendengar yang baik.
"Om ngak pernah mengambil atau merebut apa2 dari papa kamu. Om dan papa kamu itu sahabat sejak kami kuliah. Papa kamu meminta om untuk membantunya. Semua yang om lakukan untuk perusahaan papa kamu, tidak lebih karena permintaan papa kamu. Papa kamu sengaja membuat perusahaan seakan2 pailit, kemudian om yang dimintanya untuk membantunya saat itu. Dia telah mewariskan semuanya untuk kamu Tatjana. Semua sudah diwasiatkan pada om Ferry dan om Hardi, orang kepercayaan papa kamu. Kamu kenal mereka bukan?" Tanya papa pada Tatjana. Perempuan itu mengangguk.
"Kenapa papa ngelakuin itu om? Papa ngak percaya sama aku? Mama tau semua ini?" Tanyanya kembali.
"Mama kamu tahu. Tugas mama kamu dikantor hanya lah sebagai pengontrol dan pengawas disana. Papa kamu hanya khawatir jika perusahaan yang selama ini dia bangun dengan susah payah akan hancur dalam hitungan menit. Dengan sifat kamu yang manja, suka seenaknya, egois dan suka menghambur2kan uang, papa kamu khawatir dengan itu." Jelas papa lagi.
Ok, gue makin ngerti kemana cerita ini berjalan. Air bening dari mata Tatjana mulai menetes.
"Om rasa saat ini, om harus mengembalikan semua milik papa kamu padamu. Semua milik papa kamu yang telah dititipkan pada om. Dengan syarat, kamu harus menuruti semua permintaan papa kamu yang sudah tertulis pada surat wasiat itu. Bagaimana??" Tanya papa gue.
"Maksud om??" Tanyanya kembali.
"Ada beberapa persyaratan yang harus kamu penuhi sebelum kamu memegang perusahaan papa kamu. Om Ferry dan om Hardi akan menjelaskannya padamu. Jika kamu tidak mampu, sementara mama kamu yang akan menggantikannya. Bagaimana Tatjana? Kamu bersedia?" Tanya papa gue lagi.
Lama2 bosen juga gue disini, lihat perempuan yang sudah bikin keluarga kecil gue jungkir balik. Arrggggh. Gue sudah pengen meluk istri gue yang ketakutan tadi.
"Iya om. Aku bersedia." Jawabnya singkat.
"Baik kalau begitu." Balas papa.
"Dan om minta sama kamu, untuk berhenti menganggu keluarga Ali dan istrinya. Om tahu, apa yang sudah kamu lakukan sama Ali dan istrinya sampai mereka hampir berpisah. Papa kamu pernah bercerita kalau dulu kamu suka sama anak om, Ali. Sayangnya Ali selalu cuekin kamu disekolah. Tapi cinta ngak bisa dipaksain sayang, om yakin kamu akanbisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari pada Ali. Kamu ngak bisa maksain kehendak kamu seperti itu. Papa kamu pasti sedih kalau melihat anaknya seperti ini." Kata papa yang bikin gue shock. Oh my God! Tatjana terkejut, kemudian menundukkan kepalanya.
"Apa pah?? Jadi selama ini papa tahu yang bikin Ali sama Prilly ribut?? Terus papa diam aja gitu?" Tanya gue heran. Papa mengangguk dan gue cuma geleng - geleng kepala. Ah papa, bikin anaknya stress aja.
"Iya. Papa ngak mau ikut campur urusan rumah tangga kamu. Semua ini bisa jadi pelajaran buat kamu dan Prilly. Kamu bisa lihat kan sekarang?? Kamu sama Prilly makin dekat dan sudah tidak bisa dipisahkan lagi." Ucap papa sambil menepuk pundak gue.
"Gimana Tatjana kamu bisa hentikan tindakan kamu yang konyol itu?? Om tahu, kamu anak yang baik. Kamu hanya salah paham. Ali dan Prilly ngak ada hubungannya sama sekali, urusan kamu hanya sama om. Ali dan Prilly ngak tahu apa2 disini. Ali dan abangnya hanya menjalankan apa yang om perintahkan kepada mereka." Jelas papa lagi.
"Iya om. Tatjana minta maaf." Ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
Enak banget, dia kira setelah minta maaf selesai gitu?? Dia kira setelah meremas kertas sampai lecek dan lusuh terus bisa langsung balik lagi jadi kertas yang utuh kaya semula? Cih!
"Gimana Li, kamu mau kan maafin Tatjana?" Tanya papa pada gue.
Ah papa, apa2an lagi. Sifat papa yang sabar ngak nurun ke gue. Yang nurun cuma kegantengannya, matanya yang tajam, senyumnya yang bikin kaum hawa klepek2, otaknya yang encer sama kebaikannya. Tapi bukan baik sama orang yang udah nyakitin kita, itu bukan gue. Gue paling benci kalo lagi kaya gini, gue bukan tipe orang yang gampang buat maafin.
"Aliiii..." panggil papa gue.
Tangan Tatjana sudah terulur didepan gue untuk meminta maaf, dan gue hanya melihatnya dengan muka malas. Dengan terpaksa gue balas uluran tangan dia. Males banget deh, tapi gue ngak mau berdebat sama bokap gue sekarang. Kepala gue sudah pusing gara2 ini perempuana. Shit!
"Maafin gue Li." Ucapnya pada gue.
"Gue pegang omongan lo, kalau sampai ke ulang lagi, gue ngak segan2 buat bikin lo menyesal seumur hidup lo." Ancam gue.
Gue ngak main2 kali ini. Papa menatap gue dengan tajam, tatapan yang ingin marahin gue. Bodo!!
"Aliiii..." teriaknya papa pada gue.
"Maaf pah." Balas gue singkat.
"Ngak papa om, Tatjana ngerti ko." Katanya lagi. Good, kalo dia ngerti.
"Gue juga mau minta maaf sama Prilly." Lanjutnya lagi. Sorry ya, gue ngak sudi lo nemuin istri gue lagi.
"Nanti gue sampein sama Prilly. Dia lagi ngak enak badan. Kasihan kalau harus naik turun tangga." Balas gue.
Dia membalas dengan anggukan. Papa masih melihat gue dengan tatapan elangnya. Gue berasa bangunin singa lagi tidur. Dan itu sudah biasa buat gue.
"Ya udah, sekarang om anter kamu ketemu sama om Ferry dan om Hardi." Kata papa gue.
"Oia Li, bilang sama mama, papa anter Tatjana ke kantor om Ferry dulu. Nanti papa jemput lagi kesini." Suruh papa. Gue mengangguk lagi.
Sesaat setelah papa pergi, gue langsung nemuin istri gue. Gue bisa dengar tawa mama dan Prilly saat gue berdiri didepan kamar gue. Ya, mama selalu tahu bagaimana caranya mencairkan suasana. Dia selalu punya cara untuk membuat anak - anak nya selalu tersenyum dan tertawa. Love you mom...
------ ----- ----- ----- ----- -----
Hi semua...
Semoga bisa menghibur ya.
Thank You semua, buat support dan voments kalian. Love you All.
Aku tunggu jejak kalian ya. Kalo bisa comment yang panjang. Maaf kalo update nya lama. Hehe.
Ngak terasa aku udah panjang banget nulis ceritanya. Itu berartu selama ini, aku menghayal terus ya?? Wkwkwk. Kaya orang diatas normal aja. Hahaha.
Well, keep waiting ya guys. Bentar lagi mau tamat nih. Jangan sampai ketinggalan ya.
Mau happy ending atau sad ending?? Semoga kalian mau jawab. Kalau udah pada jawab baru aku publish lagi deh kelanjutannya, hehehe.
See you soon my beloved readers.
Mmmuuuaaach.
:*
Salam sayang dari author abal2 ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top