Refrain 3
Chapter 29
PPOV
Well, akhirnya hari yang aku tunggu - tunggu datang juga. Hari ini Itte ngasih ijin aku buat pulang. Tapi Itte memintaku untuk tetap rawat jalan sampai aku benar - benar sembuh. Suamiku pun pasrah saja, karena Itte sudah memberikan ku ijin untuk keluar dari RS. Tentunya ini hasil dari usahaku yang terus menerus merengek meminta pulang kepada mas Ali dan juga Itte. Mungkin jika dokternya bukan sahabatku sendiri, aku tidak akan berani seperti itu, hehehe. Lagi pula aku kasihan dengan mas Ali yang selalu menjagaku disini. Apalagi sekarang mas Ali sudah mulai bekerja kembali. Rasanya aku tidak tega melihatnya tiap malam tidur di sofa.
Aku melihat jam di smartphone menunjukkan pukul 10.25 pagi. Aku yang sudah selesai bersiap - siap untuk pulang masih duduk di tempat tidur menunggu mas Ali menjemputku. Karena Mas Ali berjanji jam 10 dia akan menjemputku. Aku mengganti - ganti chanel TV yang sedang aku tonton. Rasanya sungguh membosankan, menunggu seseorang yang tidak kunjung datang, huft.
"Cieeee... yang mau ketemu suami, cantik amat bu." Ledek Itte yang tiba - tiba masuk kekamarku. Dia selalu se'enaknya masuk ke kamarku. Kalian ingat kan kejadian kemarin yang membuatku malu setengah mati. Aku hanya meliriknya kesal.
"Ko mukanya ditekuk gitu?? Katanya mau pulang, dah gue ijinin juga. Eh thu muka masih kusut aja kayak belum disetrika." Sambungnya lagi.
"Apaan sih Te, biasa aja." Balas gue kesel.
"Nungguin Ali?? Suami lo sudah datang ko dari tadi. Dia lagi ngurus kepulangan lo tuh didepan. Sabar bu..." Kata Itte lagi.
Tiba - tiba pintu kamarku terbuka lagi. Aku melihat orang yang sedari tadi sudah aku tunggu, suamiku Ali. Dia sedikit berkeringat, lengan kemejanya sudah dia lipat sedikit. Mungkin dia habis kesana kemari mengurus kepulanganku. Dia tersenyum manis kepadaku. Oh my God. Senyumnya mengalihkan duniaku. Hehehe.
"Maaf sayang, dah nunggu lama ya." Kata mas Ali sambil mengusap usap rambutku. Aku tersenyum kecil. Kemudian aku mengambil tisu dimeja sebelah tempat tidurku, setelah itu aku mengelap keringat yang ada didahinya. Dia memandangku lekat - lekat.
"Eheeeem..." Suara batuk Itte mengagetkan ku. "Gini ni kalo udah ketemu, berasa yang lain ngontrak aja." Ledeknya lagi.
"Hahaha..." Tawa mas Ali pecah. "Biasa aja kali bu, lo nya aja yang ngiri. Buru gih nikah, biar bisa ngrasain nikmatnya sebuah pernikahan." Lanjut mas Ali. Tawa Itte pecah.
"Gaya lo nasehatin gue. Baru kesandung kerikil aja sudah mau ambruk lo. Wuahaha..." ledeknya balik. Mas Ali hanya mendengus kesal. Aku ikut tersenyum.
"Yuk." Ajak mas Ali padaku. Mas Ali mengulurkan tangannya untuk membantuku turun dari tempat tidur.
"Hati2 ya. Take care Prill, Ali. Jangan balik kesini lagi." Kata Itte. Kami pun tersenyum.
"Makasih banyak ya Te." Kataku pada Itte. Aku pun memeluk nya.
"Sama2 Prill." Balas Itte.
"Thanks ya Te. Kita pulang dulu." Pamit mas Ali pada Itte.
Mas Ali merangkulku dengan posesive. Dia tahu, aku masih sedikit lemas. Seharusnya aku menggunakan kursi roda, tapi aku menolaknya. Aku masih bisa berjalan karena aku sudah merasa lebih baik. Sesekali mas Ali menggandengku dengan erat. Sampai akhirnya kami sampai ditempat parkir. Mas Ali membukakan pinto mobil Range Rover nya untukku, ya mas Ali selalu memperlakukan ku dengan manis seperti ini. Mas Ali juga sering membantuku untuk memasangkan seat belt untuk ku. Dan ini yang selalu aku rindukan dari suamiku.
"Mas..." Panggil ku padanya saat mas Ali selesai membantuku memasang seat belt.
"Iya sayang, kenapa?" Tanyanya padaku sambil memasang seat beltnya.
"Aku pengen pulang kerumah mama." Kata ku singkat. Mas Ali terlihat kaget. Dia langsung memandangku.
"Kenapa?? Kamu ngak mau pulang kerumah kita?" Tanyanya kembali. Oh my God, mengapa suamiku selalu tahu apa yang akan aku pikirkan. Apa dia bisa membaca pikiranku?? Dia seperti mempunyai indra ke enam. Dan ini sudah terjadi beberapa kali. Shit!! Aku mencoba untuk tenang.
"Aku kangen sama mama. Kemarin aku sempet telpon sama mama. Mama cerita kalau mama sudah dirumah. Mama juga sudah coba hubungin aku tapi hp ku ngak aktif katanya. Aku janji buat maen kesana. Boleh kan mas, aku nginep beberapa hari dirumah mama??" Tanyaku. Aku melihat raut muka mas Ali yang kecewa. Maafin aku mas. Dia pun mengangguk pelan.
"Boleh ko sayang. Yawdah, mas anter kamu kerumah mama." Kata mas Ali dengan kecewa, senyumnya sudah tidak tampak diwajahnya. Kemudian suamiku melajukan mobilnya keluar dari RS kearah rumah mama.
Selama perjalanan tidak ada pecakapan diantara kami. Mas Ali fokus untuk menyetir. Suasananya begitu hening, dingin. Entah karena AC atau hatiku yang sedang dingin karena ulahku sendiri. Lagu Jenuh - Rio Febrian yang menemani perjalanan kami. Lagu itu sedikit membuat hatiku terusik. Aku tidak jenuh dengan hubungan kami, hanya saja aku membutuhkan waktu untuk merapikan hatiku kembali agar bisa melupakan semuanya. Aku juga sudah memaaafkan suamiku. Aku mencoba bertahan, karena aku yakin Allah akan memberikan yang terbaik untukku. Sepanjang perjalanan aku hanya fokus melihat ke arah jendela, sampai aku mengantuk dan memejamkan mataku.
Aku mendengar suara mas Ali memanggilku. Dia mencoba untuk membangun kan ku.
"Sayang... bangun sayang. Sudah sampe nih." Panggilnya sambil mengelus elus pucuk kepalaku.
Aku mengerjapkan mataku dengan pelan. Mas Ali melepas seat belt ku. Kemudian dia keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku. Dia menuntunku untuk berjalan menuju teras rumah mama.
Mas Ali memencet pintu bel rumah mama ku. Saat pintu terbuka, mamalah yang langsung menyambutku.
"Prilly... Ali..." ucap mama saat melihat kami. Kami berdua tersenyum. Aku langsung memeluk mama, lama aku tak berjumpa dengannya.
"Kangen mah..." ucapku pada mama saat memeluknya. Air mataku menetes kembali. Aku rasa tanggul air mataku sudah jebol, karena akhir2 ini aku sering menangis tiba2. Mama menyeka air mataku.
"Hey... ko malah nangis. Malu tuh sama suami." Ledek mama. Mas Ali hanya tersenyum. Mama melihat pergelangan tangan kanan ku yang tertutup dengan sebuah plester anti air berbentuk persegi panjang yang sedikit lebar.
"Lho ini tangannya kenapa??" Tanya mama khawatir.
"Prilly habis sakit mah." Jawab mas Ali.
"Kamu sakit apa sayang?? Tapi ko mama lihat kamu dikit gemukan sekarang." Kata mama kembali sambil tersenyum senang. Aku belum menceritakan soal kehamilanku pada mama.
"Ayo masuk. Ngobrolnya didalam aja." Ajak mama pada kami.
Mama mengandengku sesekali dia memeluk pinggangku, mas Ali berjalan dibelakang kami. Kami duduk disofa ruang keluarga. Saat aku akan duduk disebelah mas Ali tiba2 mama menahanku.
"Tunggu sayang... perut kamu... kamu hamil?" Tanya mama padaku sambil memegang perutku. Mama memandangku, kemudian memandang mas Ali bergantian. Aku mengangguk pelan.
"Ya Allah... ko ngak cerita sama mama. Berapa bulan?" Tanya mama kembali. Aku pun duduk disebelah mas Ali.
"15 minggu mah." Jawabku pelan.
"15 minggu?? Terus kalian ngak ngak ngasih tahu mama gitu??" Tanya mama lagi sambil menggeleng pelan.
"Biar surprise mah..." jawab mas Ali asal sambil tersenyum. Aku meliriknya, dia tersenyum padaku sambil mengelus elus rambutku. Mama menghela nafasnya.
"Haduuuh... ada2 aja kalian. Terus kamu sakit apa?" Tanya mama lagi.
"Prilly sakit tifus mah. Dia ngak bisa makan mah beberapa hari. Ya akhirnya harus nginep diRS." Jelas mas Ali. Aku yang sedikit merasa lemas hanya duduk diam.
"Aduh sayang... kemarin ko ngak cerita sih sama mama, kan mama bisa jenguk kamu kemarin." Ucap mama padaku. "Yawdah gih sana istirahat dulu dikamar." Suruh mama padaku. Aku mengangguk. Mas Ali mengantarku kekamar. Dia menuntunku naik kelantai dua.
Sesaat memasuki kamarku, aku tersenyum. Tidak ada yang berubah disini. Boneka - boneka doraemon kesayanganku masih tersimpan rapi dilemari kacaku. Aku pun duduk ditempat tidur king size ku dengan sprei dan bedcover Doraemon. Suamiku pun tertawa melihatnya.
"Berasa lagi ngunjungi stand by me." Ucap suamiku. Aku hanya tersenyum.
"Mas..." Panggilku padanya. Mas Ali pun duduk disampingku.
"Kenapa sayang??" Tanyanya padaku.
"Habis ini mas kekantor lagi?" Tanyaku pada nya. Dia mengangguk.
"Kenapa sayang?" Tanyanya kembali.
"Nanti kalau mas lembur atau pulangnya malam, mas pulang kerumah aja. Ya! Kalau mas pulang kesini kan jauh." Kata ku padanya. Dia sedikit terkejut. Mas Ali menatapku tajam.
"Kenapa? Kamu ngak mau mas pulang kesini nemenin kamu??" Tanyanya kembali. Oh my God, dia tahu lagi. Shit!!
"Ngak mas. Ngak gitu. Aku..." Ucapku yang kemudian tiba2 dipotong oleh mas Ali.
"Mas ngerti ko." Lanjutnya singkat. Kemudian dia tersenyum kecil.
"Kamu pengen sendiri lagi kan? Mas tahu, hati kamu masih sakit. Mas minta maaf, mas udah jahat sama kamu." Sambungnya kembali. Aku tersentak, tenggorokan ku terasa kering seketika. Aku tidak mampu mengucapkan apapun. Lidahku serasa kelu. Ya Allah. Air bening sudah mulai berkumpul dipelupuk mataku.
"Yawdah, mas kekantor dulu ya. Kamu baik2 disini." Pamit mas Ali padaku. Aku masih diam menatapnya. Mas Ali mencium keningku, kemudian dia pun keluar dari kamarku. Air mataku menetes kembali.
APOV
Gue tersenyum saat gue masuk kekamar istri gue, semua barang disana bermotif doraemon. Gue sedikit kaget sih, awal gue kesini cover tempat tidurnya biasa, sekarang doraemon semua. Gue pun terkekeh. Gue berasa di acara stand by me yang pernah gue kunjungi bareng Prilly dulu.
Gue merasa Prilly kembali sedikit aneh. Dia mulai seperti saat gue jemput divilla waktu itu. Entah perasaan gue aja atau gimana.
"Habis ini mas kekantor lagi?" Tanyanya pada gue. Gue tatap dia, matanya seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi dia mencoba untuk menahannya.
"Kenapa sayang?" Tanya gue kembali.
"Nanti kalau mas lembur atau pulangnya malam, mas pulang kerumah aja. Ya! Kalau mas pulang kesini kan jauh." Katanya pada gue. Gue sedikit terkejut. Apa2an ini, apa dia ngak mau gue pulang kesini nanti malam?? Oh damn!!
"Kenapa? Kamu ngak mau mas pulang kesini nemenin kamu??" Tanya gue balik. Gue tahu, Prilly seperti ingin menghindari gue sekarang.
"Ngak mas. Ngak gitu. Aku..." Ucapnya yang sedikit gugup. Gue langsung potong omongannya.
"Mas ngerti ko." Lanjut gue singkat. Kemudian gue tersenyum kecil.
"Kamu pengen sendiri lagi kan? Mas tahu, hati kamu masih sakit. Mas minta maaf, mas udah jahat sama kamu." Sambung gue kembali. Dia tersentak. Matanya sudah mulai berkaca - kaca, dan gue ngak mau lihat dia nangis lagi. Gue ngak tahan.
"Yawdah, mas kekantor dulu ya. Kamu baik2 disini." Pamit gue padanya. Dia menatap gue lekat - lekat, gue rasa air matanya bakal tumpah lagi sekarang. Gue cium keningnya. Kemudian gue beranjak dari duduk gue dan keluar dari kamar istri gue.
Gue berasa lemes seketika. Gue berjalan gontai turun kelantai bawah. Gue ngak tahu mesti ngapain lagi. Gue gagal lagi bawa istri gue pulang. Arrggggh...
"Ali... kamu mau kemana?" Panggil mama Ully. Gue kaget karena hampir menabraknya saat gue sudah berada dilantai bawah.
"Eh mama..." Balas gue kaget. "Ali mau balik kekantor mah." Jawab gue lagi. Mama Ully tersenyum.
"Nanti malam pulang kesini lagi kan?" Tanya mama Ully lagi. Hadeh, repot nih jawabnya.
"InsyAllah mah..." Kata gue singkat. Gue ngak tau nanti malam gue kesini atau ngak.
"Ngak usah dengerin Prilly. Dia kalo lagi emosi suka gitu. Paling juga ngak bakalan kuat lama kalo marah, apalagi marah sama orang yang dia sayang, sama kamu lagi. Mama harap nanti malam kamu pulang kesini. Ya!" Kata mama Ully. Gue terkejut mendengarnya.What?? Dari mana Mertua gue tau kalo anaknya lagi kesel sama gue?? Aih, mama mertua gue emang the best. Hehehe.
"Kalian lagi berantem kan?" Tanya mama Ully lagi.
"Emmm... cuma salah paham aja mah." Jawab gue. Mama Ully tersenyum.
"Pokoknya nanti malam kamu harus pulang kesini. Ya sayang!" Kata mama Ully sambil menepuk pundak gue. "Mama tunggu." Sambungnya lagu. Gue tersenyum girang. Gue dapat semangat dari mama mertua gue.
"Iya mah, Ali pasti pulang lagi kesini." Jawab gue senang. "Ali nitip Prilly ya mah. Kalau ada apa2 kabari Ali mah." Kata gue sebelum pamit, mama Ully mengangguk.
"Iya mantu mama yang paling ganteng. Ati2 ya!" Ucap mama Ully. Gue merinding kalau mama mertua gue bilang gitu, hahaha.
"Assalamualaikum mah..." pamit gue. Kemudian gue mencium tangan kanannya.
"Walaikumsalam Li..." balas mama.
Malam ini gue lembur, kerjaan gue numpuk parah. Walaupun Kaia sempet bantuin gue, tapi ada beberapa yang harus gue kerjain sendiri. Jam tangan gue udah nunjukin pukul 11 malam. Kalau gue pulang kerumah mama Ully bisa2 sampai sana jam 1. Rumah mertua gue dari kantor gue lumayan jauh. Tapi gue udah janji buat pulang kesana, mama Ully tadi juga sudah nelpon buat ingetin gue untuk pulang kesana. Katanya papa Rizal lagi keluar kota gitu, dia takut dirumah ngak ada laki2nya. Dan malam ini hujan turun deras, gue jadi inget Prilly kalau kayak gini. Hujan petir lagi. Gue akhirnya mutusin buat pulang kerumah mama Ully sekarang. Gue ambil smartphone gue dari kantong celana gue, gue bbm mama Ully, takutnya ngak ada yang bukain pintu nanti.
Saat mobil gue sampai didepan rumah mertua gue, mama mertua gue langsung bukain pintu. Walaupun mama mertua, tapi dia kayak nyokap gue sendiri, sayangnya sama gue sama kayak sayangnya nyokap gue sama gue. Gue langsung berlari masuk kedalam karena hujan deras.
"Assalamualaikum mah..." salam gue sebelum masuk, gue cium tangan kanannya lagi. Mama Ully tersenyum.
"Walaikumsalam Li..." jawab mama. "Kamu sudah makan Li?" Tanyanya pada gue saat masuk kedalam rumah.
"Udah mah." Jawab gue singkat.
"Mau mama bikinin teh atau kopi ngak?" Tanyanya kembali. Gue tersenyum.
"Ngak usah mah. Ali langsung keatas aja. Capek mah. Hehe." Ucap gue.
"Yawdah gih sana. Baik2 ya!" Suruhnya pada gue. Gue tersenyum.
"Iya mah. Makasih ya mah sudah nungguin Ali pulang." Kata gue.
"Kamu ini. Nungguin anak pulang mah udah biasa. Dah gih sana istirahat." Suruh mama Ully kembali. Gue pun langsung pergi kekamar istri gue.
Gue buka pintu kamar istri gue pelan2. Gue takut bangunin istri gue yang lagi tidur. Sesaat setelah gue masuk kedalam kamar, gue bingung mau tidur dimana. Secara istri gue masih marah sama gue. Tapi masa gue tidur disofa, bisa pegel2 ni badan. Ini aja masih pegel gara2 tidur disofa kemarin. Gue lihat Prilly tidur nyenyak. Gue sedikit merasa kedinginan, baju gue sedikit basah. Gue lupa lagi bawa baju ganti. Oh Shit!!
Gue lepas dasi gue, gue lepas sepatu gue. Gue duduk ditempat tidur king size Prilly, gue lihat dia yang sedang tidur. Sumpah demi apa, istri gue cantik parah malam ini. Gue kangen banget sama dia. Miss you sayang...
Tiba2 suara petir yang menyambar terdengar dengan keras. Dan istri gue langsung teriak karena kaget.
"Aaaaaaaa..." teriak Prilly sambil menutupi telinganya. Gue langsung peluk dia.
"Ssssst... mas disini sayang. Kamu ngak usah takut ya." Kata gue nenangin dia. Dia langsung meluk gue. Dia membenamkan wajahnya didada gue.
"Mas takut..." Isaknya pada gue. Aduh, dia nangis lagi. Gue seka air matanya.
"Iya sayang, mas disini ko. Kamu bobo lagi ya. Ngak usah takut. Mas temenin kamu." Kata gue lagi. Dia mengangguk, dia peluk gue dengan erat. Thanks God. Bener kata orang, hujan itu membawa berkah. Aseek.
Gue benerin selimutnya. Gue tarik juga bedcover untuk nutupin tubuh gue yang mulai dingin dan juga.tubuh istri gue. Gue denger nafas nya yang sudah mulai teratur. Gue lihat Dia sudah bisa tidur lagi dipelukan hangat gue. Gue pun nyusul dia untuk tidur. Gue harap setelah ini, dia bisa nerima gue lagi, bisa maafin gue dengan tulus.
Alarm jam gue berbunyi, gue langsung matiin tuh alarm. Gue sengaja mensetting tuh alarm jam 04.30 pagi. Gue harus pulang kerumah terlebih dahulu sebelum gue berangkat kekantor. Karena gue ngak bawa baju ganti.
Istri gue Prilly masih tertidur dipelukan gue. Gue lepas pelukan gue pelan - pelan, gue ngak mau dia kebangun. Sesaat setelah gue melepaskan pelukan gue dari istri gue, gue langsung beranjak dari tempat tidur. Gue ambil wudlu untuk shalat subuh.
Setelah shalat, gue menghampiri istri gue yang sedang tidur. Gue mengelus elus perutnya yang sudah mulai membuncit.
"Hey anak Abi. Abi pulang dulu ya. Jagain Umi disini. Jangan nakal ya!" Ucap gue sambil mengelus elus perut istri gue, setelah itu gue cium itu perut.
"Sayang... mas pulang dulu ya. Baik2 ya disini. Miss you Prillyku sayang." Pamit gue pada istri gue sambil mengelus elus pucuk kepalanya. Sebelum gue pergi, gue cium keningnya.
Gue pun keluar dari kamar istri gue. Rasanya gue masih ngantuk banget. Gila aja, gue cuma tidur beberapa jam. Well, demi istri tercinta. Everything for you my beloved Prilly.
"Ali... mau kemana pagi - pagi gini?" Tanya mama mertua gue yang bikin gue kaget.
"Eh mama... bikin kaget aja." Balas gue sambil tersenyum. "Ali mau pulang mah. Ali lupa mah ngak bawa ganti baju." Sambung gue lagi. Mama tersenyum.
"Prilly belum bangun? Ngak sarapan dulu sayang?" Tanya mama Ully lagi. Aih, mama gue yang satu ini perhatian banget, jadi kangen sama mama sendiri. Hehe.
"Prilly masih tidur mah, tadi malam dia ngak bisa tidur gara2 petir. Ali sarapan dirumah aja mah." Jawab gue. "Ali pamit dulu ya mah, nanti kena macet telat deh." Pamit gue.
"Yawdah Tu, ati2 ya! Ngak usah ngebut2!." Kata mama Ully.
"Iya mah. Ali nitip Prilly lagi ya mah, hehehe." Kata gue.
"Iya sayang." Balas mama mertua gue sambil tersenyum.
"Assalamualaikum mah..." pamit gue lagi sambil mencium tangan mama Ully.
"Walaikumsalam Tu..." balas mama.
Mama Ully mengantar gue sampai pintu depan, menunggu gue sampai mobil Range Rover gue meninggalkan rumahnya. Ngak kenapa2 deh anaknya kesel sama gue, yang penting orang tuanya ngak ikutan kesel sama gue, hehehe.
PPOV
Aku melihat mas Ali yang sedang shalat. Namun aku tidak bangun, karena aku masih sangat mengantuk. Aku pun memejamkan mataku kembali. Beberapa saat kemudian aku merasakan sebuah tangan mengelus elus perutku. Aku masih memejamkan mataku. Aku mendengar suamiku mas Ali mengucapkan sesuatu sambil mengelus elus perutku.
"Hey anak abi. Abi pulang dulu ya. Jagain Umi disini. Jangan nakal ya!" Ucap mas Ali sambil mengelus elus perutku. Oh my God. Mataku mulai memanas, aku mencoba untuk menahan agar air bening tak keluar dari air mataku. Sesaat kemudian mas Ali mengelus elus pucuk kepalaku.
"Sayang... mas pulang dulu ya. Baik2 ya disini. Miss you Prillyku sayang." Pamitnya padaku yang sedang pura - pura tertidur.
Sungguh aku sudah tak bisa menahan air mataku jika mas Ali terlalu lama seperti ini. Mas Ali pun mencium keningku. Setelah itu aku mendengar mas Ali membuka pintu kamarku dan menutupnya dengan pelan. Aku menutup mulutku dengan tanganku rapat2, aku menangis. Oh my God. Aku harus meminta maaf pada suamiku. Aku merasa seperti istri yang sangat durhaka. Tangisku pecah seketika.
Malam ini hujan kembali, namun tidak seperti hujan malam kemarin. Aku tidak bisa tidur malam ini. Aku terus mengganti ganti chanel TV dikamarku. Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 12 malam. Namun mas Ali belum pulang. Aku mulai khawatir padanya, perasaanku mulai sedikit tidak enak. Aku mengambil smartphone milik mas Ali yang masih aku pakai sampai sekarang, aku mencari nomor mas Ali. Namun aku urungkan niatku untuk menelponnya. Mungkin mas Ali masih dalam perjalanan.
Aku memutuskan untuk menunggunya pulang dibawah. Aku merasa haus dan sedikit lapar, aku melangkahkan kakiku kedapur. Aku membuat hot chocolate dan memakan sebuah apel dimeja makan rumah orang tuaku. Suara mama tiba - tiba mengagetkanku.
"Sayang... kamu ngapain disini?" Tanya mama padaku. Aku tersenyum melihatnya.
"Mama... Prilly ngak bisa tidur mah. Mama ngapain malam2 bangun?" Tanyaku pada nya.
"Mama denger ada suara berisik tadi. Mama kira Ali pulang. Ngak bisa tidur nungguin suami pulang?" Tanyanya padaku.
"Enggak mah. Paling mas Ali ngak pulang, udah jam segini juga kan." Jawabku ngeles.
"Yakin ngak nungguin Ali pulang?" Tanya mama menyelidik. "Tau dari mana Ali ngak pulang kesini?? Tadi pagi katanya mau pulang kesini lagi ko." Kata mama. Hatiku sungguh senang mendengarnya.
"Mama nih sok tahu." Ucapku asal.
"Mama ngak sok tahu, tapi emang mama tahu." Balas mama lagi.
"Kamu tahu kan sayang, kalo kita itu ngak boleh marah sama orang lebih dari 3 hari. Kamu udah berapa hari marah suami kami?" Tanyanya padaku. Oh my God. Aku tersentak mendengar pertanyaan mama.
"Maksud mama?" Tanyaku kembali.
"Kamu itu dari kecil ngak bisa bohong sama mama." Kata mama sambil menarik hidungku.
"Ih mama... sakit mah." Teriakku manja. "Kayak mas Ali aja." Kata ku lagi.
"Tuh... Kangen kan sama Ali..." Kata mama meledek ku. Aku hanya tersenyum mendengarnya. "Mama telponin Ali ya..." Lanjut mama kembali.
"Ngak usah mah..." Balasku singkat. Mama tersenyum kembali.
Mama kemudian pergi meninggalkan ku kekamarnya. Sesaat kemudian dia kembali membawa smartphonenya. Mama tersenyum nakal kepadaku saat menghampiriku. Aku melihat mama menekan layar smartphonenya, kemudian menaruh smartphone nya ditelinganya. Cukup lama mama menunggu sampai telponnya diangkat.
Via telpon.
"Assalamualaikum..."
"Walaikumsalam Ali... kamu dimana? Baik2 aja kan sayang?" Tanya mama pada suamiku. Aku mulai cemas, mengapa mama langsung bertanya seperti itu.
"Iya mah. Ali dirumah. Maaf ya mah, malam ini Ali belum bisa pulang kesana. Badan Ali dikit ngak enak mah, jadi tadi Ali langsung buru2 pulang kerumah."
"Kamu sakit??" Tanya mama lagi. Oh my God. Mas Ali sakit lagi. Perasaan ku semakin tidak enak.
"Ngak ko mah. Kayaknya Ali cuma kecapean aja. Ali nitip Prilly lagi ya mah. InsyAllah besok Ali kesana."
"Iya Tu, Prilly baik2 aja ko disini. Yawdah, kamu istirahat ya. Jangan kesehatan ya!" Kata mama.
"Iya mah. Makasih ya mah. Maaf Ali udah ngerepotin mama terus."
"Kamu ini ngomong apa sih. Yawdah, dilanjutim lagi gih istirahatnya. Assalamualaikum." Kata mama
"Walaikumsalam mah."
Mama mematikan sambungan telponnya. Kemudian dia melirikku. Mama sepertinya tahu apa yang aku rasakan.
"Ali ngak pulang kesini malam ini. Katanya besok baru kesini." Kata mama singkat.
"Lembur ya mah?" Tanyaku kembali. Aku hanya mencoba menutupi kecemasanku.
"Suami kamu kayaknya sakit. Ali ngak cerita sih. Dari suaranya sedikit aneh." Cerita mama. Ya Allah, apa benar mas Ali sakit lagi?? Aku harus gimana sekarang. Aku yakin mas Ali butuh aku sekarang.
Aku hanya bisa terdiam. Kemudian tertunduk sambil melihat gelas hot chocolate ku yang mulai dingin.
"Sayang... mama yakin kamu pasti tahu mana yang baik buat kamu, mana yang buruk buat kamu. Kamu sudah jadi istri sekarang, surga kamu bukan sama mama lagi, tapi sama suami kamu. Semuanya tergantung sama kamu sekarang. Life is matter of choices." Kata mama panjang lebar sambil mengelus elus rambutku. Aku masih terdiam, mencoba mencerna setiap perkataan mama.
"Yawdah, sekarang kamu tidur gih, udah malam. Nanti kalau kamu kenapa2, Ali marah lagi sama mama. Gih sana tidur! Mama tidur dulu ya." Sambung mama kembali kemudian mencium pucuk kepalaku. Aku mengangguk.
"Iya mah." Jawabku singkat. Mama pun meninggalkan ku yang masih duduk di meja makan.
Life is matter of choices, bathinku dalam hati. Air mataku lolos kembali dari tempatnya. Ya Allah.
Semoga bisa terhibur ya.
Sebelumnya minta maaf ya, mungkin nanti next chapter agak lama ngepost nya. Lagi sedikit sibuk, hehehe.
Makasih buat yang udah vote and voment. Makasih juga yang udah support aku. Jangan bosen2 y buat ninggalin jejak. Kalo ngak sabar nunggu kelanjutannya, di comment aja terus, biar inget kalo aku punya utang cerita, hahaha.
See you soon.
Kecup mesra semuanya...
Muuuuaaaach.
:*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top