Puzzle

Chapter 35.

PPOV

Ini hari ke empat, sejak aku berada dirumah sakit. Rasanya benar - benar membosankan, sungguh amat membosankan. Tapi aku harus bersabar, aku masih belum diijinkan untuk pulang. Entahlah sampai kapan aku berada disini, mas Ali bilang dua atau tiga hari lagi. Oh my God. What a pity I am!

Saat ini aku hanya sendirian. Setelah sarapan bersama mas Ali, mas Ali kemudian langsung berangkat ke kantor. Mama yang sudah berjanji akan menemaniku tak kunjung datang. Aku mengambil buku diary ku yang mas Ali bawakan untukku. Ternyata selama ini mas Ali yang menyimpannya. Pantas saja, aku sudah mencarinya kemana - mana namun aku tidak menemukannya. Dan tenyata, suamiku sudah membacanya saat aku pergi meninggalkan rumah. Oh my God. Aku merasa seperti ditelanjangi oleh suamiku sendiri. Semua rahasiaku sudah dia baca. Well, se'ngaknya bukan mama atau orang lain yang membacanya. Bisa - bisa aku tidak mempunyai muka lagi didepan semua orang.

Aku membuka bagian terakhir buku diary ku. Mataku melotot. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Ada tulisan mas Ali disana. Aku tersenyum. Mas Ali menempelkan sebuah foto mesra kami sewaktu kami berlibur di Pulau Bora - Bora, Tahiti Island. Mas Ali juga menuliskan sebuah puisi di buku diary ku.

Mungkin kita adalah dua sisi koin yang ditakdirkan berpasangan.
Mungkin di saat seperti ini, kita baru paham seperti apa bentuk rindu yang menelusup pelan.
Kala diam.
Kala hening.
Kala malam.
Kamu...
Ketika rumus fisika majal,
matematika menemui ajal,
kimia tak lagi berguna,
dan biologi hanya kata tanpa arti.
Kamu...
ketika cinta menjelma menjadi satu definisi.
Pasti.

Aku terharu membaca puisi itu, entah mas Ali membuatnya sendiri atau itu milik orang lain. Aku bisa merasakan apa yang mas Ali rasakan sewaktu menulis puisi itu. Aku dan mas Ali tahu bahwa kami tidak bisa bertahan saat salah satu dari kami pergi. Semua akan terlihat berantakan dan juga tidak beraturan. Mataku mulai memanas, pelupuk mataku sudah terisi oleh air bening. Dan mereka siap untuk meluncur dengan bebas. Aku menyekanya, aku tidak ingin menangis hari ini. Sesaat kemudian, aku menulis apapun yang aku rasakan selama ini. Aku seperti bernostalgia dengan buku diaryku.

Setelah selesai, aku mengambil Iphone ku. Aku membuka key lock nya, kemudian aku mencari foto di menu galeri ku. Aku memilih sebuah foto bersama mas Ali saat dia mencium keningku dengan view sunrise di sebuah Pantai. Foto candid yang dikirim kak Adi sewaktu kami di Bali. Aku men-share nya di akun Instagram milikku. Dengan caption "He's not perfect but he is all I want." dan juga gambar couple berciuman. Aku men-Tag terbalik namaku dan juga nama mas Ali di foto itu.

Notifikasi pecah seketika. Iphone ku berbunyi tiada henti. Dalam beberapa detik foto tersebut telah banyak yang memberikan like. Beberapa temanku juga memberikan comment mereka disana, tidak terkecuali mama - mama ku dan juga suamiku. Aku terkekeh melihatnya.

Via IG

Itteagatha : bikin gue garuk2 tembok dipojokan aja -.- @aprillyacalexa

Alalirezky: And you're my perfection @aprillyacalexa.

ullyully : eheem...

mamaresii : co cuitnya... lanjutkan!!

Kejulio : wohooo... berasa ngontrak aja nih gue @alalirezky @aprillyacalexa

adipatiken : fotographer nya ajiib... @aprillyacalexa @alalirezky

alyakaia : cieee in aja deh... #Speechless @aprillyacalexa @alalirezky

Aku tersenyum membacanya, terkadang ada juga yang membuatku terkekeh. Aku sedikit merasa terhibur sekarang.

"Saayaaang... ngak lagi kenapa2 kan??" Tanya suamiku yang tiba2 mengagetkan ku.

"Lho, mas ko udah balik lagi. Emang meetingnya udah selesai?" Tanyaku padanya saat dia berjalan mendekatiku. Kemudan mas Ali mencium keningku.

"Dicancel. Ya udah deh balik aja nemenin istri tercinta, ngak terlalu sibuk juga. Kenapa senyum2 gitu? Perasaan obatnya udah diminum deh?? Hehehe." Ledek suamiku.

"Ih mas Ali... " Teriak ku padanya sambil mencubit perutnya.

"Awwww... sakit sayang... " teriaknya balik.

"Bodo." Gerutuku lagi.

"Mulai deh ngambek nya. Canda sayang..." ucap mas Ali kemudian langsung mencium bibirku. Aku membalasnya sampai akhirnya menjadi lebih intens.

"Ups... " Teriak seseorang.

Aku dan mas Ali langsung terkejut. Wajahku mulai sedikit memanas, aku rasa wajahku seperti kepiting rebus saat ini. I'm shy. Oh my God! Kejadian ini terulang kembali.

"Mama..." teriakku. Mamaku dan mama mertua ku. Oh my God! Mas Ali terlihat sedikit santai, namun aku bisa melihat wajah suamiku yang mulai memerah.

"Ko ngak dilanjutin sih?" Tanya mama mertuaku. Mamaku hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kalo mama udah pulang nanti Ali lanjutin." Ucap suamiku. Aku menabok pahanya. Dia malah terkekeh. "Salam dulu kek mah, nyelonong aja kaya bajaj." Lanjutnya lagi.

"Maaf deh Tu. Kirain Prilly sendirian, hehehe." Kata mamaku. Mereka pun tertawa, tidak terkecuali mas Ali. Aku hanya tersenyum malu.

Setelah itu, kami semua mengobrol secara random dan juga mengemil bersama. Mama - mama ku membawa banyak makanan. Sebagian aku berikan pada Itte dan juga beberapa perawat yang sering membantuku. Suara dering smartphone mas Ali berbunyi. Sesaat setelah mas Ali menjawab telpon itu, mas Ali pamit untuk pergi. Suamiku bilang ada urusan dengan bang Aron. Akhirnya aku mengijinkan, walaupun berat rasanya. Saat - saat seperti ini, hanya mas Ali yang bisa membuat mood ku selalu lebih baik. He is my mood-booster.

APOV

Gue sudah ngak sabar buat ketemu sama bang Aron. Gue buru2 turun dari mobil lamborghini hitam yang bang Aron kasih buat gue. Gue langsung melagkahkan kaki gue ke ruangan gue. Saat gue membuka pintu, bang Aron sedang duduk santai disofa sambil meminum moccacinno latte kesukaannya. Dia melirikku saat aku masuk. Gue hempaskan tubuh gue untuk duduk disebelah nya.

"Ni pesenan lo." Seru bang Aron sambil memberikan sebuah amplop coklat pada gue. Gue langsung menyambar untuk membukanya.

Mulut gue sempurna menganga lebar saat gue mengambil beberapa isi dari amplop coklat itu. Mata gue melotot hampir tidak percaya. Kepala gue menggeleng geleng. Rahang gue mulai mengeras. Darah gue seakan mendidih seketika. Oh my God! Tell me this's wrong!

"Lo dapat semua ini dari mana bang?" Tanya gue balik. Bang Aron tersenyum sinis dan sombong. Dasar sue ni abang ipar gue. Arrrgh...

"Dari orang suruhan gue. Gue ngak bakal tanggung2 buat cari tahu itu perempuan. Dan lo tahu dia itu siapa??" Tanya bang Aron kembali. Gue menggeleng.

"Dia ama om Arif Djayadiningrat. Mantan pemilik perusahaan kita yang di Bandung." Jelasnya pada gue. Mata gue melotot sempurna. Damn!!

"What?? Shit!" Umpat gue.

"Gue ngak tahu motifnya apa. Gue rasa masalah kemarin gue pastiin gara2 dia. Sekarang dia menghilang ditelan bumi. Dan foto2 itu, yang bikin gue penasaran. Apa dia ngincar lo? Atau dia pengen perusahaan nya balik ketangannya?" Cerita bang Aron. "Gue dengar, dulu papa ngambil alih perusahaan itu buat bantuin om Arif karena dia teman dekat papa. Papa membeli beberapa aset penting di perusahaan itu. Om Arif hanya meninggalkan 10% sahamnya untuk anaknya. Tapi itu cerita versi beberapa investor, karena gue ngak tahu cerita aslinya. Cuma papa yang tahu. Gue tahu perusahaan itu setelah beberapa bulan nikah sama kakak lo." Lanjutnya kembali. Gue terdiam, otak gue masih mencerna apa yang abang gue omongin. Gue memijat pelipis gue, kepala gue sedikit pusing, gue sandarkan kepala gue disofa.

"Foto itu yang bikin Prilly shock bang. Dia meng-edit foto laki2 itu dengan foto gue." Cerita gue. "Dan ternyata, dia juga pelakunya yang bikin Prilly ninggalin rumah waktu itu." Lanjut gue balik. Gue menghela nafas panjang.

"Lo kenal sama cowo difoto itu?? Gue lihat2, mirip sama lo. Makanya pas di-edit ya ngak terlalu susah." Kata bang Aron.

"Itu mantan Prilly bang. Namanya Al. Gue juga ada project bareng dia." Sambung gue.

Tiba2 pintu ruangan gue diketuk, Sekretaris gue masuk. Dia mmemberitahu bahwa ada tamu yang ingin bertemu dengan gue. Dan dia adalah Al. Umur panjang itu orang. Gue langsung mempersilahkan sekretaris gue untuk membawanya masuk.

Gue dan Al memang sudah berteman. Kami juga mempunyai project kerjasama bersama. Al terlihat kaget saat ada beberapa foto milik dirinya. Yang semakin membikin dia shock adalah fotonya bersama Tatjana disebuah hotel. Foto yang sudah dikirimkan kerumah gue kemarin. Dia bingung bukan maen, kenapa ada foto seperti itu. Al menceritakan tentang foto itu. Dan yang bikin gue terkejut, Tatjana telah berpisah dengan Al satu hari sebelum dia mengirimkan foto untuk Prilly. Oh my God! Kepala gue terasa senut2.

You know what, this's like puzzle. Dan puzzle ini bisa menjadi utuh dan menjadi beraturan saat si pemilik nya telah ditemukan, Tatjana Saphira. I'm gonna find you soon Tatjana!!

-------  -------- -------- --------

Life is like puzzle, is it right??

Well...
Gimana kelanjutannya??
Nyambung ngak?!

Authornya dikit error.
Wuahahaha...
See you soon my beloved readers.
:*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top