Lie to me

Chapter 37.

APOV

Rasanya berat banget buat gue untuk membuka mata gue pagi ini. Tapi telinga gue sudah ngak tahan dengar bunyi alarm dari smartphone gue. Gue sengaja pasang alarm jam 5 pagi, karena gue ada urusan bersama bang Aron. Gue membuka mata gue dengan pelan. Gue masih ngantuk berat, gue baru pulang dini hari tadi. Gue langsung mengambil smartphone gue, gue matikan alarmnya. Istri gue Prilly masih memeluk gue. Gue tersenyum melihatnya yang sedang tidur cantik itu dengan perutnya yang sudah membesar. Kalau gue ngak salah nih ya, usianya sudah 8 bulan, gue ngak tahu pasti sih, hehehe. Yang pasti Gue dan istri gue sedang menunggu HPL. Gue bangun dengan perlahan, gue ngak mau bangunin Prilly, istri gue. Akhir2 ini dia susah untuk tidur karena perutnya yang sudah mulai membesar. Gue terkadang ngak tega melihatnya. Alhasil dia pun sering telat bangun, beruntung ada mbok Surti yang membantu menyiapkan sarapan. Sebelum beranjak dari tempat tidur gue, Gue cium keningnya dengan pelan. Biasanya dia langsung bangun, tapi akhir2 ini dia selalu susah bangun. Buat gue, itu lebih baik daripada dia susah tidur.

Sesaat setelah gue mandi, gue langsung sholat subuh. Kemudian gue langsung bersiap2 berganti pakaian. Acaranya ngak terlalu formal, gue hanya pakai kemeja biru bergaris dengan kerah berwarna biru polos, dasi biru polos senada dengan kerah kemeja, celana hitam dan jaket kulit hitam kesayangan gue. Dan rambut gue hanya gue spike acak2an. Setelah selesai, gue bangunin istri gue yang masih tertidur dengan lelap. Gue cium keningnya sambil gue usap2 rambutnya.

"Sayaaang... bangun sayang..." Bisik gue pada istri gue. Gue elus2 pipi chubbynya yang lembut kaya kulit bayi.

"Mmmmm..." Suara rintihan istri gue, dia mulai mengerjapkan matanya.

"Hei... bangun sayang. Mas harus berangkat ke Surabaya sekarang." Ucap gue padanya. Dia terkejut.

"Ke Surabaya??" Tanyanya kaget. Dia mencoba untuk bangun, gue bantu dia untuk duduk.

"Iya sayang, mas sama bang Aron hari ini ada urusan di Surabaya. Ada Project disana." Cerita gue. Dia mulai mengerucutkan bibirnya yang tipis. Sumpah, emes banget gue.

"Ko nggak bilang sih?? Kenapa dadakan gini?" Gerutunya pada gue. Gue tersenyum. Gue emang lupa ngak cerita dulu sama dia.

"Maaf sayang, mas lupa. Tadi malam kan langsung tidur." Jawab gue. Kemudian gue langsung cium bibirnya dengan lembut, gue udah nggak tahan gemesnya. Itung2 buat bekal sebelum gue berangkat, hehehe.

"Pulangnya kapan?" Tanyanya kembali. Istri gue udah mulai kelihatan kesal. Dia bergelayut didada gue. Kaya anak kecil yang mau ditinggal pergi orang tuanya. Gue terkekeh melihanya.

"Besok subuh sayang..." Kata gue. Dia langsung kembali ke posisi duduknya semula.

"Ko lama banget??" Teriaknya pada gue. Mulai deh bini gue, hadeh!!

"Ya Allah sayang, kan cuma sehari aja mas pergi. Lama gimana sih." Kata gue. Dia mulai ngambek. Gue elus2 pipinya, gue tangkup kedua pipi chubby nya.

"Sini lihat mas! Prilly sayaaang... hei..." Panggil gue padanya. Dia masih membuang wajahnya. Gue arahin wajahnya didepan wajah gue, sampai mata gue dan dia bertemu, gue tatap dia.

"Jangan ngambek dong! Kamu nggak mau kan mas kenapa2 dijalan gara2 mas nggak konsen kalau kamu ngambek?? Mas janji deh, kalau acaranya udah selesai mas langsung pulang. Jam berapapun mas langsung pulang ke Jakarta. Ok!" Jelasku padanya. Akhirnya dia mengangguk. Kemudian langsung memeluk gue. Gue balas pelukannya dengan erat.

"Janji??" Tanyanya pada gue sambil mengulurkan jari kelingkingnya. Gue tersenyum. Kebiasaannya nggak pernah berubah.

"Janji sayangku. Senyum dong!" Pinta gue padanya. Dia pun tersenyum. Kemudian dia merapikan dasiku seperti biasanya.

"Pokoknya jangan lupa kabarin aku kalau mas sudah sampai disana! Jangan telat makan! Dan jangan nakal ya Abi!!" Katanya pada gue sambil memberikan penekanan pada kalimat terakhir, gue tersenyum.

"Wajar dong kalau laki2 nakal?" Ledekku padanya. Dia mengeram.

"Iiiiih... awas aja ya nanti, jangan harap aku bukain pintu kalau mas pulang nanti!!" Teriaknya pada gue. Tawa gue pecah seketika.

"Emang lucu??" Tanyanya kembali.

"Sayang... sayang... mas nakal kan cuma sama kamu aja. Canda sayang, ngak usah ngambek gitu ah! Dikit2 ngambek, dikit2 ngambek, cepet tua tau!" Ucap gue padanya sambil mencubit pipinya dengan pelan. Gue langsung dekap dia.

"Ya udah, mas berangkat dulu ya. Kamu baik2 dirumah. Jangan telat makan! Nggak usah ngelakuin yang aneh2! Jangan capek2! awas kalo ngeyel!!" Ucap gue lagi. Dia mengangguk.

"Iya Abi sayang... tenang aja!" Balasnya pada gue sambil tersenyum manis.

Gue cium pipi kanannya, pipi kirinya, keningnya, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang tipis. Istri gue pun membalasnya dengan ciuman yang sama. Saat dia mencium bibir gue, gue mulai membalasnya dengan ciuman yang lebih intens. Dia pun menikmatinya, sampai kami terhenti karena smartphone gue berdering. Nama bang Aron lah yang terpampang dilayar smartphone gue sekarang. Gue langsung mengangkatnya, istri gue bangun dan mencuci mukanya di wastafel kamar mandi.

"Assalamualaikum bang..."

"..."

"Iye... iye... gue udah mau berangkat nih. Bawel lu ah kayak emak2!"

"..."

"Walaikumsalam..."

Gue menghampiri Prilly yang sedang menggulung rambutnya sembarangan dengan pengikat rambut, yang membuat leher jenjangnya terlihat. Bikin naluri laki2 gue terangsang aja. Gue peluk dia dari belakang, gue ciumin lehernya.

"Tadi udah siapin barang yang mau dibawakan sayang?" Tanya istri gue. Gue masih menikmati lehernya, lumayan buat bekal, wkwkwk.

"Sayaaaang... udah dong, geli tahu. Nanti nggak jadi berangkat nih." Ucapnya pada gue.

Gue langsung menghentikan aktivitas gue. Hampir aja gue kebablasan, hahaha. Gue terkekeh.

"Udah ko sayang, tuh aku masukin ke tas ransel. Lagian cuma sehari, nggak bawa barang banyak." Kata gue.

"Sarapan dulu nggak Yang??" Tanyanya lagi. Gue menggeleng.

"Nanti aja sayang, sama bang Aron. Ya udah ya, nanti mas diomelin sama bang Aron." Balas gue padanya.

"Abi kerja dulu ya sayang, jagain Umi. Baik2 ya, jangan nakal!" Ucap gue sambil mengelus elus perut istri gue kemudian menciumnya.

"Mas berangkat dulu ya." Pamit gue padanya. Gue cium keningnya lagi. Kemudian dia mencium punggung tangan gue.

Istri gue, Prilly mengantar gue sampai didepan pintu rumah. Gue melambaikan tangan gue saat gue sudah berada didepan pintu mobil, istri gue pun ikut melambaikan tangan. Setelah gue masuk mobil, gue tersenyum melihat dia yang masih berdiri di pintu menunggu mobil gue berangkat. Sesaat kemudian gue lajukan mobil Range Rover gue meninggalkan halaman rumah gue.

PPOV

Setelah mobil Range Rover mas Ali hilang dari pandangan ku, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Rasanya mataku masih harus kembali terpejam. Aku melihat mbok Surti yang sudah terbangun, sepertinya dia akan bersih2. Aku menghampirinya yang sedang berada didapur.

"Pagi mbok..." Sapaku padanya. Mbok Surti terkejut. Sepertinya aku mengagetkannya. Aku tersenyum.

"Kaget ya mbok? Maaf ya mbok." Ucapku padanya. Mbok Surti menghela nafasnya, sambil mengelus elus dadanya. Dia tersenyum.

"Iya non nggak papa. Kirain siapa." Katanya padaku. "Ko tumben non sudah bangun, non Prilly lapar?" Tanyanya kembali. Aku menggeleng.

"Habis nganter mas Ali tadi. Dia ada urusan mbok di Surabaya sama bang Aron." Ceritaku padanya.

"Pake mobil non??" Tanyanya lagi.

"Nggak lah mbok, pakai pesawat. Kapan sampainya kalau pake mobil." Balasku. "Oia mbok, nanti nggak usah bikin sarapan buat aku. Aku mau bikin pancake aja nanti. Mbok bikin sarapan buat mbok aja ya." Lanjutku lagi. Si mbok mengangguk.

"Iya non." Ucapnya padaku.

"Ya udah mbok, aku kekamar dulu ya. Masih ngantuk mbok." Ucapku sebelum pergi.

"Iya non." Balas si mbok. Aku tersenyum.

Sesampainya dikamar, Aku melaksanakan kewajibanku terlebih dahulu, sebelum aku kembali terlelap. Shalat subuh. Setelah selesai, aku duduk ditepi tempat tidurku. Aku melihat kalender disamping meja kecil tempat tidurku. Aku menghela nafasku. Aku berharap akan ada sesuatu yang istimewa hari ini. Namun sepertinya tidak akan ada. Mas Ali pun terlihat biasa saja hari ini, dia malah pergi meninggalkanku. Iphoneku pun sepi, hanya beberapa teman2 lama yang mengingat hari ini bukan dari orang - orang yang aku harapkan.

"Nothing special today, just you my little one. You're so special." Bathinku sambil mengelus elus perutku yang sudah membesar.

Aku merebahkan tubuhku kembali ke tempat tidur king size ku. Entah mengapa aku merasa sangat sepi dan sendiri saat ini, air bening dari mataku lolos seketika. Aku menyekanya. Aku pejamkan mataku, berharap semua akan baik2 saja. Dan semoga Allah mengabulkan semua doa2 dan harapanku. Aku mencoba untuk tidur kembali. Berharap aku bisa menghilangkan kekecewaanku pagi ini setelah aku terbangun nanti.

Aku membuka mataku dengan pelan, saat silau sinar matahari mulai mengganggu tidurku. Sepi. Sendiri. Itulah yang aku rasakan hari ini. Aku beranjak dari tempat tidur ku, mengikat rambut panjangku dengan sembarangan. Aku merapikan tempat tidurku sebelum aku beranjak untuk mandi. Aku tersenyum kecut, saat aku mengambil iphone ku dan memainkan jari2 ku di iphone. Entah mas Ali lupa atau bagaimana, dia sama sekali belum memberiku kabar. Aku buang iphoneku ke tempat tidur.

Setelah mandi, aku melangkahkan kakiku keluar kamar. Aku merasa lapar. Jelas saja, sudah pukul 8 pagi aku belum sarapan. Samar2 aku mendengar suara mbok Surti dan suara seseorang yang sudah lama aku kenal. Aku tersenyum senang, aku langsung bergegas kearah dapur.

"Itteee..." Teriakku padanya. Dia menoleh kearah ku. Dia tersenyum dan langsung menghamburkan pelukan padaku.

"Happy birthday Prilly ku sayang. wish you All the best." Ucapnya padaku, kemudian mencium kedua pipi chubbyku. Air bening dari mataku mulai meluncur dengan bebas.

"Makasih Itte. Makasih banyak." Ucapku padanya. Itte menyeka air mataku.

"Gue nggak mungkin lupa hari special lo." Ucapnya padaku. Itte memang sahabat baikku. Dan dia satu2 sahabat yang aku miliki selama ini.

"Sekarang tiup lilinnya terus potong kue nya deh. Udah dari tadi nih gue ngejogrog disini sama mbok Surti. Elo malah kayak putri tidur nggak bangun2." Omelnya padaku. Aku tersenyum.

Aku menuruti perintah sahabat terbaikku itu. Sebelum meniup lilin, aku berdoa terlebih dahulu. Setelah itu, aku baru meniup lilin angka 25 diatas kue black forest. Tak terasa aku sudah hidup seperempat abad, aku tersenyum. Aku memberikan potongan cake pertamaku untuk Itte, kemudian potongan kedua untuk mbok Surti. Aku juga meminta tolong pada mbok Surti untuk memberikan sisa cake nya pada pak Andy dan mas Reza di pos depan.

Aku tersenyum senang, saat melihat tumpukan pancake di meja makan. Empat  pancake yang ditumpuk dengan topping lelehan coklat dan potongan stroberry diatasnya. Itte yang membuatkannya untukku. Aku langsung mengambil ice cream choco hershey's kesayanganku. Aku menambahkan topping ice cream diatas pancake yang itte buat. Aku langsung melahapnya, tidak lupa aku menyuapkan pancake ku juga pada sahabat terbaikku.

"Thanks God. Engkau telah mengirim seseorang untuk membuatku tersenyum hari ini." Bathinku.

Aku dan Itte bercerita secara random, sambil menikmati sarapan special dari sahabatku. Kami juga bercanda dan tertawa bersama. Sesekali mbok Surti menimpali obrolan kami dengan kata2 yang lucu, yang membuat kami tertawa. Bahagia itu sederhana bukan? Hehehe.

"Lo kenapa Prill?" Tanya Itte.

"Nggak kenapa2. Emang ada apa?" Tanyaku balik.

"Bohong. Lo lagi mikirin sesuatu kan? Lo emang ketawa dari tadi, tapi tawa lo itu menyedihkan. Nyesek tau lihatnya." Ucapnya padaku. Aku tersenyum. Orang2 terdekatku selalu tahu apa yang aku rasakan. Sepertinya aku selalu ditakdirkan untuk tidak bisa berbohong.

"I'm really fine Itte." Kataku tegas.

"I'm not sure. I really know who you are. I know you so well. Tell me, what happened." Desaknya padaku.

"Gue pengen jalan2. Lo bisa nemenin?" Jawabku asal. Itte mengerutkan dahinya.

"Cuma itu??" Tanyanya penasaran. Aku mengangguk.

"Ali ya?" Tanyanya kembali. Aku terkejut. Sia2 jawabanku tadi, aku memang sedang memikirkan suamiku. Aku mengangguk.

"Kangen. Dari tadi nggak ada kabarnya sama sekali." Balasku cemberut. Dia tertawa.

"Lo ngak bisa bohong sama gue Prill. Percuma. Dengerin gue, suami lo itu orang penting. Suami lo itu C.E.O." Ucapnya sambil memberikan penekanan pada kata CEO. Aku hanya menatapnya yang sedang mencoba menceramahiku dengan tangan kananku yang menopang daguku.

"Lo harusnya ngerti itu. Dia bukannya lupa sama lo, mungkin dia emang lagi sibuk. Benar2 sibuk. Semua yang dia lakukan juga buat lo dan anak lo nanti. Udahlah, nggak usah di pikirin gitu. Hari ini lo nggak boleh mikir aneh2 dan jangan pasang muka sedih. Gue nggak suka! Hari ini gue bakal ngabulin semua yang lo pengen, tapi dengan satu syarat." katanya padaku.

"Apa?" Tanyaku balik.

"Lo harus temenin gue ke pesta ulang tahun teman gue. Ya itung2 lo ngerayain ultah lo juga, kan barengan tuh. Gimana?" Tanya Itte padaku. Otakku mulai berfikir, sepertinya bukan ide buruk.

"Okay!" Ucapku tanda setuju.

"Gue pengen jalan2, shopping2, nonton, pokoknya lo harus bikin gue seneng hari ini." Pintaku padanya.

"Sip. Gue sengaja kosongin waktu gue hari ini buat bisa hang out bareng lo. Gue kangen jalan bareng sama lo." Cerita Itte padaku kemudian dia memelukku kembali.

Dengan semangat, aku bergegas untuk mengganti pakaianku. Aku mengambil iphone ku yang aku lemparkan tadi. Semuanya masih sama, tidak ada pesan atau telpon dari suamiku. Aku menekan tombol dilayar iphoneku untuk menelpon mas Ali. Namun smartphone nya tidak aktif, apa mungkin masih dalam pesawat? Memangnya berapa jam dari Jakarta ke Surabaya. Aku menghela nafasku kembali. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim pesan padanya.

Via Line :
"Mas, aku mau pergi jalan2 sama Itte. Jangan lupa ngabarin kalau udah sampe!!!"

Kemudian aku menekan tombol send untuk aku kirimkan pada suamiku. Rasanya hari ini aku sungguh kesal padanya. Huft!

Setelah selesai berganti baju, aku menemui Itte kembali yang sudah menungguku dengan santai sambil menonton TV.

"Yuk..." Ajakku padanya.

"Yuk kita kemon!" Balasnya padaku. Tawa kami pun pecah. Itte sering mengucap kata seperti itu, kata yang sering diucapkan oleh salah satu tokoh diserial Unyil jaman dulu.

Itte mengandengku saat berjalan menuju mobil Nissan Juke nya. Setelah di mobil, itte memintaku untuk berfoto bersama terlebih dahulu. Aku menurutinya, aku mengikuti gerakannya. Aku mengerucutkan bibirku dan sedikit memejamkan mataku. Posenya sungguh membuat illfeel. Kemudian Itte mengupload nya di IG, dengan caption "Girl's day out." Dan tak lupa dia memberi tag pada foto kami. Aku tertawa, karena statusku bukan girl lagi sekarang. Sepersekian detik kemudian, beberapa comment pun masuk. Aku dan Itte hanya tertawa membacanya. Aku sengaja tidak meng-upload apapun hari ini di socmed ku, walaupun tadi saat itte memberi surprise, banyak kejadian yang sudah aku abadikan. Sebetulnya aku sangat ingin sekali melakukannya, mungkin nanti. Setelah hatiku tenang.

Setelah acara pemotretan selesai, itte melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumahku. Sepanjang perjalanan, kami saling curhat dan bercanda. Hari ini memang special, sudah lama aku tidak menghabiskan waktukku bersama Itte setelah aku menikah. Dia pun sibuk dengan pekerjaannya sebagai dokter.

Itte menghentikan mobil Juke nya disebuah mall yang biasanya menjadi tempat favorit kami sebelum aku menikah dengan mas Ali. Kami menonton film terlebih dahulu, kami memilih film Love Rosie. Selesai menonton, kami berjalan santai sambil mencari sesuatu yang menarik mata kami. Kami ber-window shopping disetiap butik atau store yang kami lewati. Saat aku atau Itte merasa bagus, kami akan langsung membelinya. Sebetulnya aku bukan orang yang suka berbelanja. Aku hanya akan membeli sesuatu yang aku suka atau aku inginkan saja. Namun hari ini sepertinya pengecualian, aku ingin menghilangkan kesalku pada suamiku, yang sudah melupakan hari yang sangat bersejarah. Bagaimana bisa dia melupakan hari pernikahan kami yang sekaligus hari ulang tahunku. Arrrggggh...

Saat kami sampai disebuah boutique langganan kami, Itte melihat dan juga memilih beberapa dress untuk acara nanti malam. Aku yang sudah sedikit lelah, menghempaskan tubuhku diatas sofa yang sudah disediakan oleh boutique keren ini. Aku memejamkan mataku, mencoba menghilangkan letih dan penatku. Beberapa saat kemudian, Itte menghampiriku.

"Prill, lo nggak papa kan?" Tanyanya padaku. Aku membuka mataku, aku mengangguk.

"Nggak papa ko, pengen duduk aja." Ucapnya padaku. Dia tersenyum.

"Syukur deh kalo gitu. Ini bagus nggak Prill? Nanti malam itu temanya black and white gitu." Cerita Itte sambil menunjukkan dress yang dia pilih.

"Bagus ko. Cocok buat lo yang imut2." Puji ku padanya. Dia tersenyum.

"Yang ini gimana? Lo suka nggak?" Tanyanya kembali.

"Bagus. Suka. Elo mau beli dua2 Te??" Tanyaku balik. Dia mengangguk.

"Ini buat gue, yang ini buat lo. Nanti malam kita pakai. Gimana?" Tanyanya lagi. Aku mengerutkan dahiku.

"Itteee... gue lagi hamil. Masa iya gue pakai dress kaya gitu. Nggak mau ah! Gue ada ko dress item." Tolakku padanya.

"Yaelah Prill, perut lo juga nggak gede2 amat. Badan lo juga nggak terlalu berubah banget. Cuma kelihatan berisi aja. Pokoknya nanti malam lo harus pakai dress pilihan gue ini. Nanti malam gue yang nentuin, lo kan udah setuju. Ok??" Celotehnya padaku.

Aku menghela nafasku. Akhirnya aku mengangguk dengan pasrah. Setelah selesai membayar, aku meminta untuk pulang karena lelah. Namun sebelumnya, Itte mengajakku makan di restaurant jepang kesukaan kami. Dan kalian tahu, sampai saat ini suamiku Ali belum memberiku kabar juga. Oh my God! Dia benar2 membuatku geram setengah mati. Awas saja nanti kalau dia kembali dari Surabaya!

Sesampainya dirumah aku menemani Itte untuk beristirahat dikamar tamu. Aku dan Itte langsung menghempaskan tubuh kami diatas tempat tidur king size dikamar tamu. Kami berdua sangat puas hari ini, aku meminta Itte untuk menemaniku dirumah. Setidaknya aku bisa menyingkirkan rasa kesalku pada mas Ali yang sampai detik ini tidak memberiku kabar. Aku pun tidak peduli dengan urusannya, aku juga sama sekali tidak memberikannya kabar sebelum dia memberikanku kabar terlebih dahulu. Aku melihat Itte yang sudah memejamkan matanya, aku pun melakukan apa yang Itte lakukan. Aku harus istirahat karena nanti malam aku harus menemani Itte ke pesta ulang tahun temannya.

---

Aku dan Itte telah bersiap siap untuk ke acara pesta teman Itte. Kami berdua menggunakan dress selutut berwarna hitam. Dress kami hampir mirip, detailnya pun hampir sama. Hanya saja milik Itte lebih terbuka dari milikku. Aku membiarkan rambut panjang ku tergerai bebas, bagian bawah aku curly. Sedangkan Itte hanya mengucir kuda rambut panjangnya. Namun aku tidak bisa seperti Itte yang bisa menggunakan high heels, aku hanya menggunakan sepatu flat yang Itte belikan tadi siang. Aku sangat menyukainya. Tepat pukul 18.30 malam kami berdua berangkat menggunakan mobil Juke milik Itte.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya kami sampai di sebuah restaurant mewah. Itte memarkirkan mobilnya dengan rapi, disebelahnya telah berjejer mobil2 mewah lainnya. Seperti biasa, itte selalu menggandengku saat berjalan. Suasana restaurant dibuat sangat romantis, semua orang memakai baju berwarna hitam dan juga putih. Namun rasanya warna putih yang paling mendominasi dekorasi restaurant ini.  Bunga mawar putih menghiasi beberapa spot direstaurant mewah ini. Ada sebuah panggung dengan piano berwarna putih. Itte melepas gandengannya padaku saat dia bertemu dengan temannya yang lain, itte juga memperkenalku dengan temannya itu. Sesaat kemudian listrik padam. Aku panik seketika. Shit! Aku paling benci jika listrik sudah padam seperti ini, karena aku sangat takut pada gelap. Bagaimana mungkin, restaurant mewah seperti ini membiarkan listriknya padam. Gerutuku dalam hati.

"Itte... kamu dimana??" Tanyaku padanya. Tanganku meraba raba sebelah ku, namun tak ku dapatkan apapun.

"Iya Prill, gue disini. Gelap Prill." Teriaknya padaku. Aku makin panik. Riuh suara pun terdengar. Aku masih terdiam tak bergerak.

Beberapa saat kemudian, ada seberkas cahaya yang aku lihat. Sebuah lampu yang menyorot kearah piano, remang2 aku melihatnya. Karena jaraknya terlalu jauh. Beberapa detik kemudian, suara dentingan piano terdengar.

No one ever saw me like you do.
All the thing that I could add up too.
I never knew just what a smile was worth.
But your eyes say everything without a single word.

'Cause there somethin' in the way you look at me.
It's as if my heart knows you're the missing piece.
You make me believe that there's nothing in this world I can't be.
I never know what you see.
But there's somethin' in the way
You look at me.

Aku berjalan perlahan mendekati panggung. Telingaku pasti tidak salah mendengar. Suara indah yang di iringi oleh alunan piano itu milik seseorang yang sudah aku kenal. Aku terus melangkahkan kakiku kedepan, mataku terus memandang kearah piano dan seseorang disana. Aku tidak peduli dengan suasana yang gelap. Seakan akan aku telah terhipnotis dengan suara dan alunan piano yang indah itu.

If I could freeze a moment in my mind.
It'll be the second that you touch your lips to mine.
I'd like to stop the clock, make time stands still.
'Cause, baby, this is just the way I always wanna feel.

'Cause there somethin' in the way you look at me.
It's as if my heart knows you're the missing piece.
You make me believe that there's nothing in this world I can't be.
I never know what you see.
But there's somethin' in the way
You look at me.

Aku menghentikan langkahku saat aku sudah bisa melihat dengan jelas siapa yang berada diatas panggung itu. Aku tersenyum. Dia memberikan senyum termanisnya untukku. Senyuman yang selalu membuatku luluh lantah seketika. Air mataku lolos dari tempatnya dengan perlahan. Aku mencoba menyekanya. Namun air bening yang membasahi pipiku tak kunjung berhenti mengalir.

I don't know how or why I feel different in your eyes.
All I know is it happens every time.

Cause there somethin' in the way you look at me.
It's as if my heart knows you're the missing piece.
You make me believe that there's nothing in this world I can't be.
I never know what you see.
But there's somethin' in the way
You look at me.

The way you look at me.

(The way you look at me - Christian Boutista)

Suara dentingan piano itupun terhenti. Dia beranjak dari tempat duduknya. Dia turun dari atas panggung. Dia berjalan menghampiriku. Aku masih berdiri mematung dalam diamku. Dia terlihat sangat tampan, dengan tuxedo berwarna abu2, dasi yang senada, kemeja hitam, serta sepatu pentofel hitam yang elegant. Saat dia berada didepanku, dia tersenyum. Kemudian dia menyeka air mataku. Sesaat kemudian dia memelukku dengan erat. Aku membalas pelukannya.

"Happy birthday sayang and Happy anniversary Prillyku sayang. I always love you so much till the end of my life." Bisiknya padaku.

Kemudian dia mencium keningku dengan lembut. Aku masih terdiam. Aku merasa melayang saat ini. I'm speechless. Aku merasa bersalah padanya. Karena aku sudah berfikiran buruk padanya. Air mataku menetes kembali.

"And I Love you so much sayang. Thank You for everything." Balasku padanya.

Aku mengambil tangan kanannya yang menangkup pipi chubbyku, kemudian aku mencium punggung tangannya. Listrik yang padam pun telah kembali menyala.

Sorak sorai pun terdengar. Suara tepuk tangan menggema diseluruh restaurant ini. Aku terkejut. Aku melihat Itte dan tunangannya menghampiriku. Dan aku juga melihat keluargaku dan keluarga mas Ali dibelakang Itte. Semua sudah berkumpul. Mama, papa, kak Adi dan istrinya kak Marsha, mama dan papa mertuaku, bang Aron yang menggendong Aka, dan juga kak Boy serta kak Sheryl pun datang.

"Surprised Prilly..." Ucap Itte padaku sambil memelukku. Aku mengerutkan dahiku.

"Suami lo yang nyuruh." Sambung Itte lagi sambil tersenyum. Aku menatap suamiku dengan tajam. Dan dia hanya melemparkan senyum termanisnya.

"Just for making special beib." Ucapnya padaku. Aku tersenyum, kemudian aku mencium pipinya.

Semua keluargaku dan orang2 terdekatku memberikan selamat padaku dan mas Ali. Mereka juga meminta maaf karena sengaja mengacuhkanku hari ini. Namun aku tidak melihat Kaia, hanya ada bang Aron dan Aka saja. Dan beberapa tamu yang hadir ternyata adalah karyawan suamiku.

"Kak Alya mana?" Tanyaku pada suamiku. Dia tersenyum.

"Tuh!" Jawab suamiku sambil menunjuk kearah panggung. Mulutku menganga, aku terkejut.

Aku melihat seorang wanita yang sangat cantik diatas panggung. Dengan dress hitam selutut, high heels hitam, rambut panjang yang digerai bebas, dia terlihat sangat anggun. Aku mengerutkan dahiku saat aku melihat sebuah gitar akustik yang tergantung dilehernya. Dia tersenyum manis ke arah ku, senyuman yang hampir mirip dengan senyuman milik suamiku.

"This is special for you." Ucapnya padaku. Kemudian dia tersenyum, dan mulai memetik gitarnya.

Hari ini saat bahagia untukmu,
Bertambah satu tahun usiamu,
Ku nyanyikan sebuah lagu,
Agar istimewa harimu...

Happy birthday to you,
Happy birthday to you,
Happy birthday to you...

Happy birthday... happy birthday... happy birthday... happy birthday...

Seseorang pun membawakan dua buah cake untukku. Satu cake ulang tahun dan satu cake untuk aniversary pernikahanku dan mas Ali. Aku melirik kembali ke arah suamiku, dia mengangkat bahunya dan tersenyum. Kemudian melingkarkan tangannya dipinggangku.

"Lie to me." Ucapku padanya.

"The best lying." Balas mas Ali sambil terkekeh, kemudian mencium pucuk kepalaku.

Hari ini istimewa, karena ini ulang tahunmu,
Hari ini berbahagia, nikmati saja...

Happy birthday to you,
Happy birthday to you,
Happy birthday to you...

(Happy birthday - Ten2Five)

Setelah selesai dia pun turun dari atas panggung. Kaia berhambur pelukan padaku, dan mengucapkan ucapan selamat padaku dan juga mas Ali. Sesaat kemudian, aku meniup lilin yang angkanya seperempat abad, 25 yo. Dilanjutkan kan meniup lilin angka 1 bersama suamiku, mas Ali. Angka 1 yang menunjukkan bahwa kami baru memulai perjalanan hidup kami bersama - sama. Suatu permulaan yang nantinya akan mengajari kami bagaimana cara kami menyatukan dua hati dan dua pikiran yang berbeda. Dan satu untuk selamanya.

Aku sungguh senang malam ini. Setelah acara memotong kue, kami semua makan malam bersama. Kami berkumpul bersama, bercerita apapun secara random. Kami juga tidak lepas dari canda dan tawa malam ini. Baik keluarga dan beberapa karyawan mas Ali terlihat sangat akrab satu sama lain.

Jam tanganku menunjukkan pukul 10 malam. Semua karyawan mas Ali sudah berpamitan pulang, semua keluarga besarku pun memutuskan untuk pulang, begitu juga Itte dan tunangannya, Brian. Mama, papa, kedua mertuaku pulang bersama kak Adi dan kakkak Marsha. Pantas saja aku sama sekali tidak melihat mobil2 yang aku kenal, mobil kak Adi baru. Sedangkan aku dan suamiku pulang bersama bang Aron dan Kaia, mobil bang Aron pun baru. Sementara mobil suamiku, berada dirumah orang tuanya. Rencana yang dia buat sungguh mengejutkanku.

Akhirnya aku dan mas Ali sampai dirumah, bang Aron dan Kaia langsung pulang setelah mengantar kami. Mas Ali masih melingkarkan tangannya dipinggangku, dia memang selalu posesif padaku. But I like it so much. Mbok Surti membukakan pintu untuk kami. Saat aku akan menaiki tangga, tiba aku merasakan sakit yang luar biasa. Ya Allah. Can't describe it.

"Aaaaawwww..." Jeritku seketika. Sungguh aku sangat merasakan sakit.

"Kamu kenapa sayang??" Tanya mas Ali cemas.

Aku meringis kesakitan. Aku terus memegang perutku. Mas Ali semakin terlihat panik. Mbok Surti pun demikian. Aku merasakan ada sesuatu yang mengalir hangat dari selangkanganku. Aku menggeleng lemas saat aku melihatnya.

"Den, langsung dibawa kerumah sakit aja den." Seru mbok Surti.

Mas Ali masih terlihat shock. Namun tangannya yang masih melingkar dipinggangku semakin erat memelukku, menahan tubuhku agar tidak terjatuh. Kemudian Mas Ali menggendongku ke arah sofa. Merebahkan tubuhku disana.

"Mas... mas... siapin mobil dulu." Ucapnya terbata - bata.

"Sabar ya sayang..." Ucapnya kembali. Aku hanya mengangguk. Mbok Surti mencoba menenangkanku.

---

Wohooo...
Selesai juga ini chapter.
Gimana ceritanya??
Semoga nggak garing ya ceritanya.
Maaf ya semua, aku baru bisa publish nih.
Well, semoga kalian terhibur ya. Dan semoga kalian nggak bosen baca cerita abal2 ini.

Please keep vote and comment ya!
Biar aku semangat ngelanjutinnya. Ini otak lagi full soalnya. Yang panjang comment nya, hehehe.

Love you All...

Mmuuuuaaaach :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top