Home sweet home
Chapter 7
Author's POV
Ciiiiit...
Tiba2 Ali mendadak mengerem Range Rovernya. Prilly pun terbangun karena badannya hampir terhempas, untungnya ada seat belt yang menahannya.
"Ada apa Li?" Tanya Prilly yang terlihat masih shock.
"Itu Ada motor yang belok sembarangan." Jawab Ali dengan nafas yang tak beraturan, kemudian dia pun menghela nafas panjang.
"Lum sampai ya Li? Masih jauh? Ko lama banget." Tanya Prilly kembali.
"Bentar lagi juga sampai." Jawab Ali yang masih fokus menyetir. Kemudian dia menoleh kearah istrinya dan tersenyum.
"Mang kita dimana? Ko aku nggak kenal sama daerah ini??" Tanya Prilly yang terlihat masih binggung.
"Sampai..." Ucap Ali.
Ali pun berhenti di sebuah pintu gerbang rumah. Ada salah satu satpam yang berjaga disana. Dia membukakan pintu gerbangnya sembari tersenyum. Kemudian mobil mewah Ali pun mulai memasuki halaman rumah itu. Ali memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah itu.
"Yuk turun. Dah sampai. " Perintah Ali pada Prilly.
"Ni rumah siapa Li? Rumah kamu?" Tanya Prilly yang masih terlihat bingung.
"Rumah kita." Jawab Ali singkat sambil tersenyum bangga.
"What??" Teriak Prilly kaget.
PPOV
Sumpah, aku nggak nyangka suamiku Ali membawaku kerumah seperti ini. Rumah kami. Rumah yang sudah lama aku impi - impikan. Rumah dengan design minimalis modern. Dengan eksterior rumah yang terdiri dari persimpangan kubus dan persegi panjang yang saling tumpang tindih. Terdapat beberapa elemen kaca sebagai dinding yang membuat suasana lebih luas dan bebas melihat pemandangan sekitar. Dengan warna dominan putih, yang membuatnya semakin elegant.
Aku dibuat takjub dengan apa yang ada didepanku saat ini. Seperti mimpi rasanya.
"Hey... ayo masuk!" Kata Ali yang membuyarkan keterpesonaan ku pada rumah yang berada dihadapanku. Dia pun menggandengku masuk ke dalam rumah.
"Suka ga?" Tanyanya kembali padaku.
"Banget. Makasih ya Li..." Balasku dengan gembira.
Dengan refleks aku pun memeluknya. Ali membalas pelukanku. Saat aku tersadar, aku langsung melepaskan pelukanku pada Ali. Ali tersenyum.
"Sama2. Rumah ini sengaja aku buat khusus untuk istriku nanti. Aku sendiri yang merancang rumah ini. Aku pengen rumah yang beda dari yang lain. Rumah yang bisa membuat penghuninya nyaman disini." Jelasnya panjang lebar.
"Kamu yang merancang? Emang kamu arsitek gitu? Mama bilang, kamu kerja di kantor papa kamu. Kantor papa kamu kan ngurusin property." Kata ku pada Ali.
"Lo bilang apa tadi?? Kamu? Sejak kapan??" Tanya Ali yang kemudian menatapku.
"Mang iya ya? Salah dengar kali." Kataku yang mengalihkan pembicaraan. Entah kenapa mulutku bisa menggunakan kata - kata itu.
"Gue nggak budeg kali prill. Hadeh, sayang gue nggak merekam tadi. " kata Ali yang terlihat kecewa.
"Mmm... sejak sekarang. Kayaknya aku harus belajar buat g ngucapin elo - gue sama kamu. Di lihat orang juga kayaknya nggak enak. Salah ya Li? Maaf." Ucapku sambil menunduk.
Tiba2 kedua tangan Ali menangkup pipi chubbyku, kemudian dia mengangkat wajahku. Mata kami pun saling bertemu. Ali memandangku dengan intens. Jantuku kembali berlari marathon. Oh my God!
"Nggak ada yang salah ko. Aku seneng dengernya. Itu tandanya kamu udah ngerasa nyaman sama aku. Jadi sekarang aku kamu nih??" Tanya Ali sambil tersenyum dan terlihat meledekku. Aku pun mengangguk.
"Eh kamu belum jawab pertanyaan aku." Kataku kesal.
"Yang mana?" Tanya Ali kembali.
"Ih kamu mah gitu... lupain aja!" Jawabku ketus.
"Ciieee... ada yang ngambek lagi nih. Tambah imut aja, bikin gemes." Ucap Ali sambil mencubit pipi chuby ku.
"Aliii... sakit tau." Teriakku padanya. Dia terkekeh.
"Maaf ya, soalnya gemes kalo kamu ngambek gitu." Kata Ali yang kemudian mengusap usap pipiku. Terasa sangat nyaman. Mungkin kami baru kenal, tapi Ali selalu membuatku merasa nyaman berada didekatnya.
"Aku ambil dua jurusan waktu itu, manajemen bisnis dan arsitek. Jurusan manajemen bisnis itu pilihan papa, dan arsitek jurusan pilihanku. Karena cita - cita ku pengen jadi arsitek. Dan kerjaanku mengurus property sekaligus perancang bangunan disana. Jadi, beberapa bangunan yang kamu lihat mewah dan megah - megah itu, rancangan suamimu yang ganteng maksimal ini, hahaha." jelasnya padaku.
"Ih... PD banget." Balasku padanya.
"Aku emang ganteng maksimalkan? Banyak ko yang bilang gitu. Hahaha." Ucap Ali dengan PDnya.
"Whatever." Jawabku singkat.
Aku pun kembali melihat - lihat bagian rumah baru kami. Di ruang tengah adalh tempat menonton TV, aku bisa langsung melihat pemandangan indah dibelakang rumah. Karena hanya dibatasi oleh dinding kaca. Disana terdapat Sebuah kolam renang yang besar tanpa pembatas, dan dua buah kursi panjang untuk berjemur. Terlihat juga beberapa bunga yang menempel di dinding, terlihat asri.
Setelah melihat sekitar, terdengar suara beberapa mobil yang datang. Mama dan papaku yang datang. Mereka datang membawa baju dan juga perlengkapanku. Keluarga Ali pun datang bersamaan, mama, papa, Kaia, Bang Aron dan anaknya.
"Ante antik... " teriak Aka padaku yang berlari kecil ke arah ku.
"Hey Aka, uh tante kangen banget sama kamu." Kata ku pada Razqa yang sudah aku gendong.
"Ante antik, om ai nya nana?" Tanyanya cadel. Aku pun bingung kemudian tersenyum.
"Om ai nana?" Tanyaku bingung. Sedangkan Aka malah mengangguk. Aku pun dibuatnya makin bingung.
"Om ali nya mana?" Kata Kaia, kakak kandung Ali menjelaskan padaku.
"Huum ante, om ai nya nana?" Tanya Aka kembali. Semuanya pun tertawa.
"Om Ali nya lagi di atas, ganti baju." Kataku.
"Siapa yang nyariin om ai?" Kata Ali yang tiba - tiba datang dan berada di sebelahku.
"Aka om." Jawabnya lucu. Ali pun kemudian ingin mengambil Aka dari gendonganku. Namun Aka malah semakin mengeratkan tangannya di leherku, dan memelukku dengan erat.
"Gitu ya udah nggak mau di gendong sama om ai." Kata Ali sambil memasang muka yang cemberut. Sungguh sangat lucu dia.
"Aka mu di gendong ante antik aja. Om ai tukanya cubit - cubit aka." Jawab aka kesal sambil monyong2.
"Hahaha..." Semuanya pun tertawa.
Kamipun berkumpul bersama sampai malam. Kami semua sudah saling akrab satu sama lain. Tak terkecuali aku dan Ali. Malam ini aku tahu sedikit tentang kebiasaan Ali dan beberapa hal tentangnya yang belum aku ketahui. Kalian tahukan ceritaku menikah dengan Ali? Aku sama sekali tak tahu apapun soal Ali. Namun sekarang aku sedikit mengetahuinya lewat cerita Kaia dan mama Ali. Karena malam makin larut, mereka pun memutuskan untuk pulang. Mereka tak menginap, karena mereka bilang tak mau mengangguku dan Ali.
Dan kami pun tidur di kamar masing - masing. Seperti komitmen sebelumnya, Ali tak ingin memaksaku. Karena kami sama - sama masih canggung, kami pun memutuskan untuk tidur di kamar yang berbeda.
APOV
Setelah shalat shubuh, gue mutusin buat lari pagi di sekitar komplek. Gue lihat kamar Prilly yang masih tertutup. Gue pun langsung pergi tanpa pamit dengannya terlebih dahulu. Udaranya masih segar, belum banyak rumah yang terbangun disini. Dan ini yang gue suka, tempat yang tak terlalu ramai. Gue sering ngerasa bosen karna setiap hari harus berkutat dengan segala kesibukan yang gue punya. Dan terkadang gue pengen sendiri, sendiri untuk menyepi sesaat.
Setelah beberapa menit, gue pun menyudahi jogging ku pagi ini. Saat memasuki rumah, gue mencium bau masakan. Kaki gue pun langsung melangkah menuju dapur. Terlihat Prilly sedang memasak disana. Dengan pelan, gue pun berjalan mengendap endap kemudian gue duduk di mini bar tempat Prilly memasak.
Gue lihat cara dia memasak. Dia terlihat sangat cantik. Entah apa yang sedang dia masak.
"Pagi..." Kata Prilly memberi salam. Gue terkejut karena dia sudah di depanku. Kemudian dia memberikan segelas air putih untukku.
"Pagi juga. Bisa masak?" Tanyaku penasaran.
"Nanti cobain aja ya makanannya. Kalo nggak enak boleh di buang. Mau minum apa? Biar aku bikinin." Tanya Prilly pada gue. Ini nih istri idaman.
"Mang ada minuman apa aja?" Tanya gue sambil tersenyum.
"Ada teh, kopi, susu, capucinno, hot chocolate, orange juice, mau yang mana?" Jawab prilly.
"Hahaha. Kayak warung aja bu. Aku mau capucinno aja." Kata gue.
Gue pun meminum air putih di depan gue. Kemudian prilly kembali melanjutkan memasak. Dia terlihat seperti seorang chef saat memasak, sepertinya dia sudah terbiasa memasak. Gue sengaja ngak sediain pembantu di rumah gue, Karena gue pengen tahu, istri gue bisa ngurus rumah sendiri atau nggak. Kalo ternyata nggak bisa, terpaksa deh gue ambil pembantu dari rumah mama. Tapi Prilly beda, dia nggak tanya soal pembantu sama gue. Nggak kayak kakak gue Kaia, dia langsung bawa mbak Inah kerumahnya setelah menikah. Mbak Inah pembantu mama, dan dia yang biasanya ngurusin gue sama Kaia kalo mama nggak ada.
"Nih capucinnonya. Dan ini nasi goreng sosis campur. Aku masak yang bahannya ada aja." Kata Prilly sembari memberikan pesanan gue dan sarapan buat gue.
"Baunya sih enak." Kata gue.
Kemudian gue pun mencicipi masakan prilly. Gue kunyah nasi goreng itu dengan pelan. Dan rasanya enak banget. Sumpah, Prilly bener - bener istri idaman banget. Cantik, pintar masak pula.
"Gimana rasanya? Enak kan?" Tanya Prilly pada gue.
"Kamu belum nyobain?" Tanya gue dengan muka serius. Prilly pun menggeleng. Ngak dicobain aja rasanya enak gini, apalagi di cobain. Beeeh... ajib!
"Makanya kalo masak dicobain dulu. Aaaa... " Pinta gue yang mencoba menyuapinya. Modus sebenarnya,hahaha.
"Enak ko. Ya udah kalo gitu, besok aku nggak masak lagi. Jadi besok sarapan roti aja ya." Katanya sedikit kecewa.
"Cieee... gitu aja ngambek." Kata gue sembari menarik hidungnya yang mancung. Entah kenapa, wajah Prilly yang sedang mengambek selalu membuat gue gemas akut.
"Awww... sakit Aliii..." teriaknya pada gue. Gue terkekeh mendengar dia merengek manja seperti itu.
"Nasi goreng kamu enak banget ko. Nasi goreng direstoran aja kalah enak. Besok bikinin sarapan lagi ya." Rayu gue padanya.
"Mau di bikinin apa?" Tanya Prilly dengan semangat.
"Apa aja. Apapun yang kamu masak pasti aku makan." Jawab gue sambil tersenyum. Gue lihat pipi chubbynya mulai merah. Sumpah, mukanya makin ngegemesin. Gue pengen gigit rasanya. Wkwkwk.
Kami pun sarapan bersama. Setelah itu, gue beranjak untuk mandi. Karena hari ini gue harus ke kantor. Gue nggak dapat cuti, karena Papa hari ini ke Malaysia bertemu klien penting. Dengan kemeja berwarna abu - abu, dasi hitam, jas hitam yang senada dengan celana, sepatu pantofel hitam dan tak lupa rambut yang gue bikin spike, gue pun siap berangkat. Gue lihat Prilly sedang santai menonton TV.
"Prill, aku ke kantor dulu ya." Pamit gue pada Prilly. Dia terkejut.
"Lho bukannya kamu cuti?" Tanyanya pada gue.
"Harusnya sih gitu, tapi aku harus gantiin papa hari ini." Jelas gue.
"Oh gitu." Balasnya singkat.
"Ya udah, aku berangkat dulu ya." Pamit gue sambil meninggalkan Prilly.
"Ali tunggu..." Teriaknya memanggil gue. Gue menghentikan langkah gue. Kemudian dia membetulkan dasi gue, setelah selesai dia meminta tangan kanan gue.
"Sini tangan kanannya." Pintanya lembut. Gue ngerutin dahi gue.
Kemudian gue ulurkan tangan gue dengan bingung. Tiba2 dia mencium punggung tangan gue. Jantung gue mulai berdisco ria, gue kaget. Dan Gue cuma bisa diam, speechless gue.
Subhanallah Prilly. Bikin gue kretek - kretek aja.
"Hati - hati ya di jalan." Ucapnya lembut.
Gue pun tersenyum, hari ini mood gue ke isi full. Semangat 45.
"Kamu juga hati - hati ya dirumah." Kata gue sambil mengelus elus pucuk kepala Prilly dengan lembut. Pengennya gue cium tuh istri gue yang manis abis, atau minimal gue cium keningnya, tapi kayaknya waktunya belum pas. Akhirnya gue pun berangkat dengan Range Rover gue seperti biasa, tapi dengan semangat yang luar biasa.
---
Gimana ceritanya readers?
Semoga bisa menghibur ya. Maaf ya kalo ceritanya ga jelas dan typo, maklum amatir.
Terima kasih juga sudah mau membaca ceritaku. Walaupun ngga ada yang vote ataupun comment, tapi aku udah seneng ko karena kalian sudah mau baca ceritaku. Itu tandanya kalian dah bisa terima ceritaku.
Karena ali prilly nya masih dalam masa penyesuaian, jadi belum ada konflik disini. Keep reading ya!
Sekali lagi terima kasih banyak.
Kalo bisa kasih kritik dan saran ya. Mau kasih ide cerita selanjutnya juga boleh.
See you in the next chapter! ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top