EPILOG
PPOV.
Sayup - sayup aku mendengar suara adzan subuh berkumandang. Aku mengerjapkan mataku berkali - kali, sampai aku merasa semua nyawaku telah berkumpul. Aku tersenyum saat melihat seorang anak laki-laki versi suamiku yang masih berumur 3,5 tahun tertidur lelap didekapan suamiku. Pemandangan yang sangat langka sejak satu tahun terakhir. Karena dia hanya akan tidur disini jika Suamiku sedang berada diluar kota. Seperti saat ini, dia berada disini karena 3 hari yang lalu mas Ali ada pekerjaan di Bali, dan mas Ali baru pulang dini hari tadi.
Aku dan suamiku sengaja mengajari anakku Abyan untuk bisa mandiri dari sekarang, seperti mengajarinya untuk terbiasa tidur sendiri. Sebenarnya aku tidak tega, tapi mas Ali yang selalu mengingatkanku agar aku membiarkan Abyan mandiri. Karena baik aku maupun mas Ali tidak ingin nantinya Abyan menjadi anak yang manja.
Beruntung Abyan anak yang pemberani. Walaupun begitu tetap saja aku masih merasa khawatir, setiap malam aku selalu menengoknya dikamar sebelah. Hanya untuk memastikan bahwa Abyan baik - baik saja. Salah satu alasan mas Ali yang membuatku terkekeh saat dia ingin Abyan tidur terpisah, karena mas Ali tak ingin aktivitasnya dikamar terganggu oleh Abyan. Dengan anaknya saja dia bisa jealous seperti itu. So childish!
Aku mencium kening Abyan dan bergantian mencium kening mas Ali sebelum aku beranjak dari tempat tidur. Kepalaku terasa pening. Sudah beberapa hari ini aku memang sering tiba-tiba pusing, padahal aku sudah meminum obat penambah darah agar aku tidak terlalu sering pusing seperti ini. Aku langsung mengambil air wudlu dan melaksanakan kewajibanku, shalat subuh.
Setelah selesai, aku langsung melangkahkan kakiku ke dapur menjalankan rutinitas yang must do setiap hari. Seperti biasa, mbok Surti sudah stand by didapur terlebih dahulu. Aku langsung mempersiapkan bahan makanan yang akan aku masak. Mashed potato untuk Abyan dan nasi goreng sosis + omelet untuk suamiku. Mbok Surti pun langsung membantuku.
Beberapa saat kemudian setelah makanan untuk sarapan selesai aku buat, aku langsung bergegas untuk membangunkan suamiku dan juga anakku yang cakepnya nggak pernah luntur.
Aku ingin menarik bedcover yang menyelimuti tubuh suamiku, namun ternyata Abyan sudah berpindah posisi tidur diatas dada mas Ali sambil memeluk Abinya. Begitu juga suamiku yang memeluk erat Abyan yang terlelap didada bidangnya.
Aku membuka tirai kamarku. Sinar matahari pagi yang cerah langsung masuk kedalam kamar. Suamiku mulai terganggu dengan sinar matahari yang menyilaukan matanya.
"Abi... abi sayang... bangun yuk..." Kataku sambil mengelus elus pipinya yang mulus dan sedikit chubby. Dia tak bergeming sedikitpun.
Aku mulai mencium pipi kanan dan kirinya, keningnya, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang lembut. Dia membalas ciuman bibirku. Oh my God! Ternyata aku dikerjai olehnya. Resenya yang tingkat dewa tidak pernah berkurang, dan dia menurunkan kereseaannya pada Abyan. Ya Allah! Ada dua Ali disini, yang sama - sama membuat kesabaranku selalu diuji setiap hari. Aku langsung melepas ciumanku. Dan mas Ali langsung membuka matanya. Dan tersenyum manis padaku. Ya Allah. Senyumnya yang selalu mengalihkan duniaku.
"Pagi Umi sayang... lanjutin dong!" Cibirnya padaku. Aku mengerucutkan bibirku.
"Hahaha. Berarti boleh lagi nih Umi." Katanya lagi padaku.
"Bangun ah sayang... sarapannya keburu dingin tuh!" Seruku padanya.
"Lha ini gimana?" Tanyanya menunjuk ke Abyan yang berada diatas dadanya, masih memeluknya dengan erat.
"Abyan... bangun yuk sayang..." Ucapku membangunkan Abyan.
Mas Ali menggeleng - gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Mau Abinya ataupun Abyan sama - sama susah jika dibangunkan. Anakku memang fotocopyan dari suamiku, mas Ali. Hanya saja Abyan adalah mas Ali versi anak laki - laki yang masih kecil.
Mas Ali kemudian memiringkan tubuhnya, mencoba menidurkan Abyan dan melepas pelukannya. Dan berhasil. Aku yang masih duduk ditepi ranjang, disamping suamiku, tersenyum. Melihat mas Ali mencoba membangunkan jagoannya.
"Byan... Bangun yuk! Umi bikin sarapan enak lho. Yuk bangun!" Kata mas Ali. Akhirnya aku membantunya.
"Byan... Umi bikin Mashed potato lho. Yuk bangun! Nanti dihabisin Abi lho." Ucapku sambil mengusap usap rambutnya.
Suamiku tersenyum, sambil bersandar dikepala ranjang dan melipat dua tangannya didada. Dengan susah payah, Abyan pun akhirnya mengerjapkan matanya. Mas Ali membantunya untuk duduk. Kemudian mengacak acak rambut Abyan.
"Bangun bang... udah pagi nih!" Pekik mas Ali yang mencoba menyadarkan Abyan.
Abyan yang matanya belum membuka dengan sempurna, menguap dengan lebarnya. Mas Ali langsung menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Aku terkekeh. Kemudian Abyan menyingkirkan tangan Abinya yang menutupi mulutnya. Dia mendengus kesal.
"Minum dulu nih!" Suruh mas Ali. Kemudian mas Ali membantunya untuk minum.
"Ngantuk Mi." Ucapnya sambil merangkak kearahku, duduk dipangkuanku dan langsung memelukku.
Aku dan mas Ali tersenyum. Mas Ali dengan gemasnya mengacak acak rambut Abyan kembali.
Abyan anak yang pintar, bisa dibilang dia juga anak yang cerdas untuk anak seumurannya. Bicaranya sudah lancar. Dia juga sudah bisa berhitung, walaupun dengan angka - angka kecil. Dia juga sudah hafal semua huruf abjad. Dan bisa berbahasa inggris sedikit. Dia juga sudah mulai menyukai belajar mengaji. Aku sendiri yang mengajarinya, karena aku mantan pengajar TK.
"Mashed potatonya buat Abyan atau buat Abi aja nih?" Godaku padanya.
"Buat Abyanlah. Kejunya banyak nggak umi?" Tanyanya padaku.
"Buanyaaak buangeet..." balasku lebay, hahaha. Dia tertawa melihat expressiku. Aku cium hidungnya yang mancung.
"Cuci muka dulu gih sama Abi." Sambungku lagi. Dia mengangguk. Mas Ali mulai beranjak dari tempat tidur.
"Gendoooong Bi..." Teriak Abyan yang langsung berdiri dengan tangan menengadah keatas. Mas Ali terkekeh.
Kemudian mas Ali duduk kembali ditepi tempat tidur. Dalam hitungan detik, Abyan sudah berada dipunggung mas Ali. Mas Ali pun menggendongnya ke arah kamar mandi. Dan aku langsung membereskan tempat tidur yang berantakan karena ulah dua lelakiku tercinta.
---
Aku tersenyum melihat mas Ali turun menyusuri tangga sambil menggendong Abyan dipunggungnya. Setiap mas Ali dari luar kota, Abyan selalu manja pada Abinya.
Sesaat kemudian, mas Ali mendudukkan Abyan dikursi meja makan tempat biasa Abyan duduk, didepanku. Mas Ali pun duduk ditempat duduknya, disebelahku. Abyan langsung meminum susunya yang masih hangat.
"Aaaa sayang..." Perintah mas Ali padaku. Aku menggeleng.
"Ayo aaaa..." Perintahnya lagi. Akhirnya aku membuka mulutku. Abyan tersenyum melihatku.
"Sekarang gantian Byan yang suapin Umi. Aaaa..." Perintah Abyan.
Dia naik keatas meja, kemudian menyodorkan sendok yang sudah penuh terisi dengan mashed potato. Aku pun pasrah. Sebenarnya tadi pagi aku sudah sedikit mencicipi mashed potato bersama mbok Surti. Dan sekarang nasi goreng sosis campur mashed potato. Oh my God! The worst taste!
Mulutku yang kecil sampai tak mampu menampung suapan Abyan yang begitu banyak. Sampai aku menutup mulutku dengan tangan saat aku mencoba mengunyahnya. Abyan tertawa pecah. Mas Ali terkekeh.
"Hahaha... Umi lucu!" Ledek Abian padaku.
"Byan... minta maaf sama Umi. Rese ya anak Abi." Kata mas Ali menasehati Abyan dengan lembut.
Ya Allah. Kedua lelaki ini sedang menyiksaku. Ampunilah mereka ya Allah. Ucapku dalam hati. Setelah aku bisa mengunyahnya dan menelannya sampai habis, Aku langsung meminum lemon tea ku. Aku menghela nafas sejenak. Kemudian aku tatap suamiku dan anakku dengan tajam secara bergantian.
"Maaf Umi. Nggak sengaja. Jangan marah dong Umi, nanti kayak oma jadi tua." Ucapnya padaku yang masih duduk diatas meja makan, sambil memberikan senyum termanisnya.
Aku menghela nafasku kembali. Ya Allah. Kenapa bisa ada dua Ali seperti ini? Oh my God. Gerutuku dalam hati. Sabar Prill, sabar. Ucapku dalam hati sambil mengelus dadaku. Mas Ali tersenyum melihatku dan melanjutkan memakan sarapannya.
Cup.
Aku tersentak. Abyan mencium pipi kananku. Dia kemudian duduk dipangkuanku.
"Maafin Abyan ya Umi." Ucapnya lagi sambil memelukku. Aku membalas pelukannya dengan erat.
Mas Ali terkekeh. Setidaknya Abyan akan langsung meminta maaf jika dia sudah mulai membuatku kesal. Sama seperti mas Ali. Karena mas Ali yang selalu mengajari itu. Tiba - tiba aku merasa mual. Ada sesuatu yang ingin aku muntahkan.
Aku langsung melepaskan pelukanku pada Abyan, kemudian mendudukkannya diatas meja. Dan aku langsung berlari ke wastafel sambil menutup mulutku. Semua yang mas Ali dan Abyan suapkan padaku keluar tanpa sisa. Aku merasa lemas seketika. Pusingpun mulai menjadi - jadi. Kurasakan sebuah tangan memijat mijat tengkukku saat aku masih memuntahkan isi perutku.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya mas Ali padaku. Aku hanya mengangkat tangan kananku tanda tak mengerti.
"Umi kenapa Abi?? Gara - gara Byan nakal ya Bi??" Tanya Byan dengan nada yang hampir menangis.
"Nggak Byan, Umi sakit nih. Bukan gara - gara Byan." Jelas mas Ali.
"Nggak sayang. Umi nggak papa ko." Ucapku pada Abyan sambil mengusap usap rambutnya setelah selesai memuntahkan seluruh isi perutku.
Mas Ali merangkulku dengan erat. Dan menuntunku untuk duduk kembali. Penglihatanku mulai buram, beberapa detik kemudian mulai sedikit gelap. Dan gelap seketika.
APOV.
Gue terkejut saat istri gue Prilly tiba - tiba tubuhnya melemas dan hampir terjatuh. Dia pingsan. Gue mulai panik seketika. Abyan mulai berteriak - teriak memanggil - manggil Uminya. Gue langsung gendong istri gue ala bridal style kekamar. Abyan mengikuti gue dibelakang.
Gue merebahkan istri gue ditempat tidur kingsize dikamar kami. Abyan pun langsung mendekati Uminya. Gue ambil minyak kayu putih. Tangan dan kakinya dingin. Gue makin panik. Gue oleskan minyak itu di perutnya, kakinya. Gue usap - usap tangannya agar hangat. Wajahnya sudah pucat pasi. Gue oleskan minyak aromatherapy disalah satu jari gue, kemudian gue letakkan jari gue tadi disekitar hidungny agar dia bisa menghirupnya. Abyan terlihat bingung dan ketakutan.
"Abi... Umi kenapa?? Gara - gara Abyan nakal ya Bi?" Tanyanya pada gue. Namun matanya tak pernah lepas menatap Uminya.
"Umi bangun... umi... maafin Byan." Ucapnya yang hampir menangis sambil mengelus - elus pipi Prilly.
Gue langsung gendong dia. Tangisnya pecah seketika. Dia membenamkan wajahnya diantara leher dan bahu gue. Tangannya memeluk leher gue dengan erat. Gue elus - elus punggungnya, mencoba untuk menenangkannya. Abyan bukan anak yang cengeng, dia jarang menangis. Dia menangis jika dia benar-benar kesal atau ketakutan seperti sekarang.
"Umi nggak papa ko, bentar lagi juga bangun. Umi lagi sakit aja. Bukan gara - gara Byan." Ucap gue mencoba menenangkannya.
Masih terdengar isakan tangisnya. Tangannya memeluk leher gue semakin erat. Akhirnya gue duduk kembali ditepi tempat tidur sambil memangku Abyan.
"Den, ini teh panasnya." Suara mbok Surti mengagetkan gue.
"Oia mbok, taruh disitu aja." Ucap gue sambil melirik nakas disamping tempat tidur.
"Bang Byan mau ikut mbok?? Mbok mau bikin smoothies buat Umi. Ikut nggak?" Tanya mbok Surti.
"Udah ah nangisnya. Masa anak cowo nangis. Umi nggak papa ko, bentar lagi Umi bangun. Gih, ikut mbok bikin Smoothies buat Umi." Rayu gue padanya sambil menyeka air matanya. Dia mengangguk. Kemudian turun dari pangkuan gue, dan berjalan kearah mbok Surti. Mbok Surti pun menggandengnya.
Gue mengelus - elus pucuk kepala istri gue, kemudian mencium keningnya. Gue ingat dulu istri gue pernah bikin gue shock kaya gini. Dan saat itu dia ternyata sedang hamil, apa mungkin istri gue hamil?? Gue menggeleng - gelengkan kepala gue. Nggak mungkin Prilly hamil, dia sampai sekarang masih meminum pil KBnya.
Sesaat kemudian tangan Prilly mulai bergerak, matanya mulai mengerjap dengan perlahan. Gue genggam tangannya yang sudah mulai menghangat. Akhirnya dia pun sadar.
"Hi sayang... masih pusing?" Tanya gue saat dia memegang pelipisnya.
Dia mengangguk. Gue langsung memijat kedua pelipisnya dengan minyak aromatherapy. Matanya terpejam, menikmati pijitan lembut gue. Sumpah demi apapun, ngelihat istri gue kayak gini bikin gue lemas seketika.
"Udah Bi." Ucapnya lirih. Gue menghentikan pijatan gue.
"Enakan sayang?" Tanya gue lagi. Dia mengangguk.
Sesaat kemudian Abyan dan mbok Surti masuk membawa segelas smoothies. Abyan langsung berhambur pelukan pada Prilly. Mbok Surti pun pamit untuk keluar.
"Umi... maafin Byan." Ucap Byan yang masih merasa bersalah dengan kereseannya tadi pagi.
"Umi nggak papa ko. Bukan gara - gara Byan nyuapin Umi kebanyakan tadi. Umi lagi nggak enak badan aja." Kata Prilly sambil mengusap usap punggung Byan.
Byan pun melepas pelukannya. Prilly mencoba untuk bangun, gue membantu dia untuk duduk.
"Hei... jagoan Umi habis nangis ya??" Tanyanya pada Byan.
"Iya tuh, jagoan Umi ketakutan tadi terus nangis deh." Ledek gue.
Abyan mengerucutkan bibirnya. Gue dan istri gue terkekeh melihatnya. Karena malu, Byan langsung berhambur memeluk gue yang masih duduk ditepi tempat tidur, dan menenggelamkan wajahnya yang mirip dengan gue dikedua paha gue. Sambil memukul - mukul kedua kaki gue. Gue tertawa keras.
"Awww... sakit Yan." Teriak gue saat Byan mencubit kaki gue.
"Abyan..." Panggil istri gue. Byan menoleh.
Istri gue yang sudah duduk menggeleng - gelengkan kepalanya. Abyan meringis, mempertontonkan barisan giginya yang rapi dan putih.
"Maaf Abi. Abi nakal sih, hehe." Ucapnya pada gue. Gue dan Prilly tersenyum.
"Umi... itu smoothies bikinan Byan loh. Umi minum ya." Katanya pada Uminya.
"Bener Byan yang bikin??" Ledek gue sambil mengerutkan dahi gue dan menatapnya tajam. Dia terkekeh.
"Hihihi... dibantuin mbok, Abi. Mbok yang ngupas pisang, stroberi, sama buah naga, habis itu motongin buahnya. Terus Byan yang masukin ke blender. Byan juga yang ngasih susunya." Ceritanya pada gue dan Uminya.
"Pinter ya anak Umi." Sanjung istri gue.
Kemudian dia berjalan kearah nakas disamping tempat tidur, mengambil gelas yang sudah berisi smoothies dengan kedua tangannya dan memberikannya pada Uminya.
"Minum Umi. Enak loh. Byan udah nyobain tadi sama mbok." Ceritanya lagi. Prilly mengangguk kemudian meminumnya.
"Nanti habisin ya Umi. Byan mau maen dulu sama mas Reza." Pamitnya pada Prilly.
"Mau maen apa?" Tanya gue.
"Biasa Bi, maen mobil RC. Abyan maen dulu ya Abi Umi." Pamitnya lagi.
Kemudian mencium pipi Prilly dan pipi gue. Manis banget nih anak gue, bikin gemes, pengen gue gigit. Hahaha. Dia pun berlari keluar kamar.
Gue mengambil kalender duduk yang berada diatas nakas disamping tempat tidur. Nggak ada coretan apapun disana, selama ini juga Prilly belum libur dari shalatnya. Mungkinkah itu?? Otak gue mulai bekerja sekarang. Dahi gue mengkerut.
"Kenapa sayang?" Tanya istri gue.
"Kapan terakhir kamu datang bulan sayang??" Tanya gue penasaran.
"Lupa. Biasa juga nggak tentu." Jelasnya pada gue.
Gue beranjak dari tempat duduk gue, kemudian gue mencari bungkusan plastik dari apotik tadi malam. Gue ambil semua isinya. Entah kenapa tadi malam pas gue beli sangobion buat Prilly, gue pengen beli itu. Dua buah testpack dengan merk yang berbeda. Gue langsung kasih sama istri gue. Dia mengkerutkan dahinya.
"Ya Allah Abi, punya kaya gini dari mana?" Tanyanya kembali.
"Nggak tahu, tadi malam pas beli sangobion buat kamu tiba-tiba lihat itu, pengen beli aja. Gih sana dicoba." Ucap gue.
"Abi Ali ku yang paling ganteng, Umi itu masih minum pil KB, jadi nggak mungkin Umi hamil." Kata istri gue.
"Nothing's impossible. Kalo kamu lupa minum gimana? Kebobolan juga kan sayang." Sahut gue.
Akhirnya dia pun pasrah. Istri gue beranjak dari tempat tidur, kemudian berjalan ke kamar mandi. Gue berjalan mondar - mandir menunggu dia keluar dari kamar mandi. Sumpah, lama banget dia didalam. Gue benar - benar udah nggak sabar.
Akhirnya suara pintu kamar mandipun terbuka. Dia menatap gue lekat - lekat. Expressinya benar - benar datar. Dia berjalan lemas kearah gue. Gue langsung peluk dia. Gue benamin kepalanya didada bidang gue.
"Nggak papa sayang. Nanti coba lagi ya!" Goda gue yang mencoba mencairkan suasana.
Gue tahu istri gue pengen punya anak lagi saat Abyan berumur 4 atau 5 tahun. Dan sekarang belum saatnya. Dia melepas pelukan gue dan memberikan hasil testpacknya pada gue. Mata gue melotot dengan sempurna. Mulut gue menganga lebar. Subhanallah. Gue bener - bener nggak percaya. Gue tatap dia dalam - dalam, dia tersenyum. Gue langsung memeluknya dengan erat. Gue gendong dia memutar. Sumpah, gue seneng banget. Prilly hamil lagi. Thanks God. How happy I am!
"Abiii... Byan mau digendong kaya Umi gitu." Seru Abyan diambang pintu.
Gue langsung menghentikan aktivitas reflek bahagia gue tadi. Gue turunin istri gue, gue lingkarin tangan gue dipinggangnya. Gue dan Prilly tersenyum. Anak gue berjalan mendekati gue dan Prilly.
"Mau gendong juga?" Tanya gue pada anak gue. Dia mengangguk dengan semangat.
Gue langsung gendong dia seperti gue menggendong istri gue tadi. Dia mulai berteriak - teriak minta turun. Gue malah asik meledek dia.
"Udah Abi..." Kata istri gue. Gue berhenti deh.
"Hah... Pusing Abi. Ko umi di gendong - gendong sih? Umi nggak sakit lagi kan?" Tanya Byan. Gue dan Prilly tersenyum.
"Byan mau nggak punya adek?" Tanya gue hati - hati. Kalo sampai jawabannya nggak sesuai harapan, bakalan gawat nih.
"Adek?? Kaya dek Kia sama dek Dimas?" Tanya dia balik. Gue mengangguk.
Adzkia, panggilannya Kia, dia anak bang Aron dan Kaia, umurnya 2 tahun, adik Aka. Dan Dimas, anak kak Adi dan kak Marsha, seumuran dengan Kia.
"Iya, mau nggak punya adek kecil?" Tanya gue lagi. Dia mengangguk. Alhamdulillah ya Allah.
"Nanti Byan kaya bang Aka?" Tanyanya lagi.
"Iya Abyan sayang, nanti Byan dipanggil abang kaya bang Aka." Jelas istri gue.
Abyan mengangguk senang. Dia langsung meminta untuk bertemu adiknya. Gue dan Prilly pun menjelaskannya, bahwa adiknya masih didalam perut Uminya. Abyan sedikit bingung, kemudian dia turun dari gendongan gue dan menghampiri Uminya. Dia mengelus - elus perut Uminya yang masih datar, kemudian menciumnya.
"Adek jangan lama - lama ya diperutnya Umi, biar bisa temenin bang Byan." Ucap Byan.
Istri gue langsung memeluk Byan, matanya mulai berkaca - kaca. Senyum manis keduanya tak pernah lepas dari wajah mereka. Dia mencium pucuk kepala Byan dengan lembut. Gue tersenyum melihatnya. Bahagia memang sederhana, saat melihat orang yang kita sayangi bisa tersenyum dan tertawa. As simple as that.
-----
Cinta itu seperti coklat,
Rasa manisnya yang selalu melekat,
Membuat kita kecanduan setiap saat.
Cinta itu juga seperti kopi,
Berawal dari rasa manis sesaat,
Kemudian meninggalkan pahit yang teramat.
Cinta juga bisa seperti pasir,
Saat kita menggenggamnya dengan erat,
Maka dengan mudahnya dia akan hilang melesat.
Namun cinta yang sesungguhnya itu seperti udara,
Tak bisa disentuh, namun bisa dirasa.
Dengannya sebuah kehidupan akan selalu ada.
And This is cinta.
Sebuah kata yang memiliki banyak makna.
Lima huruf yang akan mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih berwarna.
-------- The End --------
Alhamdulillah...
Akhirnya janjiku terpenuhi juga, menyelesaikan cerita ini dan memberikan sebuah Epilog. Semoga Epilog nya bisa menghibur ya. Disini cuma pengen nunjukkin sosok Abyan.
Aku juga mau berterima kasih buat semua readers yang selalu setia membaca cerita abal - abal ku ini. Aku senang karena kalian bisa menerima cerita ku yang aneh ini. Aku juga mau ngucapin beberapa ucapan terima kasih kepada beberapa orang yang selalu memotivasi untuk terus menulis. I just wanna say thanks to,
1. lindasoerbaktie91 Dia adalah comentator pertamaku saat aku baru mempublish beberapa cerita ini. Makasih linda, comment kamu di awal cerita membuatku merasa dihargai sebagai penulis baru di watty.
2. puttriwahyuni Dia ini adek kecilku yang awalnya muncul dengan beberapa votenya. Ditengah2 cerita dia mulai memberikan suaranya dalam bentuk comment. Makin lama, dia sering curcol, dan bercanda bersama. Makasih ya dek, buat semangatnya.
3. sofiemustika Ini juga salah satu adekku di watty. Awal perkenalan kami sangat lucu. Commentnya yang selalu memberi semangat. Membuatku terus menulis sampai cerita ini selesai. Semoga ceritaku bisa bikin kamu refresh ya dek selama nulis skripsi, semangat dek! Thank you so much.
4. UnnaMahatei dan Ismarahayu18 mereka berdua adalah commentator setia ku. Comment mereka yang selalu panjang dan heboh, membuatku selalu tersenyum saat membacanya dan selalu menantikan kehadiran mereka disetiap chapter ceritaku. Mereka seperti moodbuster buatku. Thank you so much unna and isma, lope you pull. Muach.
5. cutmutiarasofa aku juga mau ngucapin makasih buat muridku yang cantik ini. Walopun nggak pernah bisa buat comment disini, tapi dia selalu berkomentar di FB. Maafin miss uki yang aneh ini ya cut, hehehe.
6. Terakhir, aku mau berterima kasih pada semua yang sudah memberikan voment dicerita abal2 ku ini yang nggak bisa aku sebutin satu persatu. Voment kalian juga yang membuatku bisa menyelesaikan cerita ini. Mungkin kalo nggak ada voment kalian, aku nggak akan melanjutkan cerita ini. Thank you so much.
Dan buat para silent readers, terimakasih karena kalian dengan sudi dan ikhlas mau baca cerita ini.
Ah, kayaknya pidatonya kelamaan deh. Aku tutup aja ya. Keep reading ya guys! Tunggu khayalan ku selanjutnya.
Ah iya lupa, kalo respon kalian bagus seperti kemarin, aku bakalan ngasih bonus special part. So stay tune.
See you in my new story. Bye bye...
Salam cinta,
Ukinurpratiwi ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top