Bab 9: Mulai tinggal bersama

ebuah cahaya biru tiba-tiba muncul dari balik dada Minho. Ra yakin itu adalah wujud kelereng gumihonya. Tetapi saat cahaya biru itu bersinar, tubuh Minho tiba-tiba saja bergerak tak karuan, matanya masih terpejam, keningnya mengerut sampai bagian mata, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri panik, dan pada saat itu butir-butir keringat dingin mulai memenuhi wajahnya.

Ra tidak tahu pasti apa yang sedang dialami Minho dalam mimpinya, tapi ia ingin membantu pria tersebut agar bisa beristirahat. Karena setahu Ra, manusia tidak seperti dirinya yang bisa terjaga dalam jangka waktu panjang. Manusia itu mahluk yang membutuhkan tidur minimal satu kali dalam sehari untuk memulihkan energinya di hari selanjutnya.

Ra menaruh telapak tangan kanannya di atas cahaya biru itu. Beberapa saat, cahaya biru itu seakan tersedot ke dalam tangan Ra atau kembali masuk ke dalam dada Minho. Dan dari sana raut wajah Minho kembali tenang serta tubuhnya tidak bergerak-gerak lagi. Suara deru napas yang teratur terdengar dari saluran pernapasannya.

Ra seakan menghela napas lega. "Syukurlah," ujarnya seraya memandang wajah Minho dengan senyum lembut.

Pagi hari---saat matahari mulai menyapa kembali dunia, Minho terbangun dari tidurnya. Pria itu mendudukkan tubuhnya dengan kepala menunduk---nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. Tangannya terangkat dan mengucek-ucek mata yang kedua sisi kelopaknya masih menempel. Beberapa kali ia menguap dan hendak turun dari ranjangnya.

"Selamat pagi, Tuan. Bagaimana tidurnya?" tiba-tiba saja suara itu mengejutkannya. Minho sampai terperanjat dan hampir saja jatuh di samping ranjangnya.

Setelah membetulkan posisi tubuhnya agar kembali berdiri. Minho memandang seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya. Wanita berbusana hanbok putih itu melebarkan senyumnya sampai deretan gigi putihnya terlihat.

Minho mengerjap-ngerjap selama beberapa detik kemudian langsung menggelengkan kepala.

"Kau sudah bangun rupanya," tidak menjawab pertanyaan wanita itu, Minho hendak pergi ke kamar mandi karena sebuah urusan yang sangat penting. Namun, sepertinya wanita itu tidak mengerti dan langsung mencegat Minho yang hendak masuk kamar mandi.

"Tunggu Tuan, aku ingin mendengar jawaban Tuan. Bagaimana dengan tidurnya? Tuan tidak mimpi burukkan?" Ra memasang raut wajah serius terhadap Minho. Kedua tangannya terlentang menghalangi akses pintu kamar mandi.

Minho yang sudah tidak kuat menahan bebannya menggerak-gerakkan kaki gelisah. Dia menggerakkan wajahnya meminta Ra segera menyingkir dari depan pintu kamar mandi.

"Bagaimana Tuan?" Namun, Ra tidak mengerti.

"Biarkan aku ke kamar mandi dulu, nanti ku jawab pertanyaanmu." Ra pun menurunkan kedua tangannya dan mempersilahkan Minho masuk ke dalam toilet. Tak beberapa lama suara aliran air terdengar dari dalam kamar mandi.

Ra menunggu Minho dengan duduk di samping tendanya. Suara klik kamar mandi terdengar dan kemudian derap langkah yang semakin mendekati Ra.

Ra langsung berdiri saat Minho melewatinya.

"Bagaimana Tuan? Kau tidur nyenyak semalam?"raut wajahnya begitu semangat menunggu jawaban Minho. Sedangkan Minho mengerutkan keningnya berpikir.

Minho yang sempat mengingat-mengingat akhirnya mengangguk "Ya. Sepertinya aku tidur nyenyak semalam.

Wanita itu tiba-tiba saja melompat-lompat riang sambil bertepuk tangan. Minho yang melihat tingkahnya cukup panik dan meminta Ra untuk tenang.

"Syuttt! Berhenti! Jangan sampai orang-orang di rumah bawah tahu keberadaanmu."

Menghiraukan nasihat Minho, Ra segera maju dan meraih kedua tangan Minho dan digenggamnya.

"Jadi sesuai perjanjian, aku akan tinggal di sini setelah berhasil membuat Tuan tidur nyenyak"

Minho seakan tertekan dengan mata bulat Ra yang menatapnya secara intens. Dia baru menyadari bahwa wanita di depannya memiliki bola mata cokelat sedikit keemasan.

Ra masih menggenggam tangan Minho dan menuntutnya untuk segera menjawab memberi kepastian.

"Kau yakin ingin tinggal di sini?" tanya Minho yang segera dijawab anggukan Ra.

Minho pun mengehela napas. Di satu sisi dia harus menepati janjinya pada Ra. Namun, dia juga tidak yakin jika membiarkan Ra di rumah atap adalah pilihan baik. Minho khawatir jika bibinya tau justru terjadi kesalah pahaman.

"Baiklah, aku mengizinkanmu," ujar Minho langsung membuat Ra meloncat-loncat girang. Namun, Minho berusaha menghentikan aksi wanita itu.

***

Pagi itu Minho telah menyalakan leptopnya dan mulai berselancar di dunia internet untuk isi ceritanya. Namun, ternyata kegiatannya cukup terganggu dengan bayangan Ra serta suara langkah kaki wanita itu yang mondar-mandir di belakangnya.

Minho memutuskan untuk menjeda kegiatannya dan beranjak berdiri. Bersamaan dengan itu tubuh Ra berhenti bergerak. Wanita itu tersenyum lebar seakan dirinya tidak melakukan kesalahan. Lagi-lagi Minho menghembuskan napas berat.

"Bisa kah kau berhenti mondar-mandir? Aku terganggu."

"Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud menganganggu. Aku hanya penasaran dengan apa yang Tuan lakukan."

Minho menghela napas. "Sebaiknya kau duduk di sisi lain. Kau bisa baca buku-bukuku," jawab Minho.

Ra hampir saja meninggalkan Minho sebelum ia teringat soal buku.

"Tuan, bisakah Tu—" kalimatnyaterpotong saat terdengar suara lain tengah memanggil Minho dari luar.

Minho yang menyadari siapa itu buru-buru meminta Ra untuk bersembunyi. Jangan sampai bibinya melihat Ra yang akhirnya terjadi salah paham.

Ra buru-buru berjongkok di samping ranjang Minho. Sepengetahuannya posisi ini tidak akan terlihat jika diintip dari balik jendela. Bagaimana pun Ra berpengalaman dalam mengawasi Minho melalui jendela rumahnya.

Minho keluar menemui bibinya. Ra menyimak percakapan mereka menggunakan indera penderangannya yang tajam.

"Minho-ya, ini makanan untukmu. Kenapa tida pernah ingin bergabung di ruang makan bersama bibi dan paman? Jadinya bibi harus nik tangga untuk mengantarkan makanan.

Minho langsung menerima beberapa wadah tersebut dan mengucapkan terima kasih. Bibinya sempat ingin masuk ke rumah atapnya yang kini ditinggali Minho. Tapi segera di halangi Minho. Ia berbicara bahwa kamarnya sangat berantakan.

Akhirnya bibinya kembali. Minho membawa beberapa kotak itu ke dalam. Ra bertugas untuk meletakkan meja pendek. Ra telah paham dnegan itu karena sempat melihat aksi Minho kemarin.

Minho membuka satu persatu lauk yang diberikan bibinya. Ada kimchi, japcahe, dan lainnya.

Ra hanya memandangi Minho melahap makanannya.

"Ayo makan! Kau belum makan sedikitpun dari kemarin. Kau tidak suka masakan bibiku?"

Ra menggeleng. "Bukan itu. Aku tida bisa memakan makanan ini. Semuanya bukan makananku."

Setelah makan. Minho kembali di depan leptopnya. Sedangkan Ra membaca buku koleksi Minho. Dia membaca sangat serius.

Kemudian mengintrupsi Minho.

"Tuan, maukah tuan mengantar aku ke tempat buku-buku?"

"Maksudmu perputakaan?" Ra tidak mengerti tapi dia mengangguk.

"Di perpustakaan banyak sekali buku. Kau yakin akan menemukan buku yang sedang dicarinya."

Ra mengangguk antusias. Jujur saja, dia sudah tidak sabar menunggu dirinya dan Minho pergi ke tempat itu. Ra yakin dia akan menemukan buku Lee Hwan dibantu oleh Minho. Ya Ra yakin akan hal itu.

Bersambung ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #mitologi