Sebuah dongeng

Aku dan teman - teman sekelas duduk melingkar. Hari ini kami sedang berkemah, dan untuk mengisi jam kosong sebelum tidur, salah satu teman sekelas memberikan usul untuk mendongeng.

Kukira dongeng yang akan dibacakan adalah dongeng yang biasa kudengar saat kecil sebelum tidur.

Namun ternyata tidak.

Kami disuruh menggambar, lalu semua gambar itu dikumpulka n ke dalam sebuah kadus. Setelah itu kita melakukan undian menggunakan pensil yang dioper - oper sambil bernyanyi. Orang yang membawa pensil saat lagu berakhir akan maju mengambil secara acak gambar yang ada di kardu dan bercerita tentang gambar tersebut. 

Kami mulai menyanyikan lagu toru - toru bozu, menjelang lirik terakhir, perputaran pensil makin cepat dan sepertinya kesialan sedang ada di pihakku. 

"Nakama Naoi!" ucap si ketua kelas. 

Yep, aku, adalah orang terakhir yang memegang pensil. Aku maju dan mulai mengacak - ngacak gambar yang ada di dalam kardus sebelum mengambilnya. 

"Gambar apakah yang didapatkan Nakama-san?!" 

Aku menge luarkan gambar dengan gestur yang biasa, berbeda dengan si wakil kelas yang tampak sangat bersemangat, ia sampai mengibarkan bendera di belakangku. 

Astaga.... 

Aku mendapatkan sebuah gambar keluarga, ada nenek kakek ibu ayah dan anak - anak. 

Sejujurnya aku sedikit bingung, karena aku adalah anak tunggal dan aku bahkan sangat jarang berkumpul dengan keluarga besar. 

"Suatu hari, ada sebuah keluarga yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, dan anak - anak. Mereka duduk sambil menonton Tv, lalu....." 

Seperti yang bisa kutebak, hanya segelintir orang yang menepuk tangan, kurasa mereka melakukannya untuk memberikan penghargaan kepadaku. 

Sedangkan sisanya tampak mengantuk dan tertidur. Aku tidak tahu harus senang atau tidak. 

"Terima kasih Nakama-san telah membawakan cerita yang menarik ini!" 

Si wakil ketua kelas, satu - satunya yang paling berenergi . 

Lingkaran bubar, kami mulai memasuki tenda masing - masing. Aku izin untuk masuk tenda belakangan karena harus pergi membuang air. 

"Cerita yang tadi bagus," 

AKu terkejut, Matsui - san dan Someya - san tiba - tiba ada di depan toilet portabel ketika aku sedang mmebuka pintu dan berniat keluar. 

"Kalian mendengarnya ya?"

"Hehe... iya," 

"Kukira kalian sudah tidur," 

"Bocah ini ingin mencari hantu," jawab Matsui-san 

Kami lalu berpisah setelah basa basi singkat. 

"Itu bukan alasan yang keren!"

"Kalau begitu kau ingin jujur? Oke, kalau begitu jangan menangis saat ditolak,"

Meski sudah berjalan jauh, aku mendengar sedikt kasak kusuk Matusi - san dan Someya -san. 


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top