Hadiah
"Kuharap semua berjalan lancar,"
Untuk yang kesekian kali, aku harus menghadiri acara makan - makan yang disponsori oleh orang tuaku.
Namun aku tidak terlalu bosan, toh aku sudah menghadapinya berkali - kali.
"Bisakah saya dan Nakama-san pergi? Ada hal yang ingin saya tanyakan secara pribadi padanya,"
"Oh silahkan," ucap Ibuku dengan senyum dan nada ramah.
Mau tak mau aku setuju, tidak baik untuk menolak ajakan seseorang di acara seperti ini.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" ucapku begitu kami sudah jauh dari 'semua orang'.
"Kita ke mobilku dulu," sahutnya
Meski aku mengikutinya dengan langkah yang anggun, mau tak mau aku jadi waspada, highheelsku bisa kucopot dengan cepat. Kalau - kalau lelaki ini melakukan hal yang aneh padaku, aku sudah siap untuk melobangi keningnya.
"Masuk!"
Aku membuka pintu penumpang yang ada di depan, lelaki itu bahkan tidak membukakan pintu untukku.
"Kita akan pergi kemana?" Tanyaku, melirik dia yang sedang memasang sabuk pengaman.
"Membeli hadiah," sahutnya singkat.
Mobil yang ia bawa membelah jalanan Tokyo, ia membawaku menuju ke salah satu toko perhiasan paling terkenal.
Aku menurut saja, toh selain sikapnya yang dingin tidak ada yang menyebalkan.
"Kembalikan aku sebelum makan malam berakhir," ucapku.
"Oke,"
"Selamat datang! Ada yang bisa kami bantu?"
Aku hanya diam ketika Ia sibuk memilih sebuah cincin, kurasa ia membeli cincin untuk orang lain, dan bukan aku.
Haha! Aku bukan orang yang kelewat percaya diri, ia tidak mungkin membelikan cincin untuk orang yang baru ditemuinya kan?
Sembari menunggunya, aku melihat - lihat perhiasan yang ada di etalase. Aku cukup mengapresiasi-siapapun yang membuat design perhiasan yang dipanjang. Mereka terlihat cantik dan berkilauan.
Mataku lalu terpaku pada gelang- sekaligus cincin yang terpajang di lemari paling ujung. Bentuknya tampak sederhana, ada hiasan berbentuk kupu - kupu yang mengingatkanku pada musim panas kemarin, saat aku dan Someya-san menghabiskan waktu menangkap serangga.
"Hei! Ayo! Aku sudah selesai!"
Benar saja, lelaki itu sudah menenteng sebuah tas kertas. Aku berjalan menghampirinya. Kami lalu kembali ke mobil, namun lelaki itu malah melepas sabuk pengamannya.
"Tunggu sebentar, ada yang tertinggal."
Ia tak menunggu jawabanku, ia langsung pergi begitu pintu mobil dibuka. Lelaki itu berjalan dengan cepat masuk ke dalam toko, dan keluar dengan cepat pula.
"Ini untukmu,"
Aish, lelaki itu melempar kotak padaku dengan cara yang tidak keren.
"Terima kasih," ucapku sambil tersenyum, walau aku tidak senang dengan caranya memberi barang.
"Oh?"
Perhiasan dengan motif kupu - kupu yang tadi kulihat.
Ternyata dia peka juga.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top