Bab 3.a
Rindu Nafisa. Pak Burhan memanggil nama Rindu untuk tugas ulangan yang belum bisa Rindu kerjakan. Kamu memasukkan bola ke ring aja nggak bisa-bisa. Kalo kali ini masih nggak bisa masuk ring, terpaksa bapak kasih nilai di bawah KKM.
Rindu mengangguk lalu mengambil bola yang dipegang Nita.
Yang bener remed-nya! Jangan bikin pak burhan marah lo. Kebiasaan banget. Nita melemparkan bolanya mengenai dada Rindu hingga membuatnya mengaduh.
Echa datang dan mengomel pada Nita. Lo bisa pelan nggak ngasih bolanya? Kalo nggak suka bilang! Jangan gini caranya. Kampungan banget.
Rindu menyuruh Echa untuk tidak meladeni Nita, jika diperpanjang akan runyam masalahnya. Lantaran Nita suka membuat ulah, terlebih pada orang yang menurutnya sangat mengganggu.
Kenapa lo yang sewot? Rindu biasa aja, tuh. Nita melihat Rindu dengan tatapan tidak sukanya. Jangan mentang-mentang lo disayang sama semua guru jadi seenaknya aja pas olahraga. Di sini, semua sama.
Tepat saat Nita mengatakan itu di telinga Rindu, Pak Burhan selesai menerima telepon dan memanggil Rindu lagi. Ia pun langsung menuju ke depan ring.
Dua kali memasukkan bola telah gagal, untuk yang ketiga kalinya juga masih gagal. Percobaan memasukkan bola ke dalam ring adalah lima kali. Echa dan Anres terus menyemangati Rindu.
Gue yakin lo bisa, Rin. Fokus, tatap papannya, pantulkan bolanya ke papan sebelum dimasukkin ke ring. Lo sekarang dari samping, bukan dari depan, ucap Anres memberitahu.
Rindu pun mempraktekkan apa yang Anres ucapkan.
Yeee... Lo bisa, Rin. Echa memeluk Rindu saking senangnya. Ia langsung berjalan ke arah Nita. Lo liat, kan, hasilnya? Jangan pernah ngeremehin orang lain! setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Belum sempat Nita membalas ucapan sarkasnya, Echa langsung berbalik menggandeng Rindu dan Anres untuk berganti pakaian. Nita pun terlihat sangat kesal terlihat dari cara tatapannya.
Capek banget hari ini, ya? Rindu mengadu pada kedua sahabatnya.
Karena lo kerja keras buat dapet nilai makanya capek. Anres mengambil botol minumnya di tas. Ke mana pun ia pergi, tidak lupa untuk selalu membawa air minum karena tubuh harus dicukupi kebutuhan minumnya.
Bener juga yang dibilang Anres. Tapi, gue bangga sama lo, Rin. Lo bisa ngalahin kelemahan lo sendiri, meskipun itu nggak gampang, sih. Echa mengambil seragamnya, dan menunggu Rindu sambil mengipaskan buka ke lehernya. Anres sudah berganti baju.
Rindu memang tidak mau mengingat masa lalunya yang membuat ia jadi takut dengan olahraga.
Udah jangan dibahas! Gue nggak mau nginget-nginget lagi.
Benar, kan? Rindu selalu seperti itu. Tidak mau orang lain, mengingatkan masa lalunya karena baginya mengingat masa lalu sama halnya mengingat kesedihan yang harus dilupakan.
Ayo! Rindu menggandeng lengan Echa menuju toilet perempuan.
Saat tiba di toilet, Nita dan teman-temannya sudah berada di sana. Jika Nita yang pertama kali di toilet sudah dipastikan nanti Rindu maupun Echa akan terlambat mengikuti pelajaran berikutnya. Seperti yang lampau.
Pintunya terbuka membuat Rindu langsung masuk ke dalam, namun dihalangi Rina.
Bagus. Nita langsung menyapu pipi Rindu dengan perlahan. Jangan sombong dulu lo! Masih ada olahraga lain yang lo harus remed. Lo boleh ngambil perhatian semua guru, setidaknya termasuk Pak Burhan. Jangan pilih kasih jadi orang!
Woy, lo kalo ngomong selalu nggak ngotak, ya. Mana ada bisa pilih-pilih begitu, Malih? Olahraga sama aja keahlian. Kalo nggak ahli suruh ngapain? Mikir, dong! Echa menyingkirkan tangan Nita dan Rina.
Apa urusannya sama lo? Gue punya urusan sama Rindu Nafisa, bukan Echa Kosasi, tegas Nita.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top