35 : A Day With Ansel

Setelah menghabiskan sarapan yang Ansel bawa, Ansel menemaniku di rumah. Kami tidak pergi ke luar karena cuaca tampak kurang mendukung. Sebentar lagi pasti akan turun hujan, pikirku. Lagipula, apa salahnya menghabiskan waktu di rumahku?

"Jadi, apa yang akan kita lakukan?"

Ansel baru saja kembali dari toilet. Dia menghampiriku yang tengah mencari CD film-film yang aku miliki. Tanpa menoleh ke arah Ansel, aku berkata, "aku sedang ingin menonton sebuah film. Apa kau mau menemaniku? Jika tidak, kau bisa beristirahat di sofa."

"Come on, Tay. Tentu saja aku akan menemanimu. Film apa yang kau punya?" tanya Ansel seraya duduk di sofa. 

Aku membaca satu per satu judul film yang aku punya CD-nya. "Titanic, The Mortal Instruments, Anna..." ucapanku terhenti saat membaca judul CD tersebut. Anabelle. Kemudian, aku melihat CD-CD film lainnya yang berada di belakang film Anabelle. Ada The Conjuring dan Insidious II.

CD-CD ini bukan punyaku. Ini punya Harry.

"Tay, jadi, apa yang akan kita tonton?" Lamunanku akan Harry buyar saat mendengar suara Ansel. Aku meraih asal sebuah film dan menunjukkannya kepada Ansel. Aku memasukkan CD-CD itu ke dalam box kembali.

"Keberatan jika kita menonton film drama romantis?" tanyaku seraya menyalakan DVD Playerku. Ansel mengedikkan bahunya. "Kenapa tidak dan hei, apa kau belum menonton film terbaruku yang dirilis beberapa bulan lalu? Film itu sangat fenomenal, Tay. Seharusnya kau menonton film itu!"

"Aku tak pernah tahu kau bermain dalam sebuah film," aku terkikik geli saat melihat wajah Ansel yang terlihat sangat terkejut dan lucu. Aku mulai memasukkan CD ke dalam DVD Player dan menghampiri Ansel, menunggu filmnya di mulai.

"Aku tak tahu di mana kau tinggal, Taylor Swift." Dia menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku tinggal di sini," aku menunjuk di mata letak jantungnya, sebelum menambahkan, "tepat di jantung hatimu."

Ansel tertawa dan menatapku menggoda. "Apa kau sedang menggodaku, Miss. Swift?" tanya Ansel yang membuatku ikut tertawa.

****

Setelah menyaksikan 'If Only', Ansel mengajakku pergi ke luar karena cuaca tampaknya kian membaik. Aku mengiyakan ajakan Ansel. Setelah berganti pakaian, aku dan Ansel segera pergi ke luar, tanpa membawa kendaraan. Ansel bilang, dia hanya ingin mengajakku berjalan-jalan di sekitar rumahku sendiri.

Langkah kakiku dan Ansel berhenti di sebuah kios ice cream yang ada di tepi jalan. Saat kami sampai di sana, beberapa orang berteriak histeris meneriakkan namaku dan Ansel, beberapa orang terdiam tampak tercengang melihatku dan Ansel sedangkan, aku dan Ansel berusaha mengabaikan mereka dan tetap fokus pada tujuan awal kami untuk mendapatkan ice cream.

"Satu cone rasa vanilla." Ujarku kepada si penjual yang terlihat juga tampak terkejut melihatku dan Ansel.

"Aku akan memesan satu cone rasa cokelat." Ansel berujar kepada si penjual ice cream itu.

Penjual itu membuatkan ice cream untukku dan Ansel. Setelah membayar, aku dan Ansel segera pergi dari sana, menuju ke tempat di mana kami bisa menikmati ice cream kami. Tak memperdulikan beberapa orang yang memanggil-manggil kami. Aku bahkan mengabaikan beberapa paparazzi yang tiba-tiba saja ada di sekitar kami.

Langkah kakiku dan Ansel berhenti di sebuah taman. Kami duduk di salah satu bangku taman seraya menikmati ice cream kami masing-masing. Saat tengah asyik menjilati ice creamku, tiba-tiba saja Ansel mencolek pipiku dengan jari tangan yang sudah di lumuri ice cream. Membuatku menoleh ke arahnya seraya berkata, "kau baru saja membunyikan lonceng peperangan kepadaku, Ansel!" Aku melumuri jariku dengan ice cream dan hendak mengotori wajah Ansel namun, dengan curangnya, dia bangkit berdiri dan berlari menjauh. Aku bangkit berdiri dan mengejarnya.

****

"....Taylor dan Ansel tampak menikmati kebersamaan mereka, pergi membeli ice cream seraya bergandengan tangan mesra. Pasangan baru ini...."

Harry menekan tombol power pada televisi yang tengah ditonton oleh keempat sahabatnya seraya bermain monopoli bersama. Setelah mematikan televisi, dengan wajah muram, Harry kembali duduk di posisi awalnya, di samping Liam.

"Apa yang kau lakukan, Harry? Aku masih mau menonton televisi!" Niall berujar kesal kepada Harry seraya memasukkan popcorn ke dalam mulutnya. Harry menggertakkan gigi-giginya.

"Giliranmu, Niall!" ujar Zayn setelah dia mengocok dadu dan menjalankan pemainnya. Niall mulai meraih dadu dan mengocoknya sebelum melemparkan dadu itu ke atas papan monopoli.

"Well, satu dan tiga. Empat langkah, berarti..." Ujar Niall yang mulai mengubah posisi pemainnya.

"Harry, giliranmu!" Louis berkata antusias namun, Harry hanya terdiam dengan tatapan datar. Louis memutar bola matanya karena Harry tak kunjung meresponnya.

"Lihat siapa yang memanas setelah melihat berita tentang sang mantan yang mendapatkan pengganti dirinya," Zayn menyindir dan membuat personil yang lain, selain Harry, terkikik geli. Harry menarik nafas dan menghelanya perlahan.

"Aku tidak memanas, Malik." Harry berkata penuh penekanan.

"Tapi, kau baru saja mengeluarkan asap dari kepalamu, Harry." Liam menambahkan dengan lelucon yang ketiga personil lainnya tertawa lagi.

"Diam, Guys. Aku sedang tak berminat untuk bercanda." Harry berkata lemas.

"Bolehkah aku jujur? Sebenarnya, aku sangat menyukai Harry dan Taylor saat mereka berkencan. Mereka terlihat cute saat bersama tapi, setelah melihat Ansel dan Taylor, sepertinya aku akan beralih menyukai mereka berdua. Mereka berdua terlihat sangat cute!" perkataan Niall membuat ketiga personil One Direction tertawa lebih keras sedangkan, Harry segera bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan.

Harry menyandarkan punggungnya pada dinding setelah dia ke luar dari ruang tempatnya berkumpul bersama keempat sahabatnya. Harry mendongakkan kepala dan memejamkan mata. Berusaha meyakini jika apa yang diberitakan di televisi itu adalah bohong.

****

Ini salah satu hari terbaik yang pernah aku miliki bersama Ansel. Aku menikmati setiap detik yang aku habiskan bersamanya. Dia sangat baik dan sejujurnya, aku mulai meragukan diriku sendiri. Apakah aku cukup baik untuk pria sebaiknya? Aku saja masih belum bisa memastikan, apa yang aku rasakan padanya saat ini.

Apa ini cinta? Jika iya, kenapa dia tak muncul di pikiranku sesaat sebelum aku tidur? Kenapa dia tak pernah muncul di pikiranku secara tiba-tiba? Kenapa aku merasa tak ada perubahan di antara aku dan dia setelah kami resmi berpacaran?

Yang muncul di pikiranku bukanlah Ansel. Yang muncul adalah Harry dan selalu Harry.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku benar-benar sulit melupakan Harry. Dia masih berada di dalam hatiku, dan aku tak tahu kapan dia akan ke luar dari sana. Seharusnya, Ansel yang berada di sana, bukan Harry. Bagaimana cara mengeluarkan Harry dari hatiku?

Ponselku bergetar. Kembali, voice mail dari nomor kemarin yang juga mengirimiku voice mail. Ya, tak lain dan tak bukan adalah Harry. Aku mendengar voice mail itu. Kali ini, dia juga bernyanyi, lagu yang berbeda dari sebelumnya.

I'm broken
Do you hear me?
I'm blinded
'Cause you are everything I see

I'm dancing, alone
I'm praying
That your heart will just turn around

And there's a walk up to your door
My eye turns to face the floor
Cause I can't look you in the eyes and say

When he opens his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
'Cause I can't love you more than this, yeah
When he lays you down, I might just die inside
It just don't feel right
'Cause I can love you more than this
Can love you more than this

Aku memejamkan mata mendengar suara indahnya yang terdengar bergetar. Apa lagi yang dia mau? Kemarin dia mengirimiku suaranya bernyanyi dan sekarang juga? Apa dia akan terus menerus mengirimiku suara dia tengah bernyanyi untuk membuktikan jika dia mempunyai suara yang kelewat indah dan untuk membuktikan jika dia bisa membuatku terperangkap oleh pesonanya seumur hidupku?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top