32 : Move On
Aku menundukkan kepala, berusaha untuk membuat Harry dan Kendall tidak menoleh dan menghampiriku. Aku tak mau bertemu dengannya lagi, sungguh! Aku tak percaya dia tega melakukan hal seperti ini. Bayangkan saja, aku selama delapan bulan melakukan pekerjaanku, setiap malam melihat wajahnya di antara penonton, tak bisa tenang memikirkannya dan tiba-tiba saja saat aku kembali, dia malah sudah bersama gadis lain. Gadis penyebab berakhirnya hubunganku dan dia.
"Taylor, kau baik-baik saja?" Karlie bertanya kepadaku, seraya meraih pundakku.
Aku mengangkat wajahku dan berusaha tersenyum. "Aku baik-baik saja."
"Taylor, Taylor, Taylor. Jadi, kau masih belum bisa melupakannya? Oh, come on! Aku tahu dia memang tampan dan aku mengakui itu sekarang, setelah aku melihatnya secara langsung. Tapi, apalah arti ketampanan itu jika dia tidak bisa menjagamu dengan baik, tak bisa membuatmu bahagia? Kau harus move on darinya, Tay." Lily berujar santai dan di saat bersamaan, makanan pesanan kami datang.
Sebenarnya, aku berusaha untuk tidak menoleh, menatap ke arah Harry dan Kendall tapi, dengan bodohnya, mereka berdua malah duduk di dekat mejaku. Aku tak yakin jika Harry tidak melihatku. Dia pasti melihatku walaupun, hanya sekilas dan dia memutuskan untuk duduk memunggungiku, supaya aku tak melihatnya? Well, dia salah besar.
Lily memutar bola matanya saat menyadari jika Harry dan Kendall duduk tak jauh dari meja kami. Dengan suara santai yang sengaja dia perbesar, Lily berkata, "Taylor, apa kau keberatan jika aku memberikan nomor ponselmu kepada Lucas Till? Kau masih mengenalnya, kan? Dia bilang sudah lama dia tak bertemu denganmu dan dia merindukanmu. Sepertinya kalian harus bertemu dan makan malam berdua, mungkin?" Aku menepuk dahiku mendengar ucapan Lily yang aku yakin, dapat di dengar Harry atau Kendall.
"Hei, bagaimana dengan Zac Efron?! Kau sudah menghubunginya? Dia memberikan nomornya kepadamu, kan, Tay? Ayolah, kapan lagi kau mendapatkan pria setampan Zac Efron?!" Karlie mengikuti jejak Lily untuk berujar dengan nada yang sengaja diperbesar. Aku menatap mereka berdua bergantian kesal tapi, keduanya hanya terkikik geli.
"Bukankah Jake kembali menghubungimu? Tay, kau harus mengakui jika Jake adalah pria paling seksi di dunia! Kalian seharusnya kembali bersama!" Lily kembali menambahkan dan aku mulai pasrah oleh permainan kedua gadis ini.
"Joe juga! Joe juga! Aku menonton interview langsung dengan Joe Jonas dan dia bilang, dia sangat senang jika kau mau bicara lagi dengannya!" Karlie ikut-ikutan, sekali lagi.
"Atau mungkin....."
"Enough, Girls. Let's eat." Aku berkata dengan nada penuh penekanan kepada mereka berdua yang berusaha mati-matian menahan tawa. Aku mulai meraih sendok dan garpuku untuk melahap makananku. Saat aku menegakkan kepalaku, aku dapat melihat Harry yang menoleh sekilas dengan tatapan yang sulit kujabarkan.
****
Malam harinya, secara mengejurtkan, setelah delapan bulan kehilangan kontak, Harry tiba-tiba saja mengirimiku sebuah pesan yang berhasil membuatku membulatkan mata tak percaya.
I'm at your porch now. Need to see you.
Aku terdiam sejenak berpikir. Apa-apaan yang dia lakukan? Dia masih berani mengunjungiku? Bukankah aku dan dia sudah berakhir?
Aku meraih mantelku sebelum berjalan ke luar dari kamar dan menuju ke teras rumahku. Aku mendapati Harry duduk di salah satu kursi yang ada di depan rumahku. Saat aku tiba, dia segera bangkit berdiri dan seperti hendak memelukku namun, dengan cepat, aku menghindar darinya.
"Menjauh, Styles. Jangan buat pacarmu datang dan mengira jika aku adalah penghancur hubungan kalian berdua." Ujarku sinis.
Harry menggelengkan kepala. "Tay, aku tidak berpacaran dengan Kendall. Tidak dan tidak akan pernah. Kami hanya berteman dan kau tahu itu." Harry menjelaskan. Alasan yang sama saat aku memergokinya tengah minum bersama Kendall di Starbucks beberapa bulan lalu. Dasar bodoh, kenapa dia tidak pernah belajar dari kesalahannya, sih?
"Terserah kau mau mendeskripsikan hubunganmu dan gadis itu apa. Yang jelas, sekarang, lebih baik kau pergi. Kau merusak malam tenangku dengan kehadiranmu," aku mengusir secara halus, dengan kata-kata yang pastinya sangat sadis.
"I miss you," kalimat itu mengalir ke luar dengan sempurnanya dari bibir Harry dan aku tertawa dibuat-buat walaupun, sejujurnya, hatiku senang mengetahui jika dia merindukanku.
"Okay. Then, you can leave now. I hope I don't see you again." Aku berkata sinis sebelum masuk ke dalam rumahku lagi dan menutup pintu. Aku tak mendengar suara Harry yang memprotes. Sejujurnya, aku sangat berharap dia mau memprotesku, seperti yang dia lakukan dulu.
I want him to fight me but, he doesn't.
****
Pagi ini, aku terbangun dengan mata yang kembali sembab. Aku tak tahu sudah berapa kali aku menangis hanya karena Harry. Padahal, sebelumnya, aku tak pernah menangis sebanyak ini hanya karena seorang pria. Bahkan, saat putus dengan Joe, aku hanya menangis di malam saat dia memutuskan hubungannya denganku. Setelah itu, aku tak menangis lagi dan sudah melupakan semuanya.
Tapi, saat aku menjalani dengan Harry, rasanya sangat mustahil akan ada satu hari tanpa air mata. Aku kerap kali menangis karenanya dan aku sangat bodoh telah menangis karenanya.
Aku membasuh wajahku di washtafel dan menatap pantulan diriku di cermin. Aku sangat kacau, aku sadar itu. Ini sangat buruk. Tidak seharusnya aku seperti ini. Aku seperti kehilangan jati diriku. Aku kehilangan diriku yang dulu. Yang tak pernah memikirkan terlalu jauh tentang pria dan selalu ceria.
Sekembalinya ke kamar, aku meraih ponselku dan mendapati sebuah pesan di sana. Awalnya, aku sangat berharap itu adalah pesan dari Harry namun, sayangnya, itu hanyalah pesan dari sahabatku yang lain. Hey, kenapa aku sangat berharap jika Harry akan menghubungiku lagi? Bukankah dia sudah menyakitiku berkali-kali dan aku yang memintanya pergi?
Yang mengirimiku pesan pagi ini adalah Cara. Cara Delevingne, lebih tepatnya. Dia juga seorang model di tempat yang sama dengan Lily dan Karlie. Aku memang punya sangat banyak teman dikalangan model.
Hey, Tay. How about hang out with me, Ellie and Ed today? It will be nice if you want to join us. We'll have so much fun!!!
Aku tersenyum tipis sebelum mengetikkan balasan.
Sure. Pick me up at 9, maybe?
Cara membalas tak lama kemudian. Dia terlihat sangat bersemangat.
Okay. See you, Sweety! I miss you so bad!!!!!!!
Aku tersenyum lagi. Setidaknya, aku cukup bersyukur akan hidup yang Tuhan berikan kepadaku. Di saat aku tengah terpuruk oleh karena seorang pria, aku masih punya banyak orang di sekitarku yang peduli padaku dan mampu menghiburku. Aku harap, aku bisa melupakan pria itu setelah ini.
Tak mau memakan banyak waktu, aku segera mandi dan membersihkan tubuhku. Setelah selesai mandi, aku mengenakan tanktop putih dan celana jeans panjang. Aku memakai sedikit make up dan menguncir rambutku ke belakang. Aku diam di kamar selama beberapa saat sampai mendengar suara klakson mobil yang sudah dapat kupastikan adalah mobil Cara.
Aku meraih jaket hoodieku dan mengenakannya sebelum berjalan ke luar untuk menemui sahabat-sahabatku itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top