25 : Did We?

Cahaya matahari pagi sukses membuatku terbangun dari tidur lelapku. Aku menggeliat perlahan dan terdiam sejenak saat menyadari sesuatu. Aku menahan nafas dan setengah mati terkejut mendapati Harry yang terbaring di sampingku. Tubuhku mulai bergetar dan aku bergerak, menjaga jarak dengan Harry.

Perlahan, aku melihat ke dalam selimut dan mendapati tubuhku yang benar-benar polos tanpa sehelai pakaian pun. Aku menarik nafas, cemas sebelum beralih menatap Harry yang masih tertidur pulas. Dia juga tak mengenakan pakaian apapun.

Astaga, apa yang terjadi antara aku dan Harry tadi malam?

Tanpa aku sadari, air mata ke luar dari pelupuk mataku. Aku menangis. Menyesal atas apa yang telah terjadi semalam. Aku sudah berjanji kepada orangtuaku untuk menjaga diriku baik-baik dan sekarang, aku melanggarnya? Bodohnya aku.

Aku melipat kakiku dan membenamkan wajahku di antara kakiku itu. Bodoh, bodoh, bodoh! Aku terus merutuki diriku dan menangis, sampai akhirnya, aku mendapati sebuah sentuhan di pundakku.

"Taylor,"

Aku menyingkirkan tangan yang menyentuh pundakku itu dengan kasar sebelum mengangkat wajahku yang sudah basah oleh air mata. Harry menatapku lirih.

"Apa yang kita lakukan semalam, Harry?" tanyaku terisak.

"A-aku tak tahu, Taylor. Sungguh, aku tak tahu. Aku dan kau mabuk dan aku tak tahu apa yang kita lakukan," jawab Harry berusaha meraihku masuk ke dalam pelukannya namun, aku menepis tangannya kasar.

"Tay, maaf, aku tak tahu harus berkata apa. Aku tak bermaksud melakukan hal buruk padamu hanya saja, semua ini di luar kendaliku dan kendalimu. Kita berdua sama-sama mabuk, Tay!" Harry berusaha membela diri. Aku hanya terdiam dan meraih selimut untuk membungkus tubuhku.

Tanpa memperdulikan Harry yang juga polos, aku berjalan meraih pakaianku yang berserakan di lantai sebelum membawanya masuk ke dalam bathroom, bersamaku.

Aku menyalakan shower dan membiarkan air membasahi tubuhku secara keseluruhan. Aku memperhatikan setiap inci tubuhku hingga mendapati beberapa kiss mark di bagian tubuhku dan itu sangat buruk. Seharusnya, aku hanya membiarkan orang yang kelak menjadi suamiku yang akan melakukan ini. Bukan orang yang tak pasti seperti Harry.

"Taylor, kau sudah selesai?"

Samar-samar, aku mendengar suara Harry dari balik pintu bathroom. Aku menghela nafas dan meraih pakaianku. Aku mengenakan pakaianku itu dan segera ke luar dari bathroom.

"Taylor,"

Aku mengabaikan Harry yang berdiri di sisi kanan pintu. Aku meraih tasku dan segera berjalan ke luar dari kamar hotel Harry. Harry yang sudah berpakaian mengejarku dan menahan lenganku.

"Taylor, please, jangan pergi! Kejadian semalam, bisakah kita lupakan? Kau dan aku bahkan tak mengingat apa yang terjadi antara kita! Jangan tinggalkan aku, please! Maafkan aku, aku mohon." Harry memohon, seperti anak kecil.

"Aku tak marah padamu, aku marah pada diriku sendiri. Aku butuh waktu sendiri, Harry." Ujarku datar. Harry melepaskan tangannya yang semula menahan lenganku. Dia beralih merengkuh pundakku.

"Taylor, apa yang terjadi semalam, sungguh, lupakan saja. Kita bisa melanjutkan hubungan kita tanpa perlu memikirkannya. Please, jangan seperti ini. Kau membuatku takut kehilanganmu." Harry kembali memohon.

"Aku butuh waktu sendiri, Harry. Jangan mencariku." Aku menepis tangan Harry dari pundakku sebelum pergi dari sana begitu saja.

Aku benar-benar butuh waktu sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top