24 : New Years
Waktu berlalu sangat cepat. Tak terasa, hari ini adalah hari terakhir di tahun 2012. Rasanya, semua berlalu seperti angin. Baru kemarin aku melewatkan awal tahun 2012 bersama sahabat-sahabatku, kami mengadakan pesta kebun seraya membuat barbeque.
Saat itu, aku berpesta di kediamanku di Los Angeles. Yang ikut berpesta denganku adalah Selena, Demi, Hailee, Caitlin, Abigail, dan beberapa teman lainnya. Aku menghabiskan banyak waktu bersama sahabat-sahabatku dan sepertinya, tahun ini, aku tidak akan benar-benar merayakan pergantian tahun dengan mereka.
Tahun ini, di malam menuju pergantian tahun, aku harus bernyanyi di hadapan banyak orang di New York. Aku mengisi sebuah acara di sana. Rasanya sangat aneh saat kau harus bekerja di malam tahun baru.
Malam ini aku mengenakan gaun selutut lengan panjang berwarna merah dan make up yang tak terlalu menor. Angin malam sangat dingin. Aku tak yakin apakah aku bisa bertahan malam ini. Ini pertama kalinya aku menghabiskan malam tahun baru di New York. Biasanya, aku menghabiskan malam tahun baruku di Los Angeles atau Nashville.
Akhirnya, tiba giliranku untuk menghibur masyarakat New York. Aku naik ke atas panggung bersama The Agency. Aku menyanyikan lima lagu berturut-turut, yaitu: Love Story, We Are Never Ever Getting Back Together, You Belong With Me, I Knew You Were Trouble dan 22.
"Thank you, New York! Happy new years!" ujarku setengah berteriak, setelah selesai menyanyikan lagu 22 dan segera turun dari panggung.
Aku berjalan menuju ke backstage dengan penuh pengawalan. Di perjalanan menuju ke ruang make up, aku mendapati seseorang tengah berdiri memunggungiku dan mengenakan sebuah beanies. Aku menarik senyuman tipis. Dari posturnya saja, aku sudah dapat mengenali orang tersebut.
Dia berbalik dan tersenyum lebar sebelum membuka lebar-lebar tangannya, membiarkanku masuk ke dalam pelukan hangatnya. Dia memelukku sangat erat dan membenamkan kepalanya di antara rambutku.
"Aku merindukanmu, Taylor." Ujarnya lembut.
"Aku lebih merindukanmu!" jawabku.
Dia melepaskan pelukannya. Aku menatapnya lekat. "Kau tidak memberitahuku sama sekali jika kau akan menghabiskan tahun barumu di sini," ujarku memprotes.
Harry terkekeh sebelum kembali menarikku agar dekat dengannya. "Aku orang yang penuh kejutan, Taylor. Kau harus tahu itu." Aku tersenyum.
"Jadi, di mana kita akan merayakan malam pergantian tahun?" tanyaku kepada Harry saat dia mengajakku, entah ke mana.
Harry melihat jam yang berada di pergelangan tangannya. "Kita tak punya waktu banyak. Sepuluh menit menuju pergantian tahun."
"Apa?" aku membulatkan mataku.
Belum sempat berkata apapun, Harry sudah menarikku untuk mengikutinya. Harry membawaku ke luar dari dalam gedung, menuju ke kerumunan orang yang tengah berkumpul, menantikan detik-detik pergantian tahun. Sepertinya, Harry hendak mengajakku untuk bergabung bersama mereka.
"Harry, kau serius?" tanyaku ragu-ragu.
Harry menganggukkan kepalanya mantap. Mata hijau indahnya hanya terarah padaku seorang. "Taylor, ini malam tahun baru. Semua orang berhak merayakannya. Termasuk kau dan aku. Jangan dengarkan perkataan orang yang tak suka akan keberadaan kita. Semuanya akan baik-baik saja, sungguh," Harry berusaha meyakinkanku. Aku menganggukkan kepala lemah.
Harry mulai menggenggam tanganku sangat erat dan membawaku menuju ke kerumunan orang tersebut. Beberapa penjaga, tanpa diperintah, melakukan tugas mereka dengan sangat baik. Mereka membiarkan aku dan Harry berjalan melewati kerumunan tanpa ada gangguan sama sekali hingga akhirnya, aku dan Harry berada di dekat jam besar yang akan menjadi bukti pergantian tahun. Jam itu menunjukkan pukul dua belas kurang dua menit lagi.
Sambil menunggu detik-detik menuju pergantian tahun, aku mengedarkan tatapanku ke sekeliling. Hampir semuanya menatapku dan Harry. Hampir semuanya juga meneriakkan namaku dan nama Harry. Beberapa diantaranya bahkan, mengabadikan semua moment ini lewat ponselnya. Well, sejauh ini, tidak ada orang-orang yang berlaku sangat buruk.
Detik-detik pergantian itu pun datang. Harry melingkarkan lengannya di pinggangku dan aku merangkul Harry. Kami berhitung mundur bersama-sama dengan semua yang ada di sini.
Sepuluh.
Sembilan.
Delapan.
Tujuh.
Enam.
Lima.
Empat.
Tiga.
Dua.
Satu.
Tepat di saat itu pula, Harry menarikku mendekat dan aku dapat merasakan sentuhan bibirnya di bibirku. Dia mengecupku sangat lembut, diiringi suara terompet, kembang api dan teriakan orang-orang di sekitar kami. Astaga, apa yang baru saja Harry lakukan? Dia menciumku di hadapan banyak orang?!
Kami berciuman selama beberapa detik sebelum akhirnya melepaskan diri dan saling tersenyum satu sama lain. Harry menarikku masuk ke dalam pelukannya. Aku balas memeluknya. Dia berkata, "I love you so much, Taylor. Happy new years."
"I love you, too, Harry. Happy new years."
****
Malam tahun baru berlangsung sangat ramai. Aku dan Harry berjalan bersamaan, di sekitar kota New York, tanpa memperdulikan tatapan-tatapan orang yang terus saja mengikuti kami, ke manapun kami melangkah. Aku menikmati keterbukaan ini. Aku dan Harry tak bersembunyi seperti sebelumnya lagi.
"Tonight is gonna be a good night for us," tiba-tiba saja Harry berkata seraya melirikku. Aku mengangkat sebelah alisku, bingung.
"Bagaimana bisa?" tanyaku bingung.
Harry tersenyum dan kemudian, membawaku menuju ke mobil yang sudah menanti kedatangan kami. Mobil itu berjalan menembus dinginnya kota New York hingga akhirnya, berhenti di sebuah hotel.
"Apa yang akan kita lakukan di sini, Harry?" tanyaku bingung saat Harry hendak ke luar dari mobil. Harry tak menjawab dan dia sudah ke luar dari mobil lalu, membukakan pintu mobil untukku. Dia mengulurkan tangannya di depanku dan aku meraih tangannya.
"Ini hotel tempatku dan teman-temanku menginap. Mereka ada di dalam, bersama kekasih-kekasih mereka untuk merayakan tahun baru juga. Keberatan jika kita bergabung?" tanya Harry. Aku menggelengkan kepala.
"Jadi, kita akan berpesta bersama teman-temanmu? Terdengar sangat menyenangkan! Ayo, ke sana!" aku mulai bersemangat. Harry terkekeh dan menarikku untuk lebih dekat dengannya sebelum berjalan menuju ke tempat diadakannya pesta.
Langkah kakiku dan Harry berhenti di sebuah ruangan yang berisikan beberapa muda-mudi yang wajahnya tak asing menurutku. Ada personil One Direction yang lain di sini. Ada Niall yang tengah bernyanyi dengan wajah memerah, ada Zayn dan gadisnya yang cantik, ada Louis dan gadisnya yang juga tak kalah cantik dan hey, Liam juga bersama gadisnya yang seksi. Melihat kekasih teman-teman Harry, aku menjadi berkaca pada diriku sendiri. Aku sangat jauh berbeda dengan mereka. Aku tak ada apa-apanya di bandingkan dengan mereka. Bagaimana mungkin Harry menyukaiku?
Harry terus menggenggam tanganku dan menjagaku agar tetap berada di sampingnya, sampai Ed datang menghampiri kami, menggenggam sebotol minuman yang seratus persen aku yakini sebagai minuman beralkohol.
"Harry! Taylor! Senang melihat kalian di sini, guys. Kalian belum terlambat, tenang saja. Kami masih punya banyak hidangan untuk kalian berdua. Semoga kalian menikmati," ujar Ed ramah seraya berlalu begitu saja.
"Dia mabuk?" tanyaku kepada Harry, untuk memastikan. Harry terkekeh. "Apa masih kurang jelas dari caranya berbicara?"
"Apa kita akan mabuk juga?" tanyaku ragu-ragu. Harry mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Aku tak mau minum minuman yang memabukkan, Harry." Rengekku. Harry menarik nafas dan merengkuh pundakku. Mata hijau tenangnya menatapku dalam. "Babe, ini pesta tahun baru. Tahun 2013. Kita hanya akan bersenang-senang dan bukankah ini salah satu caranya?"
"Kita bisa bersenang-senang dengan cara lain, Harry. Tidak harus mabuk." Aku menekankan.
"Kita akan bersenang-senang dengan cara lain, setelah pesta ini selesai, okay?"
Aku dan Harry akhirnya membuat kesepakatan. Baiklah, mungkin malam ini aku akan mencicipi sedikit minuman beralkohol. Tak ada pengaruhnya sama sekali, kan? Lagipula, ini malam tahun baru. Benar kata Harry, kita hanya akan bersenang-senang tanpa harus mencemaskan tentang hal-hal yang tak perlu dicemaskan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top