22 : Best Birthday Ever
Pesta berakhir saat satu per satu sahabatku di jemput oleh kekasih mereka satu per satu. Meninggalkan aku, Austin dan orangtuaku yang masih berpesta. Wajahku lengket, dipenuhi bekas cream kue yang dengan bodohnya, sahabat-sahabatku secara sengaja, melemparkan cream itu kepadaku.
Wajahku penuh bekas cream, begitupun tubuh dan pakaianku. Sekeliling ruangan juga tampak sangat berantakan. Aku menarik nafas dan menatap sekelilingku yang kacau sehingga aku mendapati wajah Mom yang menatapku datar.
"Lihat apa yang kau lakukan di ulang tahunmu? Kau membuat semuanya berantakan," ujar Mom. Aku terkekeh sebelum berhambur ke arahnya dan memeluknya.
"Terima kasih atas semuanya, Mom. Terima kasih sudah melahirkanku dan membesarkanku. Tanpamu, aku tak akan bisa merasa sebahagia ini. Aku mencintaimu," ujarku.
Mom balas memelukku dan menyandarkan kepalanya di pundakku. Aku bisa merasakan pundakku yang basah. Sepertinya Mom menangis. Terisak, dia berkata, "aku bangga padamu, Tay. Aku sangat bersyukur atas kehadiranmu di sini. Aku mencintaimu, sangat amat mencintaimu. Happy birthday, Sweetheart."
Setelah memeluk Mom, aku beralih memeluk Dad dan berkata, "aku mencintaimu, Dad. Selamanya."
Dad balas memelukku dan balas berkata, "aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu, Taylor."
Dari Dad, aku beralih menuju ke Austin. Aku hendak memeluk Austin tapi, dia menghindar dan menyeringai. "Kau tidak mau mendapat pelukan dariku?" tanyaku kesal.
Austin menganggukkan kepala polos. "Aku mau dipeluk oleh kakakku tapi, kau tidak bisa memelukku dengan banyak cream di pakaianmu! Lihat apa yang kau lakukan pada pakaian Mom dan Dad!"
Aku beralih melihat pakaian Mom dan Dad secara bergantian dan tertawa. Benar saja, cream yang ada di pakaianku juga menempel di sana. Mom dan Dad tertawa. Dad berkata, "tak apalah kotor untuk malam ini. Yang penting, semuanya bahagia jadi, apa salahnya mendapatkan pelukan dari Taylor, Austin?"
Aku terkekeh dan menyeringai kepada Austin, seringaian khas macan yang kelaparan. Austin menggelengkan kepalanya sebelum berlari menjauh. Aku mengejarnya seraya terus berteriak memanggilnya, "Austin!"
Aku mengejar Austin sampai akhirnya aku lelah karena aku tak berhasil mendapatkan pria itu. Austin berlari sangat cepat. Aku tak percaya dia bisa berlari secepat itu. Akhirnya, aku menyerah dan memutuskan untuk segera membersihkan diriku.
Tepat saat itu pula, sebuah nama terlintas dalam benakku.
Harry Styles.
Dia belum mengucapkan sesuatu di hari ulang tahunku.
Apa dia tidak tahu akan hari ulang tahunku? Apa dia terlalu sibuk sehingga tak mempunyai waktu untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukku?
Aku menghabiskan banyak waktu di bathroom sampai akhirnya, aku ke luar dengan handuk yang melilit tubuhku. Aku membulatkan mata saat mendapati sebuah kotak di atas ranjangku. Sebelumnya, tak ada kotak ini. Kotak apa ini? Siapa yang memasukkannya ke dalam kamarku?
Aku meraih kotak itu dan membukanya secara perlahan. Aku membulatkan mata saat melihat isi kotak tersebut. Sebuah gaun selutut dengan lengan panjang berwarna hitam yang sangat indah. Selain itu, ada sebuah kartu di sana. Aku meraih kartu tersebut dan ada tulisan tangan di sana.
I bet you'll look more beautiful in this. (You already beautiful, I know)
Apa maksudnya? Pengirim gaun ini memintaku memakai gaun ini sekarang? Memangnya kenapa aku harus mengenakan gaun ini? Apa dia ada di sini? Maksudku, si pengirim. Hey, pertanyaanku sebelumnya saja belum terjawab. Siapa yang memasukkan kotak berisi gaun ini ke kamarku?
Aku tak mengerti, kenapa tapi aku mengenakan gaun itu dengan cepat, sebelum berjalan ke luar, untuk bertanya kepada orangtuaku atau Austin. Baru membuka pintu, aku terkejut mendapati Tom di sana. Tom mengenakan setelan jas yang sangat rapih. Apa-apaan ini? Apa dia yang mengirimiku gaun itu dan mengajakku...apa? Mana mungkin!
"Tom, kau harus menjelaskan apa yang terjadi!" Aku menginterupsi dan pria berusia tiga puluhan itu tak mengucapkan apapun selain menggerakkan tangannya meraih sebuah kertas dari saku jasnya. Tom menarik nafas sebelum membaca isi kertas itu.
"Dear My Lady, Taylor Alison Swift. Would you like to have a romantic night with me? I'm waiting for you now. Lots of love, Harry Edward Styles. PS: Tom will carry you to me."
Aku tak bisa menyembunyikan senyuman yang mengembang di bibirku begitu saja. Aku berdecak pinggang dan berkata kepada Tom, "jadi, semua ini adalah ulah Harry?" Tom hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Aku akan bersiap selama beberapa menit!"
****
Tom menghentikan mobil di sebuah tempat yang tak asing menurutku. Tunggu, bukankah ini Madison Square Garden? Untuk apa Harry menungguku di tempat seperti ini?
"Kau yakin Harry ada di sini?" tanyaku kepada Tom dan Tom menganggukkan kepala.
Aku menarik nafas dan meraih tas kecilku sebelum ke luar dari dalam mobil. Aku menatap sekelilingku. Terlihat sangat sepi, ya kecuali sebuah night club yang berada di seberang sana. Night club memang ramai di malam hari, kan?
Aku berjalan memasuki Madison Square Garden dan bertemu seorang penjaga di sana. Penjaga tersebut tersenyum ramah sebelum membiarkanku masuk ke dalam gedung luas tersebut.
Sesampainya di dalam, yang dapat aku lihat hanya kegelapan.
"Harry?" aku mulai memanggil nama Harry tapi, tak ada respon sama sekali. Aku berjalan ragu-ragu, masuk ke dalam dan tak lama kemudian, aku dapat merasakan sebuah tangan yang meraih pinggangku.
Tak lama kemudian, aku mendapat sebuah sumber cahaya yang berasal dari lilin-lilin yang disusun sedemikian rupa membentuk huruf I, bentuk hati dan huruf TS yang merupakan inisial dari namaku, Taylor Swift. Sangat indah.
"Kau menyukainya?"
Aku mendengar suara yang sudah sangat aku rindukan, bersamaan dengan sesuatu yang bersandar di pundakku. Aku menoleh dan mendapati Harry memelukku dari belakang, menyandarkan dagunya di pundakku.
"Ini sangat indah, Harry. Bagaimana kau bisa melakukan semua ini?"
"Aku bisa melakukan apapun untuk gadis yang sangat aku cintai dan aku rindukan ini," Harry mengecup singkat pundakku.
"Kau sangat cantik, Taylor," dia menambahkan saat melihat penampilanku. Aku terkekeh sebelum bergerak untuk merubah posisiku menjadi berhadapan dengannya. Tangan Harry masih melingkar di pinggangku. Aku melingkarkan tanganku di lehernya.
"Aku pikir, kau melupakanku. Kau tidak menghubungiku beberapa hari belakangan." Aku mengerucutkan bibir. Harry terkekeh. Dia sangat tampan. Dia mengenakan tuksedo dan terlihat sangat menawan.
"Aku menghabiskan hari-hariku untuk membuat kejutan ini. Aku tak pernah melupakan hal sekecil apapun tentangmu, Love." Harry mengecup pipiku lembut dan rasanya, pipiku akan memerah.
Setelah itu, Harry mengajakku untuk duduk di sebuah meja makan yang telah disediakan di sisi kanan lilin yang membentuk tulisan I love TS itu. Harry menarikkan kursi untukku sebelum duduk di hadapanku dan meraih lembut tanganku. Tak ada apapun di atas meja selain segelas minuman dengan warna merah yang menyala.
Aku dan Harry saling menatap sangat lama. Tanpa melakukan apapun. Hanya saling menatap dan aku benar-benar hanyut dalam tatapan indahnya. Tatapan antara aku dan Harry buyar saat aku mendengar ponsel Harry bergetar dan di saat bersamaan, Harry mempererat genggaman tangannya.
Dia kembali menatapku seraya tersenyum dan berkata, "maybe it's too late but, happy birthday, My Gorgeous Lady." Harry menarik tanganku dan mengecup punggung tanganku lembut dengan tatapan yang masih mengarah kepadaku.
"Sebenarnya aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untukmu tapi, aku ingat satu hal: aku bukan yang pertama dan tidak akan menjadi yang pertama untukmu jadi, satu-satunya hal yang tersisa untukku adalah: menjadi yang terakhir. Aku harap, aku akan menjadi yang terakhir untukmu, Taylor karena kaulah yang terakhir untukku," ujarnya manis. Aku ingin menangis terharu. Kenapa dia sangat manis dan romantis?
Jadi, dia tidak mengucapkan selamat ulang tahun untukku sejak tadi hanya untuk menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan, yaitu: tepat saat tengah malam, di saat hendak terjadi pergantian hari dan tanggal? Sangat romantis dan tak pernah kuduga.
"Harry, kau sangat romantis. Aku tak pernah menyangka kau melakukan semua ini untukku."
"Ini belum seberapa, Mrs. Styles." Hei, dia memanggilku apa?
Harry melepaskan genggaman tangannya dan menjentikkan jari. Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa sebuah piring besar dengan banyak cupcake di atasnya. Pelayan itu meletakkan cupcake di atas meja sebelum pergi menjauh.
"Twenty three cupcakes for a girl who is twenty three right now." Ujar Harry mengedipkan satu matanya kepadaku.
"Harry, I love cupcake!" ujarku bersemangat. Cupcake yang sangat indah dan terlihat menggiurkan.
"Aku yang membuat cupcake-cupcake ini." Harry menjelaskan dan membuatku membulatkan mata.
"Kau bercanda? Kau membuat cupcake ini?" aku bertanya tak percaya. Harry menganggukkan kepala antusias.
"Sebenarnya, tidak benar-benar sendiri. Gemma dan Mom membantuku. Kami membuat cupcake ini seharian, hanya untukmu."
"Kalian tidak seharusnya melakukan itu. Hanya menghabiskan waktu denganmu, tanpa melakukan apapun saja sudah membuatku senang," kataku.
Harry tersenyum dan kembali meraih tanganku. Dia mengelus lembut punggung tanganku seraya berkata, "tapi, kau gadisku dan aku akan selalu membuat gadisku merasa sangat spesial."
"Itu yang aku rasakan sekarang ini," ujarku.
Harry bangkit berdiri dengan tangan yang masih menggenggam tanganku. Aku ikut bangkit berdiri. Dia beralih memeluk pinggangku dan aku melingkarkan tanganku di lehernya.
"I love you, Babe. Forever." Bisik Harry.
"I love you more, Babe. Forever."
Kemudian, dia mendekatkan wajahnya ke wajahku sebelum akhirnya, tanpa basa-basi, menempelkan bibirnya ke bibirku, melumatnya perlahan.
Ini ulang tahun terbaik yang pernah aku dapatkan!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top