21 : Surprise
Waktu berlalu sangat cepat dan tak terasa, hari ini adalah hari di mana usiaku bertambah satu menjadi dua puluh tiga! Aku tertidur cukup puas semalam walaupun, aku sangat mengharapkan adanya pesta kejutan untukku. Sayangnya, tidak ada sama sekali.
Aku pergi ke luar kamar dan kamar Austin terlihat masih tertutup. Austin pasti masih berada di dalam sana, tertidur pulas. Tak mengingat jika hari ini adalah hari ulang tahun kakak tercintanya.
Aku berjalan menuju ke dapur dan mendapati Mom yang tengah memasak bersama seorang pelayan. Mom mendapati kehadiranku dan tanpa menoleh sedikitpun, dia bertanya, "pagi, Sweetheart. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"
Aku menarik nafas lemas dan menjawab, "lumayan," seraya menarik kursi di meja makan dan duduk di sana. Aku melipat tanganku di atas meja dan mulai mengeluarkan ponselku. Aku tersenyum mendapati banyak pesan masuk di sana. Dari beberapa temanku.
Aku tersenyum tipis dan membalas pesan-pesan mereka sampai akhirnya, Mom masuk dan membawakan sebuah makanan untukku. Tak lama kemudian, Dad muncul masih mengenakan piyama. Dad menguap beberapa kali dan duduk berhadapan denganku.
"Udaranya sangat dingin. Sepertinya aku tidak akan pergi ke kantor dan memilih untuk menghabiskan waktu untuk tidur. Bagaimana menurutmu, Tay?" tanya Dad seraya meraih sebuah roti dan selainya. Aku tersenyum tipis. "Terdengar sangat menyenangkan, Dad." Komentarku.
Orangtuaku sendiri tidak mengingat jika hari ini putri sulung mereka berulang tahun. Kenapa semua ini terlihat sangat menyedihkan?
Aku bangkit dari kursi dan memutuskan untuk kembali menuju ke kamarku. Baru hendak melangkah, Dad sudah memanggil namaku. Aku pikir, dia akan mengucapkan selamat ulang tahun untukku, tapi kenyataan berkata lain.
"Kau mau ke mana, Tay? Kau tidak ikut sarapan bersamaku?" tanyanya. Aku tersenyum tipis dan menggelengkan kepalaku. "Tidak , Dad. Aku tidak lapar. Aku akan masuk ke kamar dan menghangatkan diri." Aku berbalik dan segera berjalan menuju ke kamarku.
Sesampainya di kamar, hal yang aku lakukan adalah berbaring dan berbicara pada Meredith yang juga berbaring di sampingku. Aku mencurahkan segalanya pada Meredith. Apakah ini akan menjadi ulang tahun terburukku? Ya, sepertinya.
"Orangtuaku tak mengingat jika hari ini aku berulang tahun, Mer." Ujarku. Meredith tak merespon apapun. Tentu saja, sejak kapan dia bisa merespon ucapanku?
"Sahabat-sahabatku juga tidak ada yang datang atau mengirimiku pesan selamat ulang tahun. Sangat menyedihkan, bukan?" aku tersenyum sedih sebelum menengadah ke atas, berusaha membuat diriku sendiri tak menangis. Hey, ini ulang tahunku! Aku tidak boleh bersedih di hari yang seharusnya menyenangkan ini.
"Dan Harry. Dia tidak menghubungiku sejak tiga hari belakangan. Apa menurutmu, ini pertanda jika aku dan Harry tidak akan berlangsung cukup lama? Apa dia tengah bersama gadis lain di sana? Apa dia sudah melupakanku?" aku memejamkan mata, membayangkan jika Harry tengah bersama gadis lain. Bercumbu mesra tanpa sedikitpun terbayangkan tentangku.
"Aku benci hari ini!" Aku meraih bantal dan melemparkannya asal. Membuat Meredith bangkit dari posisinya dan mengeong ke arahku. Meredih bergerak mendekatiku dan dia menyandarkan tubuhnya di sampingku. Sesekali bergerak, minta di manja.
"Seharusnya aku yang di manjakan, Meredith. Bukan kau!" ujarku kasar yang kemudian mendorong Meredith hingga menjauh. Meredith mengeong lemah sebelum akhirnya berjalan turun dari ranjang. Aku menatap Meredith yang segera masuk ke dalam kolong ranjangku.
Aku baru saja mengusir satu-satunya teman yang aku punya saat ini.
Aku meraih laptopku dan memutuskan untuk membuka beberapa akun sosial mediaku. Aku membuka twitter dan mencoba membesarkan hati melihat orang-orang yang mengirimkan mention untukku. Sebelum melihat mention, di bagian trends, aku bisa menemukan namaku di sana. Ada juga hashtag yang berbunyi: #HappyBirthdayTaylorSwift.
Aku tersenyum tipis. Ternyata, masih ada yang peduli padaku dan mengingat hari ulang tahunku. Walaupun, yang mengingatnya adalah orang-orang di dunia maya, yang belum tentu aku kenal, tapi aku bersyukur akan keberadaan mereka. Jika saja mereka tak ada, mungkin hari ini akan menjadi hari paling buruk yang pernah aku jalani.
Aku mulai membuka mention dan membaca banyak mention yang mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Hampir semuanya menulis seperti itu, beserta ucapan-ucapan manis untukku. Sampai akhirnya, aku mendapati sebuah ucapan ulang tahun yang membuat moodku berkurang. Bukan hanya sebuah, tapi sangat banyak!
Ucapan itu adalah dari penggemar One Direction yang sepertinya tidak menyukai kedekatakanku dengan Harry. Mereka mengirimiku mention ucapan selamat ulang tahun beserta gambar editan yang sangat buruk di sana. Mereka sepertinya sangat membenciku. Beberapa ucapan juga disertai dengan kata-kata kasar yang tak enak dibaca. Mereka memintaku untuk mati? Astaga.
Aku memutuskan untuk menutup akun twitterku dan tak membuka akun sosial media lainnya. Aku masih membayangkan ucapan-ucapan buruk itu. Mereka mengatakan aku dan Harry sangat tidak cocok, mereka mengatakan aku dan Harry hanyalah pencitraan, mereka mengatakan jika aku hanyalah boneka sex Harry, mereka mengatakan aku hanya menggunakan Harry untuk inspirasiku menulis lagu patah hati selanjutnya, mereka mengatakan aku adalah seorang pelacur dan pedofil karena mau berhubungan dengan Harry yang memang lebih muda dariku.
Apa hubungan aku dan Harry seburuk itu?
Sekarang, pikiranku dipenuhi dengan penuh kebimbangan sampai akhirnya, ponselku bergetar. Aku meraih ponselku ragu-ragu dan membulatkan mata saat membaca nama yang tertera di sana.
Joe Jonas.
Aku menarik nafas dan membuka pesan dari Joe itu. Ini adalah kali pertama dia mengirimiku pesan lagi sejak kami putus. Aku membaca pesan dari Joe dan tersenyum. Bahasa pesannya masih sama seperti dulu, masih manis dan penuh kata-kata romantis.
Isi pesannya: Dearest Taylor, happy birthday! Can't believe you are 23 now! Party? Haha, I know you won't. By the way, all that I hope for you is to be better than yesterday. You are the sweetest woman I've ever known. I was the worst one for you, sorry. I just want you to know that I will always be there for you even though you don't want me to. Once again, happy birthday, Swiftie.
Aku memejamkan mata dan akhirnya, membalas Joe dengan sangat singkat. Aku hanya membalas pesan panjangnya dengan ucapan terima kasih. Setidaknya, aku merespon ucapannya, kan? Well, aku memang sudah melupakan kejadian di mana Joe berselingkuh tapi, tetap saja, aku tak bisa menerima keberadaan Joe lagi. Seperti judul lagu baruku, We Are Never Ever Getting Back Together.
Lagipula, aku juga sudah memiliki Harry walaupun, aku tak yakin apakah Harry masih mau bersamaku. Jika dia masih mau bersamaku, dia pasti tidak akan melupakan hari ini sebagai hari paling bersejarah sepanjang hidupku!
Bahkan, Selena tidak mengingatnya. Karlie pun tidak. Abigail juga. Lily juga. Jaime juga. Hailee juga. Hayley juga. Dan yang lainnya juga.
Kenapa ulang tahunku saat ini sangat menyedihkan? Apa aku akan melewatkannya seorang diri, dalam suasana yang penuh keheneningan dan kesepian?
Apakah tiba bagiku menjadi Taylor Lonely Swift lagi?
****
Menghabiskan waktu di kamar, merenung tentang betapa malangnya aku di hari ulang tahunku membuatku jenuh. Aku memutuskan untuk ke luar kamar karena sekarang sudah waktunya makan malam. Aku tak percaya, aku memakan waktu yang lama untuk merenung di dalam kamar. Ulang tahun yang sangat buruk.
Aku membuka pintu kamarku dan mendapati sebuah kotak di sana. Aku meraih kotak itu dan menatap sekelilingku. Tak ada siapapun dan rumahku terlihat sangat sepi. Aku membuka kotak tersebut dan mendapati fotoku saat masih bayi. Sangat lucu dan menggemaskan. Aku tersenyum sebelum mendapati foto-fotoku yang lain berada di lantai.
Aku membulatan mata sebelum berjalan meraih satu per satu foto itu dan memasukkannya ke dalam kotak. Apa-apaan ini? Sangat banyak foto, bahkan di tangga dan hampir semua foto itu adalah foto yang diambil secara tak sengaja, dalam bentuk polaroid.
Foto-foto itu seperti menuntunku ke sebuah tempat hingga akhirnya, foto terakhir yang aku temukan adalah tiga foto. Fotoku bersama orangtua dan adikku, fotoku bersama sahabat-sahabatku dan juga fotoku bersama bandku, The Agency?
Aku membungkuk dan meraih foto yang ada di depan ruang tengah yang tampak sangat gelap dan sepi itu. Tepat saat aku kembali menegakkan tubuhku setelah mendapatkan foto itu, aku terkejut mendengar teriakan dan bunyi terompet yang ditiup.
"HAPPY BIRTHDAY, TAYLOR!"
Mulutku saat ini membentuk huruf O sempurna dan aku tak percaya dengan apa yang ada di hadapanku saat ini. Orang tuaku dan sahabat-sahabatku berada di sini! Mereka berdiri di sana, di belakang sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah kue cukup lebar dengan wajah tersenyumku yang berada di permukaannya. Ada lilin berbentuk angka dua puluh tiga di sana. Astaga.
Aku menghampiri mereka dengan raut sangat terkejut. Aku menatap mereka satu per satu sebelum bertanya, "apa-apaan ini? Kalian membuatku kesepian sepanjang hari dan sekarang kalian memberiku kejutan bodoh seperti ini?!" Mereka tertawa sebelum berhambur memelukku erat. Orangtuaku tidak memelukku. Mereka berdiri di sudut ruangan, tertawa seraya saling berangkulan mesra.
"Maafkan aku, Taylor. Aku sebenarnya ingin menjadi yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun untukmu tapi, Karlie membuat semua rencana ini." ujar Selena seraya menunjuk ke arah Karlie yang hanya terkekeh.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan saat ini?" tanyaku kepada yang lain.
Sontak, semuanya menjawab, "Party!" dan musik pun mulai berputar walaupun, aku tak tahu darimana musik itu berasal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top