16 : I Love You

Harry terus-menerus mengajakku bicara selama kami berada di dalam kamar rawatnya. Aku duduk di sebuah sofa panjang yang ada di sana dan Harry duduk di tepi ranjangnya. Saat Harry berbicara, yang aku lakukan hanya diam dan mendengarkan. Aku sedang tidak mau berdebat dengannya. Aku tahu, jika aku mulai berbicara dengannya, pembicaraan kami hanya akan berujung pada pertengkaran.

"Taylor!"

Aku tersentak saat Harry memanggil namaku. Aku menoleh kepadanya. "Hm?"

"Kenapa kau diam saja? Kau masih marah padaku?" tanya Harry yang mulai bangkit berdiri dan mendekatiku. Tiba-tiba saja, dia berlutut di hadapanku-sambil meringis kesakitan-dan menatapku lekat. Aku bisa menatap iris hijau indahnya. Dia sangat indah, sungguh.

"Aku terus memikirkanmu hari ini. Kau membuatku tak bisa berkonsentrasi dengan apa yang aku kerjakan," ujar Harry, masih menatapku lekat. 

Aku memicingkan mataku menatapnya, "jadi, kau mau mengatakan jika aku adalah penyebab kau mengalami kecelakaan seperti ini?"

Harry terkekeh dan mengedikkan bahunya. "Aku tak berkata seperti itu, tapi ya, secara tidak langsung, memang kaulah penyebab semua ini. Jadi, aku harus meminta pertanggungjawaban kepadamu."

"Aku tidak melakukan apapun jadi, aku tidak bertanggung jawab atas apapun." Aku bersikeras seraya melipat tangan di depan dada. 

Harry tersenyum miring dan mengangkat sebelah alisnya. "Aku anggap perkataanmu itu sebagai sebuah persetujuan jika kau akan bertanggung jawab." Aku melayangkan tatapan protes kepada Harry.

"Kau tak bisa mela―," belum sempat aku melanjutkan ucapanku itu, aku hanya dapat diam saat Harry mendaratkan bibirnya tepat di depan bibirku. Tak lama kemudian, dia melepaskan ciumannya dan kembali berlutut. Dia meraih tanganku lembut dan menggenggamnya erat. Mata hijaunya tak teralihkan sedikitpun dariku.

"Aku mencintaimu, Taylor. Benar-benar mencintaimu. Persetan dengan apa yang media katakan tentangku, yang harus kau dengar adalah hatimu, Tay. Bukan perkataan media itu. Aku dapat melihat dengan jelas, jika kau mempunyai perasaan yang sama denganku," Harry berujar serius. Aku menggigit bibir bawahku dan dia tersenyum tipis.

"Taylor Alison Swift, I want you for worse or for better. I would wait for ever and ever. Broke your heart, I'll put it back together. I want you forever. Please, be with me?"

Aku diam dalam keraguan yang mendalam. Harry masih menatap mataku lekat, menunggu aku menjawab pertanyaannya. Aku masih meragukan pria ini, sungguh, tapi di lain sisi, aku tidak bisa menjauh darinya. Ini sebuah pengakuan: aku, Taylor Swift, telah benar-benar jatuh cinta pada seorang pria menyebalkan bernama Harry Styles ini.

"Taylor, jika kau tidak mau menjawab sekarang, aku akan memberikanmu waktu berpikir. Aku tahu mungkin kau masih meragukanku, tapi," Harry belum sempat melanjutkan ucapannya dan aku menganggukkan kepala begitu saja. Harry tersenyum lebar dan menatapku, sambil mengerling.

"Kenapa kau menganggukkan kepala?" tanya Harry berpura-pura. Aku memutar bola mataku. "Come on, Styles. Aku sedang tidak mau bercanda denganmu. Aku serius."

"Aku juga serius saat bertanya, kenapa kau menganggukkan kepala? Apa artinya?" Harry bertanya kembali, memicingkan matanya.

Aku menarik nafas. "I  want to be with you, Styles. For worse and for better." Aku lancar mengucapkan kalimat itu dan Harry tersenyum. Dia terlihat sangat senang sebelum akhirnya, bangkit berdiri dan memelukku erat. Aku memejamkan mata, merasakan pelukan hangatnya sebelum balas memeluknya. Aku suka berada dalam pelukan hangatnya.

"I love you, Swift." Bisiknya, tepat di telingaku. Aku tersenyum sebelum balas berbisik di telinganya, "I love you, too, Styles."

****

Obrolan antara aku dan Harry terhenti saat Gemma dan Ashton muncul dari balik pintu sambil membawa kotak Scrabble dan juga makanan ringan dalam satu kantung plastik besar. Gemma meletakkan bawaanya di atas meja sebelum menjatuhkan bokongnya di sofa, di antara aku dan Harry.

Ashton memutar bola matanya, "kau berada di tempat yang salah, Gems."

Gemma tersentak sebelum beralih melihat aku dan Harry secara bergantian. Gemma akhirnya bangkit berdiri seraya tersenyum menampilan gigi-gigi putih bersihnya. "Sorry," ujarnya. 

Aku hanya terkekeh kecil sementara Harry malah bangkit berdiri dan berjalan menuju ke ranjangnya, seraya terus melakukan komplain, "kau merusak suasana, Gems." Harry berbaring di atas ranjang setelah menempatkan kembali infusnya.

"Aku sudah meminta maaf, Adikku," Gemma berujar sarkastik sebelum beralih kembali duduk di sampingku.

"Jadi, bagaimana dengan Scrabble?" tanya Ashton seraya menyandarkan punggung di dinding dekat pintu.

"Ide bagus, Ashton! Ayo, main, Tay! Aku tahu, kau pasti bisa bermain Scrabble. Harry sudah menceritakannya padaku!" Gemma mendesakku. Aku melirik ke arah Harry dan Harry tersenyum mengangkat alisnya berkali-kali. Harry menceritakan tentangku ke Gemma? Apa dia serius?

"Kita akan bermain bertiga. Kau, aku dan Ashton," Gemma berujar, mulai menjelaskan.

"Bertiga? Astaga, Gemma Styles. Kau anggap aku apa?" Harry melayangkan protes.

"Kau sedang sakit, Adikku tersayang jadi, lebih baik kau beristirahat. Tenang saja, kami akan tetap berada di sini sampai kau bangun." Gemma meraih Scrabble dan mulai membentangkan kotak Scrabble di lantai yang sudah terpasang karpet berwarna merah.

"Aku juga mau bermain," Harry memohon kepada Gemma. 

Gemma menggelengkan kepala tegas. "Tidak, Adik kecil. Kau harus tidur dan beristirahat sampai sembuh. Kau tidak mau merepotkan kami lagi, kan?" tanya Gemma. Aku terkekeh melihat ekspresi wajah Harry yang terlihat sangat kesal, tapi dia tidak bisa melawan perintah Gemma.

Gemma mulai duduk di karpet dan aku melakukan hal yang sama, begitupun Ashton.

****

Permainan berlangsung cukup sengit sebelum akhirnya, Gemma dan Ashton terkalahkan oleh rasa kantuk. Keduanya tertidur dengan posisi saling menyandarkan punggung saat kami baru akan memulai permainan kali ke lima. Mereka berdua terlihat sangat manis dan serasi.

Aku merapikan permainan Scrabble itu sebelum akhirnya, tersentak saat mendengar sebuah suara yang memanggil namaku, "Taylor."

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat Harry yang masih terjaga, tengah menatapku dengan posisi miring ke arahku. Dia melirik ke arah Gemma dan Ashton sebelum bangkit untuk duduk. "Sudah kuduga, mereka pasti akan tertidur. Mereka mana tahan untuk terjaga sepanjang malam, sih?"

"Ssttt. Jangan berisik, Harry. Kau akan membangunkan mereka. Mereka pasti sangat kelelahan." Aku berbisik dan tanpa dapat aku kontrol, aku menguap. Harry mengerucutkan bibirnya sebelum menatapku kembali seraya menepuk samping ranjangnya yang memang terlihat cukup lebar jika hanya untuk satu orang. 

"Come here, Babe. Aku tahu, kau pasti mengantuk."

"Aku bisa tidur di sofa," ujarku seraya meletakkan Scrabble di atas meja, di samping sisa makanan yang dari tadi aku, Gemma dan Ashton makan. Aku memejamkan mataku sekilas sebelum berusaha mati-matian untuk terjaga. Sial. Kenapa aku sangat mengantuk sekarang?

"Taylor, ke marilah," Harry kembali menginterupsiku. Aku menoleh kepadanya dan sudah sangat mengantuk. Akhirnya, aku menyerah dan berjalan ke arahnya.

"Tidurlah di sini. Di sampingku." Ujar Harry. Aku menatapnya ragu. 

Harry terkekeh. "Kita tak akan melakukan apapun, Taylor. Ini rumah sakit dan ada Gemma dan Ashton di sini," Harry mengedipkan sebelah matanya. Aku menepuk lengannya yang tidak ada luka. Harry terkekeh geli.

"Jauhkan pikiran burukmu, Styles." ujarku.

"Seharusnya, aku yang berkata seperti itu padamu, Swizzle. Come on." Harry menggeser posisinya. Aku menarik nafas sebelum menurutinya. Aku berada di samping Harry. Dia menggeser posisi bantalnya, sehingga aku dapat merasakan bantal tersebut.

"Berbaring, Swift. Kau mau tidur dalam posisi duduk seperti itu?" cerocos Harry. Aku memutar bola mataku sebelum menurutinya. 

Aku berbaring dan saat itu, Harry menarik selimut dan menyelimuti tubuhku dan tubuhnya dengan selimut itu. Dia ikut membaringkan tubuhnya. Dia sempat menoleh kepadaku sambil berkata, "it's one of the best night I've ever had." Aku hanya dapat menimpali ucapannya dengan senyuman.

"Have a nice dream, Swizzle. Good night," Harry mendekat dan mengecup singkat dahiku. Aku balas berkata, "have a nice dream, Harry. Good night."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top