15 : Accident
Aku sampai di rumah sakit tempat Harry berada. Baru sampai di sana, tepatnya di depan ruangan tempat Harry berada, aku sudah mendengar suara teriakan yang pasti adalah suara Harry. Robin mengatakan jika Harry tak apa-apa, hanya perlu jahitan di tangan kirinya.
Aku diam di depan ruangan, menyandarkan punggungku di dinding dan melihat ada seorang gadis cantik yang cukup mirip dengan Harry, tengah memeluk Ibunya seraya terus menangis. Aku dapat menyimpulkan jika gadis itu adalah kakak Harry yang pernah dia ceritakan padaku. Namanya Gemma.
Melihat Gemma yang menangis, aku tak mengerti kenapa, tapi air mata juga mengalir dari pelupuk mataku. Sial. Kenapa aku menangis? Aku tidak boleh menangis! Dalam rangka apa aku harus menangis? Aku bukan siapa-siapa Harry! Aku tidak seharusnya menangis! Tapi, apa Harry mengalami kecelakaan karena bertengkar denganku tadi pagi? Hei, bukankah dia juga menginap semalaman di depan rumahku? Tuhan, apakah aku sejahat itu?
Aku menundukkan kepala, berusaha menutupi kecemasanku. Tapi, tetap saja. Air mata masih mengalir dari pelupuk mataku. Harry terus berteriak di dalam sana dan itu membuatku cemas. Apakah dia akan baik-baik saja?
Tak lama kemudian, pintu ruangan tempat Harry tengah diobati terbuka. Seorang pria berjas putih ke luar dan langsung disambut oleh keluarga Harry, keluargaku dan seorang lainnya yang aku tak ketahui siapa. Mereka segera bertanya kepada dokter tersebut mengenai keadaan Harry dan dokter itu berkata jika Harry harus beristirahat selama sehari. Selain karena kecelakaan itu, dokter bilang, Harry mengalami dehidrasi.
Aku menghela nafas saat satu per satu keluarga Harry, Mom, dan Dad memasuki ruangan untuk melihat keadaan Harry. Aku menarik nafas dan berpikir keras untuk masuk ke dalam. Aku membentak Harry tadi pagi. Aku membuatnya bersedih. Aku membuatnya kecewa. Pantaskah aku berada di sini?
Aku memutuskan untuk menunggu di kursi tunggu yang berada di depan ruangan. Tak lama kemudian, orangtuaku ke luar dan memicingkan mata menatapku.
"Kau tidak masuk, Tay? Harry menanyakanmu." Ujar Mom. Aku tersenyum ragu. "Ehm, aku akan menunggu di luar, Mom."
"Menunggu di luar? Tapi, dia mencarimu dan sepertinya, kami akan pulang untuk beristirahat. Kami akan datang lagi besok." Kata Dad seraya merangkul Mom.
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab mantap, "beristirahatlah. Aku akan menghubungi Tom untuk menjemputku. Kalian bisa pulang sekarang."
"Kau serius?" tanya Mom tak yakin.
Aku menganggukkan kepala, berusaha meyakinkannya. "Tenang saja, Mom. Aku akan pulang sebentar lagi, setelah aku menemui Harry. Aku akan pulang bersama Tom."
"Baiklah. Hati-hati, Sayang. Kami mencintaimu," Mom mengecup pipiku singkat sebelum pergi bersama Dad, menjauhi aku yang sejujurnya masih ragu, harus masuk ke dalam ruangan tempat Harry berada atau tidak. Masih ada keluarga Harry di sana. Masih ada Gemma, Robin, Ibu Harry dan juga seorang lainnya yang tidak kukenali.
Tak lama kemudian, Robin dan Ibu Harry yang aku ketahui bernama Anne ke luar dari ruangan bersama dengan Gemma dan orang lain itu. Sepertinya orang lain itu adalah kekasih Gemma. Mereka terlihat sangat dekat.
"Hei, Taylor. Kau belum pulang?" tanya Anne sangat ramah, padahal aku belum pernah bertemu dengannya.
"Aku akan pulang nanti, menunggu jemputan." Jawabku seraya tersenyum.
"Kau tidak mau menemui Harry? Sedari tadi dia menanyakanmu. Entah kenapa, padahal ada kami yang adalah keluarganya," Gemma berujar santai dan mendapat pelototan dari Anne. Aku tersenyum tipis.
"Aku dan Robin harus pulang, Tay. Gemma dan Ashton akan tetap di sini." ujar Anne dan aku menganggukkan kepala. Jadi, nama pria yang sedari tadi tidak kukenali itu adalah Ashton.
"Baiklah. Kami pergi," Anne sempat mengecup pipi kanan dan kiriku sebelum melakukan hal yang sama pada Gemma.
Setelah orangtuanya pergi, Gemma menghampiriku dan mengulurkan tangannya di hadapanku. Dia tersenyum. "Kita belum saling berkenalan, kan? Well, aku Gemma. Kakak Harry." Dia memperkenalkan diri. Aku menjabat tangannya dan berkata, "aku Taylor Swift."
"Jika kau mau menemui Harry, aku dan Ashton akan memberikanmu waktu untuk bicara dengannya. Sangat menyenangkan jika kau juga mau menginap di sini. Rencananya, aku dan Ashton akan membeli makanan di luar dan juga Scrabble untuk kita mainkan Scrabble sambil menjaga Harry di dalam nanti," ujarnya.
"Scrabble?" Mataku sedikit membulat.
Gemma menganggukkan kepala antusias. "Ya, bukankah itu akan menyenangkan?" tanyanya.
Aku menganggukkan kepala setuju. "Terdengar sangat menyenangkan."
"Okay. Kami segera kembali, Taylor!" Gemma melingkarkan tangannya di lengan Ashton dan mengajak pria itu pergi menjauhi ruangan. Meninggalkan aku di depan ruangan yang bingung harus bagaimana. Kenapa aku harus menganggukkan kepala setuju saat Gemma mengajakku bermain Scrabble sambil menjaga Harry nanti? Aku saja, masih kurang yakin apakah harus menemui Harry atau tidak.
Aku menarik nafas dan duduk kembali di kursiku. Aku menundukkan kepala dan meraih ponselku, berusaha menghubungi Tom dan memberitahu pria itu jika dia harus ada di sini, sampai aku mau pulang ke rumah walaupun, aku tak tahu apakah aku harus kembali ke rumah atau tidak. Sungguh, aku bingung harus bagaimana. Di lain sisi, aku ingin memeriksa apakah keadaan pria itu baik-baik saja, tapi akulah penyebab semua ini terjadi atau aku pulang ke rumah dengan perasaan yang tak tenang.
Selang beberapa menit kemudian, aku bisa mendengar suara decitan pintu. Aku menoleh ke belakangku dan menahan nafas saat melihat Harry berdiri di sana, sambil membawa botol infus. Harry menatapku tajam sebelum menghampiriku. Aku bangkit berdiri dan mulai cemas, bingung harus bagaimana. Seharusnya dia beristirahat di dalam.
"Apa yang kau lakukan, Styles? Kau harus istirahat di dalam sana!" perintahku saat Harry telah duduk di sampingku.
"Kau tidak mau menemuiku jadi, biarkan aku yang menemuimu." Harry berujar, senyuman tak pernah luntur dari wajahnya yang kali ini terlihat...pucat.
"Kau harus masuk ke dalam, Harry. Kau sedang tidak dalam kondisi sehat," aku berujar, memperingatinya.
Dia menggelengkan kepala. "Di dalam maupun di luar, sama saja. Aku baik-baik saja, sungguh. Hanya jahitan kecil dan aku tak mengerti kenapa aku harus diinfus seperti ini." Harry menunjukkan tangannya yang disuntik dan diberi selang infus.
Aku tersenyum sangat tipis. Kenapa dia sangat bodoh? Dia mendapat lima belas jahitan di tangan kirinya dan dia masih dapat mengatakan jika itu hanya jahitan kecil? Dia dehidrasi dan dia masih bertanya kenapa dia harus diinfus?
"Jadi, apa kau datang ke sini karena kau mencemaskanku?"
Lamunanku buyar saat mendengar Harry bertanya seperti itu. Aku menoleh kepada pria yang mempunyai lesung di pipinya itu dan dia balas menatapku penuh harap. Aku menarik nafas dan memasang wajah jutekku. "Aku ke sini karena orangtuaku memaksa," jawabku beralasan. Padahal? Orangtuaku sama sekali tak pernah memaksaku untuk datang ke sini.
"Lalu, kenapa kau masih di sini sementara orangtuamu sudah pergi?" tanyanya lagi.
"Aku menunggu Tom," jawabku tegas.
Harry menarik nafas dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi besi yang sedang kami duduki. "Baiklah." Hanya itu yang ke luar dari mulutnya. Dia menundukkan kepala dan aku mulai dilanda rasa bersalah. Sampai kapan aku terus memperlakukannya seburuk ini? Dia tidak sedang dalam keadaan baik. Bukankah seharusnya aku membuatnya senang?
"Sebenarnya, Gemma mengajakku bermain Scrabble bersama Ashton sambil menjagamu di kamar," aku mulai berujar dan Harry mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar. "Benarkah? Kau sudah bertemu Gemma? Kalian akan bersama-sama menjagaku?" tanyanya seperti anak kecil. Aku mengedikkan bahu.
"Aku tak tahu haruskah aku menunggu seseorang yang tidak ada di kamarnya," sindirku.
Harry segera bangkit dari tempat duduk dan berdiri menatapku. "Aku akan kembali ke kamarku bersamamu," dia mengulurkan tangannya di hadapanku. Aku tersenyum tipis sebelum meraih tangannya. Dia menuntunku memasuki kamar tempatnya akan menginap untuk malam ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top