05 : Fake Date
Jika bukan karena perintah orangtuaku dan bukan karena keramahan Robin, mana mau aku pergi ke luar bersama pemuda curly yang luar biasa menjengkelkan ini? Aku dan Harry tidak pergi jauh dari rumahku. Kami hanya berjalan menuju ke Starbucks untuk mengobrol walaupun, aku tak berniat untuk mengobrol dengannya sama sekali. Untungnya, tak ada paparazzi yang berhasil melihat kami. Aku dan Harry sedikit mengubah penampilan kami, mengelabui para paparazzi itu.
Aku mengenakan jaket berwarna hitam dan celana jeans hitam tak lupa dengan hoodie yang menutupi sebagian besar kepalaku sedangkan Harry, well, dia mengenakan pakaian yang tak jauh berbeda denganku. Hanya saja, dia memakai topi terlebih dahulu sebelum mengenakan hoodie jaketnya.
Aku tak mengerti dengan apa yang ada di pikiran orangtuaku. Kenapa mereka menyarankan pemuda aneh ini sebagai kekasihku kelak, sih? Maksudku, apa baiknya dia? Baiklah, aku akui dia memang tampan, tapi dari wajahnya saja, aku tahu jika dia pandai menarik gadis-gadis agar dekat dengannya. Aku yakin, dia sangat senang pergi ke klub-klub malam dan menonton atraksi penari telanjang di sana.
"Taylor Swift!"
Aku tersentak mendengar suara itu dan tersadar dari lamunanku. Harry masih duduk di hadapanku. Dia menatapku seraya memicingkan matanya. Dia benar-benar tampan eh, kenapa aku memujinya?
"Apa?" Aku bertanya galak.
"Kau tidak mendengarkan pertanyaanku tadi?" Dia mengerucutkan bibirnya. Dengan santai, aku menggelengkan kepalaku.
"Kenapa aku harus mendengarkan? Aku saja terpaksa berada di sini. Jika disuruh memilih, aku lebih memilih di rumah, bermain dengan Meredith daripada harus pergi ke luar bersama pria sepertimu."
"Kau terlihat sangat membenciku," ujarnya lesu.
Aku menggelengkan kepala. "Aku tak pernah membencimu. Lagipula, apa alasanku untuk membencimu? Aku saja belum lama mengenalmu."
"Kau sangat cuek dan terlihat terpaksa berada di dekatku. Apa yang dapat kulakukan untuk merubah sikap dinginmu kepadaku?" Dia bertanya dengan raut wajah serius. Aku menggelengkan kepala.
"Tak ada yang dapat kau lakukan, Curlyhead. Nikmati saja waktu-waktu bersamaku yang akan terasa seperti di neraka."
"Tenang. Aku juga akan membuat waktu-waktumu bersamaku terasa seperti surga," Harry mengedipkan sebelah matanya kepadaku. Aku menanggapinya dengan memutar bola mataku. Di saat bersamaan pula, pesanan kami tiba.
****
Setelah siangnya menghabiskan waktu membosankan bersama Harry, malamnya aku datang untuk menghadiri sebuah acara televisi. Aku akan menjadi bintang tamu di acara itu dan menjawab semua pertanyaan yang akan diajukan oleh si pembawa acara yang kukenal bernama Liz.
Acara baru dimulai pukul tujuh malam dan sebagai pembuka, aku menyanyikan lagu terbaruku, yang merupakan sebuah sindiran keras untuk mantan kekasihku yang seringkali memintaku untuk kembali kepadanya lagi. Judul lagu itu adalah We Are Never Ever Getting Back Together. Judulnya cukup panjang dan menyakitkan untuk mantanku itu, aku yakin.
Selesai menyanyikan lagu yang disingkat menjadi WANEGBT, aku duduk di sebuah sofa berwarna merah dan menghadap ke pembawa acara bernama Liz. Kami melakukan pembicaraan singkat sebelum memulai interview kami. Disaksikan oleh sekitar delapan puluh orang penonton yang ada di studio.
Acara usai satu jam kemudian dan aku langsung mengubungi Tom untuk menjemputku. Aku menunggu cukup lama di ruang ganti sampai akhirnya, sebuah pesan masuk ke dalam ponselku. Pesan dari nomor tak dikenal. Isi pesannya adalah: Aku sudah di halaman parkir. Sepertinya, pengirim pesan ini adalah Tom. Tapi, bukankah ini bukan nomor Tom?
Aku bangkit berdiri dan meraih tasku. Aku berjalan ke luar dari ruang ganti, setelah berpamitan dengan orang-orang yang berada di sekitarku. Aku berjalan cepat menuju ke halaman parkir dan sesampainya di sana, aku mengedarkan pandanganku mencari di mana letak mobilku yang dikendarai oleh Tom. Aku memicingkan mata. Tak ada mobilku sama sekali di sini. Lalu, siapa yang mengirimiku pesan jika dia berada di halaman parkir?
Pertanyaanku itu terjawab dengan cepat saat sebuah mobil berhenti tepat di depanku. Aku memicingkan mataku, tak mengenali mobil itu. Kaca mobil mulai terbuka dan aku dapat melihat si pengemudi mobil yang adalah seorang pemuda dengan sunglasses yang terpaut di hidungnya. Pemuda dengan rambut curly-nya yang dibiarkan berantakan begitu saja.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku sarkastik.
"Menjemputmu, tentu saja. Ah, ya, kau harus menyimpan nomorku, Taylor. Aku yang mengirimimu pesan tadi." Jawabnya santai.
"Aku sudah menghubungi Tom untuk menjemputku."
"Aku sudah berkata pada Tom untuk tidak menjemputmu dan membiarkan aku yang menjemputmu. Aku juga sudah meminta izin kepada kedua orangtuamu untuk makan malam bersamamu jadi, apa masalahnya?"
"Kau meminta izin orangtuaku tapi, tak minta izin kepadaku! Tidak. Aku tidak mau makan malam bersamamu dan aku bisa pulang menaiki taksi." Aku melongos pergi begitu saja, menuju ke luar studio itu. Aku melangkah menuju ke tepi jalan namun, langkahku terhenti saat mendengar teriakan namaku. Aku menoleh ke belakang dan terkejut setengah mati melihat ada sekitar belasan orang berlari ke arahku. Aku berusaha berlari dan langkahku terhenti bersamaan dengan terhentinya sebuah mobil di hadapanku. Pintu mobil itu terbuka dan Harry tersenyum lebar di dalam mobil itu. Tanpa pikir panjang, aku segera masuk ke dalam mobil dan Harry melajukan mobilnya menjauh.
"Sama-sama, Taylor."
Aku memutar bola mataku mendengar sindiran lembut Harry tersebut. Aku menarik nafas dan menghelanya perlahan sebelum mulai berkata, "terima kasih."
Harry terkekeh. "Terima kasih saja tak cukup, Honey. Kau harus menemaniku makan malam."
"Aku tak berminat makan malam bersamamu, Styles. Kau bisa memilih antara makan malam sendirian atau membiarkanku ke luar dari mobilmu sekarang juga." Ancamku.
"Aku juga punya pilihan untukmu, Swift. Kau mau: ke luar dan dikejar-kejar penggemarmu tanpa ada orang yang dapat mengamankanmu atau menemaniku makan malam." Aku menoleh dan melayangkan tatapan protes kepadanya. Dia mengedikkan bahu. "Pilihan mudah, kan?"
"Kau orang paling menyebalkan yang pernah aku temui."
****
Mobil yang Harry kendarai berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahku. Aku menemaninya makan selama kurang lebih satu jam. Aku tak percaya jika pria ini makan cukup banyak. Dia menghabiskan dua porsi spaghetti. Gila. Aku saja tak pernah menghabiskan satu porsi spaghetti.
Aku menghela nafas dan hendak menoleh, mengucapkan terima kasih kepada pria itu namun, aku mengurungkan niatku saat melihat dia yang tersenyum seperti orang gila kepadaku. Sungguh, aku tak mengerti jalan pikiran pria ini. Aku bersikap acuh dan menyebalkan kepadanya tapi, dia selalu memberikan senyuman kepadaku. Aku mengerti, ini pasti salah satu triknya untuk mendapatkan hati seorang wanita.
"Terima kasih," ujarku seraya mulai membuka pintu mobil, tanpa berusaha menatap pria itu sama sekali. Pintu sudah terbuka dan selangkah lagi aku akan ke luar dari penderitaan ini jika saja Harry secara mengejutkan menarik tanganku, membuatku kembali ke posisi duduk awalku.
"Apa yang kau lakukan?!" bentakku kesal.
"Aku hanya ingin berkata jika aku akan datang menjemputmu lagi besok pagi. Aku memiliki tujuh hari libur sebelum kembali ke London dan sepertinya, akan sangat menyenangkan jika aku menghabiskan hari liburku itu di New York, bersamamu." Harry memasang senyuman manisnya. Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat, berusaha tidak terpikat pada pesona pria ini.
"Aku sibuk. Aku belum mendapat jatah hari libur. Jadi, lebih baik kau mengajak gadis lain untuk menemanimu berlibur. Bukankah kau punya banyak sekali gadis di sekitarmu?" tanyaku ironi. Harry menarik nafas dan menghelanya perlahan. "Iya, memang tapi, jika kau memintaku untuk menjauhi gadis-gadis itu, aku bersedia."
"Kenapa aku harus memintamu menjauhi mereka? Kau bahkan bukan siapa-siapaku."
"Tapi, aku akan menjadi orang yang tak akan pernah kau lupakan, kau tahu?" ujarnya penuh percaya diri. Aku memutar bola mataku sebelum akhirnya, benar-benar ke luar dari mobil. Baru selangkah ke luar, aku mendengar Harry sedikit berteriak, "Have a nice dream, Taylor. Good night."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top