04 : Dinner & Bastard
"Sebenarnya, dia belum mempunyai anak. Anak laki-laki yang akan dia kenalkan pada kita nanti adalah anak tirinya. Tebak, Tay, apa pekerjaan anak laki-laki sahabatku itu? Dia penyanyi, sama sepertimu. Bedanya, dia bernyanyi bersama bandnya sementara kau bernyanyi sendiri." Aku hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalaku saat Dad bercerita tentang anak dari sahabat lamanya itu. Sayangnya, aku sama sekali tak tertarik dengan dia.
"Mereka akan tiba lima belas me—," ucapan Dad terhenti saat mendengar suara klakson mobil yang cukup keras dari luar rumahku. Dad bangkit berdiri dengan ceria dan menatapku senang. "Aku akan menyambut mereka di depan. Kau bisa membantu Mom mempersiapkan makan malam, Tay."
Belum sempat aku menjawab, Dad sudah berjalan ke luar, untuk menyambut sahabat lama dan anak laki-lakinya itu. Aku menghela nafas dan memutuskan membantu Mom mempersiapkan makan malam. Aku berjalan santai menuju ke dapur dan samar-samar, aku bisa mendengar suara Dad yang dengan keras dan cerianya menyapa sahabat lamanya itu.
Sejujurnya, aku kurang suka dengan rencana Dad tentang memperkenalkanku kepada anak dari sahabat lamanya itu tapi, jika itu bisa membuat Dad tersenyum, aku rela melakukannya. Dad sangat berarti untukku. Dia ayah terbaik yang pernah aku miliki.
Aku sampai di ruang makan dan mendapati semua makanan sudah tertata rapi. Mom memicingkan mata menatapku. "Kenapa kau di sini, Tay? Seharusnya kau ikut menyambut sahabat lama Dadmu itu di luar."
"Dad yang memintaku untuk membantumu, Mom," aku mengerucutkan bibirku seraya menarik kursi dan duduk di kursi itu. Aku memperhatikan makanan yang Mom sediakan. Sangat banyak. Aku tak tahu apa nama makanan itu tapi, tampilan makanannya tampak sangat menggairahkan.
Untungnya, aku tak harus bersabar cukup lama untuk mencicipi masakan Mom saat melihat Dad masuk ke ruang makan bersama seorang pria yang sepertinya seusia dengannya dan juga seorang pemuda berambut curly yang....hei, sepertinya aku pernah melihat pemuda itu!
"...dan ini adalah putriku, Taylor Swift. Taylor, ini sahabat lamaku, Robin." Aku tersenyum kepada sahabat Dad itu yang juga tersenyum kepadaku. Aku berusaha untuk mengabaikan keberadaan pemuda berambut curly itu. Bukankah dia salah satu personil One Direction yang waktu itu tengah bertelepon? Dia tampan tapi, dari wajahnya saja aku bisa menilai jika dia adalah seorang playboy.
"Hai, Taylor. Astaga, kau sangat cantik. Seperti ibumu saat muda dulu," aku kembali tersenyum mendengar pujian Robin dan aku berusaha setengah mati tak membalas tatapan tajam si curlyhead itu. Dia terus menerus memperhatikanku. Apa dia ingin menjadikanku sasaran selanjutnya? Sial. Aku tak berminat sama sekali.
"Sepertinya Harry dan Taylor sudah saling mengenal," Robin merangkul curlyhead yang tatapannya masih tajam terarahkan kepadaku.
"Come on, Dad. Siapa yang tidak mengenal Taylor Swift?" Curlyhead itu berkata seraya mengerling kepadaku. Sudah sangat kentara. Dia benar-benar seorang playboy. Dia pasti seorang penggoda ulung. Untungnya, aku sudah terlatih untuk tidak mudah jatuh cinta dengan pemuda seperti ini.
"Tay, kau mengenal Harry, kan?" tanya Dad dan secara refleks, sekaligus mempermalukan pemuda itu, aku menggelengkan kepala. "Aku pernah bertemu dengannya di sebuah studio foto. Dia personil One Direction, kan? Aku tak pernah tahu siapa namanya."
"Harry Edward Styles. Kau bisa memanggilku Harry." Pemuda bernama Harry itu menjawab dengan senyuman yang sangat memikat. Eh, aku tidak akan terpikat!
"Kalian bisa mengobrol lagi setelah makan malam. Kalian tak mau makan makanan yang sudah dingin, kan?" Suara Mom menginterupsi. Aku kembali duduk dan mulai merasa merinding saat menyadari Harry masih menatapku lekat.
Makan malam terasa sangat lama berlangsung untukku. Setelah makan malam, Dad juga masih tampak mengobrol, melepas rindu bersama Robin. Mom pergi kembali ke dapur untuk membantu pelayan membersihkan peralatan bekas makan kami. Sementara aku? Sial. Aku terjebak di ruang tengah dengan Harry.
Awalnya, aku hanya sendiri di ruang tengah. Aku ingin menonton acara televisi supaya tak ketinggalan berita terbaru sampai akhirnya, keinginanku itu berubah saat melihat Harry mendekat sambil menggendong Meredith-ku.
Bodohnya, Meredith tampak sangat nyaman berada di dalam gendongan Harry. Aku berusaha tak memperhatikan mereka dan sibuk dengan tontonanku.
"Kucingmu sangat lucu," suara Harry terdengar di telingaku, aku mengabaikannya.
"Siapa namanya?" Harry kembali buka suara, menanyakan siapa nama kucing yang dia tengah gendong itu. Come on, siapa yang tidak mengenal Meredith, sih? Dia kucing peliharaan seorang Taylor Swift! Bagaimana kau tak tahu namanya?!
"Hey, aku tidak sedang bertanya kepada patung dan aku tahu kau tidak tuli." Harry menyindirku, baiklah. Aku menarik nafas dan menghelanya secara perlahan.
"Namanya Meredith Grey." Jawabku sinis.
"Nama yang bagus. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu di sebuah acara tapi, aku lupa. Baiklah, lupakan saja." Harry berbicara sendiri, seperti orang tak waras. Tapi, sungguh, itu lucu.
"Aku juga seorang pecinta kucing. Aku pernah punya lima kucing Persia di rumahku. Tapi, karena tak terurus, kucing-kucing itu kabur dan mencari pemilik mereka yang baru." Aku tak peduli dengan ceritamu, Styles.
"Teman satu bandku, Zayn, juga memelihara kucing walaupun, dia kurang suka dengan bulu kucing. Pacarnya yang memaksa dia untuk memelihara kucing." Aku tak peduli, aku tak peduli dan aku tak mau mendengar ceritamu, Styles. Sungguh, bisakah kau pulang saja dan tak menggangguku?
"Apa kau pernah memelihara kucing lainnya? Atau kau punya peliharaan lain?" Dia bertanya kepadaku. Aku berusaha bersabar. Kenapa ada seorang pemuda banyak tanya seperti dia?
"Aku pernah memelihara kucing dan anjing dulu tapi, sekarang, satu-satunya peliharaanku adalah Meredith." Aku berusaha menjawab, sesopan mungkin, masih dengan tatapan fokus pada layar televisi yang secara kebetulan menampilkan berita tentang One Direction. Tentang pemuda yang berdiri tak jauh dariku yang dikabarkan tengah menjalin hubungan dengan seorang Kendall Jenner. Tunggu. Apa jangan-jangan, tadi siang saat aku bertemu Kendall, orang yang dia tunggu adalah pemuda ini?
Aku melirik ke arah Harry sekilas. Dia tampak asyik mengelus lembut bulu Meredith dan Meredith terlihat nyaman bersamanya. Sungguh, biasanya, Meredith tak pernah sedekat itu dengan orang lain selain aku dan Austin. Dulu saja, saat Karlie pertama ingin menggendong Meredith, kucing manis itu mencakar Karlie. Meninggalkan luka sepanjang lima sentimeter di tangan kanan Karlie.
"Berita bodoh," samar-samar, aku bisa mendengar seseorang yang mengumpat. Siapa lagi jika bukan Harry? Pemuda itu sepertinya juga menonton acara yang aku tonton, yang tengah menayangkan berita tentang hubungannya dan Kendall Jenner.
"Aku bertemu Kendall Jenner siang ini dan dia terlihat menunggu temannya yang tak kunjung datang. Sepertinya, aku tahu siapa temannya yang tak datang itu," sindirku tanpa menatap ke arah Harry. Aku dapat membayangkan Harry tengah memicingkan mata hijaunya kepadaku.
"Aku ketiduran tadi siang dan aku baru bangun pukul enam sore dan langsung bersiap untuk makan malam di rumahmu ini." ujar Harry.
"Sebaiknya kau meminta maaf kepada Kendall. Kau tak tahu seberapa kecewanya dia, menunggumu terlalu lama." Saranku.
"Aku akan meminta maaf nanti. Setelah kau mau bicara sambil menatapku, tidak memunggungiku seperti itu."
"Curlyhead, maaf saja, aku tahu seperti apa kau. Jika kau berminat menjadikanku sasaran empukmu seperti Kendall, kau salah, Styles. Aku bukan Kendall dan aku tak sebodoh Kendall untuk mau terpikat dengan pemuda sepertimu." Aku berkata lantang, tanpa ada penyaringan sedikitpun.
"Kau hanya belum mengenalku, Taylor. Kau tahu? Hampir semua gadis yang mencoba mengenalku lebih jauh, sebelum sempat mereka mengenalku, mereka sudah benar-benar harus hilang kendali atas rasa cintanya padaku. Mereka yang mengejarku dan aku tak mengejar mereka." Harry berkata santai, tanpa rasa bersalah.
"Kau seorang bajingan." Aku berkata datar namun, nada bicaraku pasti cukup mengena di hatinya.
"But, sooner or later, you will fall for this bastard, Taylor."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top