03 : Getting Ready for Dinner
"Ingat perjanjian kita, Taylor. Kau harus pulang sebelum makan malam," Dad memperingatkanku tentang acara makan malam bersama dengan sahabat lamanya itu di saat aku baru saja hendak masuk ke dalam mobil. Aku akan berbelanja bersama Karlie Kloss, sahabatku, hari ini.
"Ya, Daddy. Have a nice day." Aku mengecup singkat pipi Dad sebelum masuk ke dalam mobil dan memerintahkan Tom agar segera melajukan mobil. Jangan sampai Dad menginterupsi lagi.
Mobil yang Tom kendarai berhenti tepat di depan kediaman keluarga Kloss. Aku memutuskan untuk menunggu di depan pintu gerbang dan segera menghubungi Karlie agar ke luar secepatnya.
Karlie baru muncul beberapa menit kemudian dengan penampilan sederhananya yang selalu terlihat menakjubkan. Aku membuka pintu mobilku dan membiarkan Karlie masuk. Dia tersenyum kepadaku. "Maaf membuatmu menunggu lama, Tay. Aku harus mencari ponselku terlebih dahulu."
"It's okay, Karl. Jadi, siap untuk belanja?" tanyaku memasang wajah ceria.
Karlie terkekeh dan menganggukkan kepala bersemangat. "Let's go!"
****
Robin menatap anak tirinya yang tampak tertidur pulas di sofa dengan keadaan televisi yang masih menyala. Harry terlihat sangat kelelahan. Wajahnya pucat dan dia tertidur sangat pulas. Pasti semalam dia tidak dapat tidur, seperti biasanya. Anne—Ibu Harry—baru tiba di New York besok, bersama dengan Gemma—kakak Harry. Sekarang, Harry memang hanya berdua di New York bersama Robin.
Robin menghampiri Harry dan memukul perlahan lengan Harry seraya mencoba membangunkan Harry.
"Harry, bangun. Kau belum sarapan. Kau harus makan. Setelah itu, kau bisa tidur lagi," ujar Robin.
Harry menggeliat perlahan dan tanpa membuka mata, pemuda tampan itu berkata, "aku masih mengantuk, Rob. Aku akan bangun satu jam lagi."
"Bukankah kau ada janji untuk menemui seorang gadis bernama Kendall siang ini?" tanya Robin lembut.
"Sepertinya aku tak bisa datang menemuinya. Biar aku yang menjelaskan nanti. Sekarang, dengan penuh rasa hormat, bisakah kau meninggalkanku sendiri? Aku menyayangimu dan maafkan sikap kurang ajarku tapi, sungguh, aku sangat mengantuk. Semalaman aku membuat lagu untuk album terbaru bandku."
Robin menghela nafas panjang. "Tapi, kau mau ikut bersamaku untuk makan malam bersama sahabatku dan keluarga kecilnya nanti malam, kan?"
"Robin, mana pernah aku mengecewakanmu, sih? Aku akan datang bersamamu, okay? Have a great day, Superdad."
Harry bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya dengan sempoyongan. Robin tertawa kecil melihat Harry. Harry memang penggoda ulung tapi, siapa sangka jika dia adalah seorang pecinta keluarga?
****
Mobil yang dikendarai Tom berhenti di depan sebuah restoran. Aku dan Karlie segera ke luar dari mobil untuk makan siang bersama. Kami baru saja berburu pakaian. Karlie mendapatkan tiga jenis pakaian yang dia inginkan sementara aku mendapatkan dua jenis. Aku senang berbelanja bersama Karlie. Dia gadis yang benar-benar mempunyai banyak kemiripan denganku. Kurasa, aku dan Karlie sangat cocok menjadi kakak beradik.
Perhatianku teralihkan saat mendapati seorang Kendall Jenner—dia pernah datang ke konserku dan hei, siapa yang tidak mengenal The Kardashians?—duduk seorang diri tanpa pengawalan. Dia terlihat sangat resah. Dia memainkan ponselnya, berusaha menghubungi seseorang, sepertinya.
"Tay, kau yang mencari tempat duduk dan aku akan memesan makanan untuk kita berdua," ujar Karlie. Aku menganggukkan kepala tanpa menoleh ke arah Karlie. Aku melangkahkan kakiku menghampiri Kendall.
Kendall menyadari keberadaanku dan dia tersenyum lebar saat aku sampai di hadapannya. Dia bangkit berdiri dan memanggil namaku, "Taylor?"
"Hai, Kendall." Sapaku.
Tanpa diduga-duga, Kendall memberikanku sebuah pelukan hangat seraya berbisik, "aku tak menyangka bisa bertemu denganmu di sini."
"Senang bertemu denganmu lagi, Kendall," ujarku. Dia melepaskan pelukannya dan memintaku untuk duduk di kursi kosong yang ada di hadapannya.
"Kau sendirian?" tanyaku ramah.
"Aku menunggu temanku di sini. Tapi, sepertinya dia ketiduran. Dia tidak menjawab panggilan dariku sejak satu jam yang lalu." jawab Kendall dengan raut wajah kecewa. "Ah, ya, kau sendiri? Sendirian juga?" Kendall bertanya kepadaku.
"Aku bersama sahabatku, Karlie. Dia tengah memesan makanan untuk kami. Kau butuh teman?"
Kendall menghela nafas dan melirik kembali ke arah ponselnya. "Sudah pukul setengah dua siang. Aku ada pemotretan tiga puluh menit lagi. Sebaiknya aku pergi sekarang. Tay, sungguh, aku sangat senang bisa bertemu denganmu. Aku tak sabar mendengar lagu-lagu di album barumu." Aku terkekeh mendengar ucapan Kendall. Sudah sejak lama dia mengaku menyukai semua lagu-laguku.
Kendall bangkit berdiri dan kembali memelukku singkat sebelum berkata, "bye, Tay. See you again next time." Dia berjalan ke luar dari restoran.
Gadis itu menyenangkan. Dia sangat ramah walaupun, mungkin orang yang pertama melihatnya akan menilai jika gadis itu angkuh. Tapi, tidak. Dia benar-benar cantik dan menyenangkan.
Sesaat setelah Kendall pergi, Karlie datang bersama seorang pelayan yang membawa pesanan kami.
****
"Harry! Bangun! Kau berjanji akan ikut denganku bertemu sahabat lamaku! Kau harus bangun!"
Robin berusaha membangunkan Harry. Robin tak menyangka jika Harry bisa tidur selama itu tanpa sarapan dan makan siang. Bayangkan saja, ini sudah pukul enam petang. Harry masih juga tertidur pulas.
"Harry! Bangun!" Robin menarik selimut yang Harry kenakan, membuat Harry menggeliat pelan dan mencoba menarik selimutnya kembali namun, Robin cukup cekatan untuk melemparkan selimut itu ke lantai. Harry tak bisa tidur tanpa selimut. Tanpa selimut, dia bisa kedinginan. Dia selalu tidur dengan bertelanjang dada.
"Robin! Kembalikan selimutku!" Harry bangkit dari tidurnya dengan mata yang masih terpejam.
"Kau harus bangun dan bersiap, Harry. Kita makan malam di rumah sahabat lamaku. Apa kau lupa janjimu padaku tadi pagi?"
Harry mencoba membuka matanya secara perlahan dan menatap Robin perlahan. Robin memasang wajah memelas. Robin tahu, Harry mana tahan dengan ekspresi wajah seperti itu.
"Aku bangun. Beri aku waktu tiga puluh menit untuk bersiap. Kau bisa menungguku di bawah," ujar Harry lemas. Robin tersenyum lebar, penuh kemenangan. Harry memang anak yang patuh.
****
"Bukankah kita hanya akan makan malam bersama? Kenapa aku harus mengenakan gaun?" Aku melipat tangan di depan dada saat melihat Mom yang sudah menyiapkan sebuah gaun malam berwarna merah untuk aku kenakan malam ini.
"Ini makan malam spesial, Taylor. Kau harus tampil semaksimal mungkin. Kau harus berhasil menarik perhatian pemuda itu. Siapa tahu dia jodohmu," goda Mom seraya tersenyum.
Aku memutar bola mataku. "Dad bilang, ini hanya makan malam, Mom. Bukan ajang mencari jodoh. Bukankah tampil apa adanya jauh lebih baik?"
"Kau ingin makan malam bersama teman Dad dengan kaus santaimu yang biasa kau gunakan dan celana katun itu? Taylor, itu memalukan sungguh. Style-mu di luar dan di dalam rumah berbeda drastis. Bagaimana jika penggemarmu tahu? Mereka pasti akan membuat lelucon untukmu."
"Aku suka lelucon mereka," ujarku sarkastik seraya meraih gaun yang Mom siapkan dan berjalan menuju ke ruang ganti. Aku harap makan malam hari ini segera berakhir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top