18

"Mbak Alex sudah denger gosip terbaru belum?"

Sebenarnya Alexa enggan menanggapi ucapan Fifi. Ia sedang sibuk dengan komputer di depannya dan terlalu malas untuk mengalihkan perhatiannya ke kubikel sebelah.

"Gosip apa?" gumam gadis itu. Ia sudah malas menanggapi gosip-gosip murahan yang beredar di kantor yang mayoritas dihuni oleh kaum hawa itu.

"Ada yang bilang kalau di kantor kita ada yang menikah diam-diam." Suara Fifi yang pelan dan seperti bisikan itu sanggup menyentak kesibukan Alexa. Dada gadis itu tiba-tiba saja berdegup kencang.

Alexa mengalihkan pandangannya ke arah Fifi dengan sepasang mata melebar. Ia yang semula enggan dan tidak peduli dengan gosip apapun yag akan dikatakan Fifi, mau tidak mau harus menggubris ucapan rekan kerjanya itu. Gosip itu secara tidak langsung mengusik hatinya. Ada kekhawatiran yang berusaha ia sembunyikan setengah mati dari Fifi.

"Si-siapa?" tanya Alexa terbata.

Fifi menggeleng pasrah. Tampaknya ia tidak tahu siapa yang sedang ia gosipkan sekarang.

"Kalau nggak tahu, kenapa cerita? Lalu siapa yang bikin gosip itu?" dengus Alexa sebal.

"Nggak tahu juga, Mbak. Tadi di toilet ada yang bilang seperti itu. Tapi, waktu aku keluar dari WC sudah sepi, nggak ada orang," tutur Fifi. Wajah polosnya tampak dua kali lipat serius.

Alexa mendesah dengan keras. Hati kecilnya merasa terusik dengan kabar burung itu. Ada kemungkinan dia-lah yang menjadi bahan gosip itu. Tapi, belum jelas juga siapa yang menebarkan gosip murahan seperti itu.

Tak ada lembur untuk hari ini. Alexa berencana mengunjungi Mami sepulang kerja. Sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengan Mami dan Carlos. Sedang Donna masih menikmati bulan madunya di pulau dewata.

Alexa menyempatkan diri membeli kue kering di tempat langganan Mami sebagai oleh-oleh. Entah kenapa ini seperti mengunjungi rumah orang lain. Pakai membawa oleh-oleh segala.

"Mami mana?"

Carlos yang sedang nonton pertandingan sepak bola di ruang tengah, nyaris terloncat dari tempat duduknya. Pasalnya Alexa tiba-tiba menyeruak masuk tanpa mengetuk pintu atau  mengucap sepatah kata salam.

"Datang-datang ngagetin orang aja," gerutu Carlos dengan bersungut-sungut. Sebal melihat tingkah kakak sulungnya yang tiba-tiba muncul lalu menjatuhkan pantatnya di sebelah Carlos. "apa ini? Kue kering?" Cowok itu langsung merebut kantung kue yang dipegang Alexa dengan paksa. Wajahnya berubah cerah dalam sekejap. Dengan gesitnya Carlos membuka bungkus kue kering itu dan mulai melahap isinya.

Alexa mencibirkan bibirnya melihat tingkah Carlos. Ia masih tetap kekanak-kanakan meski sudah duduk di bangku kuliah. Rasanya masih kemarin ia menggendong Carlos.

"Mami masih di salon?" ulang Alexa kembali. Karena Carlos terlalu sibuk dengan kue kering dan pertandingan sepak bola. Pertanyaan Alexa terabaikan begitu saja olehnya.

"Iya. Bentar lagi juga pulang," sahut Carlos tanpa menoleh. Cowok itu masih seperti biasa, dingin dan jutek. Pantas saja jika sampai umur segitu Carlos masih jomblo.

Belum sampai lima menit yang ditunggu-tunggu Alexa pulang juga. Mami muncul dan terkejut melihat Alexa duduk di sebelah Carlos. Wanita itu mencium pipi putrinya, kanan dan kiri.

"Sendirian, Lex? Mana suamimu?" cecar Mami sembari melirik Carlos yang sedang sibuk mengunyah kue kering. Wanita itu mengambil tempat duduk di antara Alexa dan Carlos.

"Anu, Mi. Sebenernya tadi nggak ada rencana mau ke sini, sih. Kebetulan nggak ada lembur hari ini," ucap Alexa beralasan. Kalimatnya begitu lancar dan dibuat sangat meyakinkan.

"Oh." Mami mengangguk. "Mami nggak menyangka kamu dapat pengganti Alka secepat itu. Kalau Mami lihat, sepertinya Bian orang yang baik dan dewasa. Dia lebih cocok dengan kamu dibanding Alka." Penuturan Mami membuat Alexa tersentak dan membisu seketika. Tak ada penjelasan untuk pernyataan Mami yang pertama. Bahwa ia terlalu cepat mendapat pengganti Alka. Dan tentu saja Bian lebih dewasa ketimbang Alka. Dia sudah 30 tahun. Sementara Alka dan Alexa sepantaran. Antara keduanya memang berbeda dan rasanya tak perlu dibandingkan. Setiap orang memiliki kepribadian masing-masing.

"Iya, Kak Alex bener-bener pinter memberi kejutan." Carlos menyambung percakapan Mami.
Alexa malas mengomentari ucapan Mami, apalagi Carlos. Nggak, deh.

"Gimana, Lex, udah isi belum?"

Alexa melongo mendengar pertanyaan Mami. Gadis itu butuh waktu untuk mencerna maksud pertanyaan yang dilontarkan Maminya. Isi? Apa?

Sedangkan Carlos terbahak keras melihat reaksi kakaknya yang tampak bodoh itu.

"Maksudnya?"

"Maksud Mami, Kak Alex udah hamil apa belum, begitu!" seru Carlos dengan tawa yang masih membahana di ruang tengah. Bahunya sampai terguncang karena keasyikan tertawa.

Alexa melenguh.

"Belum, Mi. Lagian juga belum sebulan menikah sudah ditanya hamil apa belum," gerutunya kesal. Harusnya ia sudah memperkirakan pertanyaan seperti ini bakal dilempar padanya.

"Ya, siapa tahu kan," sahut Mami.

"Badan kurang olahraga seperti itu memang susah hamil, Mi." Carlos tiba-tiba menjadi sangat memuakkan. Kenapa pula ia mesti menambahi kalimat ngawur seperti itu? Siapa yang melakukan penelitian seperti itu? Alexa bahkan tidak pernah mendengar hal semacam itu.

Tangan Alexa terangkat hendak meninju pundak Carlos, tapi, Mami yang duduk di tengah-tengah mereka dengan sigap mencegah peperangan itu.

"Heh, jangan berantem," bentak Mami ikut-ikutan kesal melihat tingkah polah keduanya. "kalian ini kapan jadi dewasa-nya? Kamu juga Lex, sudah punya suami masih seperti anak-anak."

Alexa langsung terdiam dan hanya bisa menyalahkan Carlos dalam hati. Bukannya Carlos yang memulai semua itu?

"Sebaiknya kamu cepet pulang. Kasihan suamimu, Lex." Mami menegur Alexa semenit kemudian.

"Idih, Mami. Alexa baru aja datang sudah disuruh pergi. Alexa kan masih kangen sama Mami." Alexa menggerutu layaknya anak kecil.

"Makanya kalau ke sini ajak juga suamimu, biar kamu bisa lebih lama mampirnya," seloroh Mami.

Alexa menghela napas panjang. Sesungguhnya ia masih betah duduk berlama-lama di ruang tengah dan bercanda dengan Mami atau berdebat dengan Carlos. Tapi, semua sudah tidak sama seperti dulu. Semua sudah berubah. Karena ada sebuah 'ikatan palsu' yang membatasi geraknya.

"Alexa pulang dulu, Mi." Dengan berat hati, Alexa terpaksa bangkit dari sofa dan berpamitan pada Mami.

"Hati-hati di jalan, Lex. Jaga suamimu baik-baik," pesan Mami sembari mengantar putrinya keluar rumah.

"Sering-sering datang, Kak! Jangan lupa bawa kue yang banyak!"

Teriakan Carlos kali ini tidak membuat Alexa kesal. Gadis itu malah menyunggingkan senyum bahagia. Ia pasti akan datang lagi!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top