01
"Mbak Alex, tadi ada yang nitip sesuatu. Udah aku taruh di meja Mbak Alex."
Fifi, salah satu staf di kantor Alexa berseru dengan sangat sopan dari balik kubikelnya begitu melihat rekan kerjanya datang. Suaranya lembut dan terdengar merdu di telinga Alexa. Kebetulan kubikel Alexa dan Fifi bersebelahan.
"Thanks."
Fifi mengukir senyum di bibirnya manakala Alexa mengucap terima kasih.
Alexa, gadis berusia 25 tahun itu meletakkan clutch hitam miliknya di atas meja, persis di samping sebuah benda mencurigakan mirip kartu undangan. Mungkin yang dimaksud 'titipan' oleh Fifi adalah benda itu, pikir Alexa seraya menjatuhkan pantatnya ke atas kursi. Namun Alexa tak langsung meneliti benda berwarna gold itu. Setelah menghabiskan seporsi gado-gado dan teh manis segelas sebagai menu makan siangnya, rasanya Alexa perlu duduk santai sejenak sembari menunggu makanannya turun.
Undangan?
Kerut di dahi gadis itu langsung tercipta saat tangannya bergerak meraih benda mencurigakan di hadapannya. Ia sudah merubah pikirannya dan tak ingin mengabaikan undangan itu lebih lama lagi. Sudah beberapa bulan belakangan ia tak menerima benda semacam itu, terakhir ia mendapat undangan saat Mel menikah. Sudah lima bulan yang lalu jika Alexa tidak salah hitung.
Jari jemari Alexa bergerak dengan lincah mengurai lipatan kertas undangan berwarna emas yang kini erat dalam genggamannya.
Jessica Hwang dan Alka Alessandro?
Hoh. Gadis itu seketika mengerucutkan bibirnya yang terlapisi lipstik merah maroon usai membaca sepasang nama calon pengantin yang tercetak di dalam sebuah bingkai bunga dan terukir dengan warna emas. Lalu dengan kasar gadis itu menghempaskan undangan di tangannya dengan kasar, hingga ia melayang bebas dan menabrak layar monitor komputer. Apa Alexa tidak tahu bahwa kertas undangan itu dicetak hanya seribu lembar, dan ia adalah salah satu orang yang beruntung bisa menerimanya? Apa ia juga tidak bisa melihat betapa berkelasnya design undangan pernikahan itu? Kenapa ia menghempaskannya dengan sangat tidak hormat?
Sialan. Jadi, mereka akan menikah minggu depan? Kenapa aku harus pacaran dengan Alka selama lima tahun jika pada akhirnya dia akan menikahi orang lain?
Alexa menghembuskan napas kuat-kuat sembari menggerutu dalam hati. Ia berharap hembusannya bisa menghempaskan undangan itu kembali, jika perlu biar benda itu jatuh sekalian ke tempat sampah di bawah kakinya.
"Ada apa, Mbak Alex?"
Alexa menoleh dan mendapati Fifi melongok dari balik kubikelnya. Gadis di sebelah kubikel Alexa itu tak segan-segan menegur setiap terdengar sesuatu yang mencurigakan dari meja Alexa. Wajah polos Fifi tampak dipenuhi dengan pertanyaan lengkap dengan tanda tanya besar. Bahkan ia sampai tak berkedip menunggu jawaban dari bibir Alexa.
"Nggak pa pa, Fi. Tadi ada kecoa," jawab Alexa asal. Sebuah cengiran bodoh turut menghias wajahnya.
Hah? Gerakan bibir Fifi mendesiskan kata itu. Matanya turut melotot mendengar jawaban Alexa.
"Memang di kantor kita ada kecoa ya, Mbak?" Fifi mencondongkan tubuh dan meluncurkan sebuah bisikan ke telinga Alexa. Sepasang bola matanya sempat melirik ke sekeliling, takut ada yang mendengar perbincangan mereka. Karena kantor itu mayoritas berpenghunikan kaum hawa, jadi, berita sekecil apapun bisa menjadi besar.
Alexa tergelak sampai kedua bahunya terguncang. Reaksi Fifi benar-benar membuatnya geli sekaligus iba. Gadis polos namun manis itu tak bisa membedakan antara serius dan bercanda. Kasihan.
"Mbak Alex kok ketawa sih?" gerutu Fifi mulai bingung melihat seniornya itu tergelak demikian kencang. Bukankah kecoa bukan sesuatu yang lucu?
"Nggak ada kok, Fi," ucap Alexa menghentikan tawa. Ia tidak mau seisi kantor mendengar suara tawanya yang garing. Lagipula ia juga kasihan melihat raut wajah Fifi yang sedemikian polosnya. "aku tadi cuma bercanda kok. Udah, kamu lanjut kerja gih," suruh gadis itu sembari melayangkan sebuah tepukan ringan ke pundak Fifi.
Fifi mengangguk sambil nyengir setelah Alexa menjelaskan padanya bahwa gadis di sebelahnya hanya mengajaknya bercanda. Fifi merasa lega lalu kembali fokus pada meja kerjanya dan mengabaikan Alexa. Bagaimanapun juga bagi Fifi, Alexa adalah seniornya di kantor itu yang paling ramah dan supel. Tak seperti yang lain, yang merasa sok senior saat Fifi masuk ke kantor itu untuk pertama kalinya. Alexa-lah orang yang kerap mengajarkan Fifi bagaimana mengerjakan pekerjaannya. Alexa juga tak segan-segan membantunya jika Fifi mengalami kesulitan. Itulah sebabnya Fifi sangat menghormati sekaligus mengagumi Alexa.
Sementara itu, Alexa terpekur di depan layar komputernya yang masih menyala. Gara-gara undangan sialan itu, harinya menjadi kelabu seketika.
Jessi dan Alka akan menikah?
Alexa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan melenguh kuat-kuat. Tak peduli Fifi akan menegurnya karena apa yang ia lakukan kali ini.
Gadis itu masih belum bisa mempercayai kenyataan meski undangan itu adalah bentuk bukti nyata jika Alka dan Jessi akan segera melangsungkan pernikahan dalam hitungan hari ke depan. Alka, dulu adalah kekasih Alexa selama lebih dari lima tahun, nyaris menyentuh angka enam malah. Bukan Alexa menyesali semua yang telah terjadi, tapi, Alka-lah yang lebih dulu meninggalkannya. Menghempaskan harapan yang pernah dibangunnya bersama Alexa dan menggoreskan luka teramat dalam di hati gadis itu. Cowok itu berselingkuh dengan si cantik Jessica Hwang, putri dari seorang pemilik hotel bintang lima di kota ini!
Yeah, Alexa sadar jika ia dan Jessi bukan dari kelas yang sama. Mereka sangat jauh berbeda. Layaknya bumi dan langit. Alexa memang bukan siapa-siapa dan tak pernah diperhitungkan. Ia hanyalah seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah majalah wanita dengan gaji yang lebih dari cukup. Ia tak cukup cantik dan bisa dikatakan sederhana dalam penampilan. Mana bisa ia dibandingkan dengan Jessi yang cantik, kaya raya dan high class itu? Siapapun, termasuk Alka sudah pasti akan memilih Jessi ketimbang dirinya yang bukan siapa-siapa. Seorang cowok bodoh lebih memilih menyandarkan hidupnya ketimbang repot-repot menguras keringat demi penghasilan yang pas-pasan, bukan? Dan salah satu cowok bodoh itu adalah Alka!
Untuk hal satu ini Alexa terus-menerus mengutuk Alka. Cowok bodoh dan matre. Seorang pendaki sosial yang hanya ingin menyandarkan masa depannya di balik punggung seorang Jessica Hwang. Mungkin sebutan itu pantas untuk Alka. Lalu siapa sebenarnya yang bodoh, Alka atau Jessi? Apa gadis itu tidak bisa membedakan antara cinta dan matre? Andai ia tahu jika Alka hanya memanfaatkan kekayaannya... Harusnya seorang seperti Jessica Hwang menikah dengan orang yang sekelas dengannya, bukan orang semacam Alka yang hanya seorang pengacara kelas bawah.
Stop it, Alex! Berhentilah merutuki mereka atau kamu hanya akan melukai hatimu lebih dalam lagi. Ok?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top