02
Kakek mörette mengamati luar jendela, matanya sudah menjamah setiap objek dengan teliti, namun ia masih tidak melihat adanya jejak. "Irish, apakah kau tadi membuka jendela kamarmu?"
Irish yang sedang mengorek ngorek laci pun terkejut, pasalnya dia tidak pernah membuka jendela kamarnya pagi pagi. "Aku tidak pernah melakukannya kek, sungguh. Memangnya kenapa?" tanya Irish.
"Tidak apa apa". Kakek morette menutup kembali jendela kamar Irish dan menguncinya. "Segera makan dan mandi, kita akan menemui Amarilis" lanjutnya.
Tanpa berkata apa apa lagi Irish langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Irish langsung mengambil makanan yang telah disiapkan kakeknya tadi.
Setelah semuanya siap, mereka pergi menyusuri ladang gandum dan beberapa pohon red oak. Diikuti suara cicit burung, caracal kecil berlarian dijalanan yang lembab. Irish gemas dan mengambil salah satu caracal itu sembari mengelus elus bulunya yang lembut.
Tanpa disadari, tibalah mereka disebuah mansion. Megah dan mewah, itulah kesan Irish saat pertamakali melihatnya. Mansion itu luas bagai istana, catnya mengkilap, dan dibagian tamannya ditumbuhi bunga yang mekar, selain itu bagian depan rumahnya dipenuhi oleh berbagai patung hewan yang terbuat dari perunggu.
*Ting tong
Kakek Mörette menekan lonceng. Pintu Mansion terbuka lebar, menampakkan seorang perempuan muda dengan gaun cerah melangkah anggun diatas karpet merah. Itulah Amarilis, 'sang bunga yang megah'.
"Jadi dia Amarilis?!" Sontak Irish terkejut melihatnya. Matanya tidak lepas dari sosok perempuan berparas cantik itu.
Amarilis yang menyadari dirinya diperhatikan, berjalan mendekati Irish lalu tersenyum sembari berbisik dekat telinganya, "Jangan canggung begitu, panggil saja aku Marie, itu lebih akrab".
.
.
.
"Hai Marie, bagaimana kabarmu?" Tanya kakek Mörette sembari duduk diatas kursi dengan cerutu ditangannya.
"Kabarku baik, bagaimana dengan 'dia'? Jawab Marie dari arah dapur sambil membawa sepiring kue dan tiga cangkir teh hangat.
Kakek tua itu memandang Irish dari dalam jendela mansion, caracal kecil itu terus menggoda Irish sehingga Irish harus menemani kucing ras itu bermain.
"Marie, bisakah kau membuatkan softlens untuk menutupi warna mata Irish?" pinta kakek tua itu.
"Haha sudah kuduga kau hanya akan datang kesini jika terjadi masalah pada Irish!" jawab Marie sinis.
"Tapi dia adalah anak yang istimewa, jangan biarkan 'aset' berharga jatuh ketangan orang yang salah!" sergah kakek Mörette tak mau kalah.
Marie terkekeh menanggapi jawaban kakek itu. "Baiklah kakek tua yang manis," bisik Marie setuju. "Tunggu sebentar aku akan membawakannya untukmu" tambahnya.
Bonus foto caracal^^
Next episode 3>>
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top