RINDU CINTA

Lyana bersandar manja memeluk perut Al. Burung besi itu terbang ribuan kaki membawa mereka ke negara romantis, Paris. Al mendekapnya dan menyelimuti tubuh Lyana. Dia melihat ke luar jendela, lautan awan putih menjadi pemandangan indah.

"Om Jang." Lyana memanggilnya pelan.

Al menunduk melihatnya.

"Hmm... apa?" sahut Al sedikit berbisik.

"Masih lama ya?" tanya Lyana tidak sabar ingin segera sampai di Paris.

Al terkekeh. "Iya, masih lama. Kamu bobo saja dulu. Nanti kalau sudah sampai aku bangunin."

Al mengelus rambutnya dan mencium keningnya sayang. Lyana pun mencari tempat ternyamannya, bersandar di dada Al sambil memeluk perutnya. Sangat nyaman dan akhirnya dia pun dapat tertidur lelap.

***

Liburan mereka kali ini cukup lama, di Paris selama dua minggu. Al sengaja menyewa apartemen kecil tempat mereka menginap selama di sana. Dengan fasilitas yang lengkap, hanya dapat dihuni dua orang, jendela langsung mengarah ke menara Eiffel, satu tepat tidur nyaman, dapur kecil ditambah peralatan yang mewadahi dan ruangannya pun sangat nyaman.

"Aaah." Lyana langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sesampainya di kamar.

Otot punggungnya yang kaku bisa dia luruskan di kasur empuk dan nyaman setelah duduk berjam-jam di pesawat dan menempuh perjalanan lumayan lama.

"Mandi dulu, baru istirahat," titah Al duduk di sofa sudut ruang itu melepas sepatunya.

"Ah nanti saja. Aku cape, Om Jang." Lyana tak menghiraukan perintah Al, lantas dia memeluk guling dan memejamkan mata.

Al tersenyum, dia mengeluarkan barang bawaan dari koper dan memindahkannya ke dalam lemari berukuran sedang. Setelah semua beres dia membersihkan tubuhnya lantas menyusul Lyana berbaring memeluk dari belakang.

***

Pinggangnya terasa berat, matanya pun mengejap, perlahan terbuka dan menyesuaikan pandangannya. Kehangatan dekapan dari belakang membuatnya nyaman dan enggan beranjak dari tempat tidur. Bibir merahnya tertarik saat mendengar dengkuran kecil, lantas dia menoleh melihat suaminya masih damai dalam tidur. Lyana mengelus wajah tampan Al, dia membelai rambutnya yang hitam serta memerhatikan setiap inci wajah suaminya.

"Aku tidak pernah menyangka, kamulah pilihan terakhirku dan entah kenapa aku bisa membalas cintamu walaupun awalnya sangat menyakitkan. Entah mulai kapan aku menyukaimu dan sangat mencintaimu, sampai-sampai aku takut jauh darimu bahkan sangat takut kehilangan kamu. Om Jang ...." Lyana berkata sangat lirih. "Aku sangat mencintai kamu." Dia mengelus-elus pipi mulus Al dengan punggung tangannya.

Lyana terus menatap wajah Al yang selalu mengingatkannya pada seseorang. Orang yang dulu sangat berarti dalam hidupnya. Senyum di bibir Lyana pudar saat mengingat putri kecilnya, wajah Al sangat mirip dengan Cinta.

"Kamu sangat mirip Cinta, Om Jang. Setiap melihat bibir kamu, alis tebal kamu, hidung mancungmu, bahkan pahatan wajah kamu sangat mirip Cinta. Aku melihat Cinta di dirimu, papanya Cinta." Lyana mencium kening Al lama.

Tanpa ingin mengusik waktu istirahat Al, sangat pelan Lyana menurunkan tangan Al dari pinggangnya. Ia merangkak turun dari tempat tidur melangkah mencari sesuatu yang dapat sedikit membasuh rindunya pada Cinta. Ke mana pun Lyana pergi, dia selalu membawa baju kecil milik Cinta. Dia duduk di sofa mengelus dan menciuminya.

"Sayang, Mama kangen," lirih Lyana dengan suara bergetar. Dia memeluk baju mungil itu dan terisak hingga mengusik tidur Al.

Mendengar suara tangis istrinya, Al pun membuka mata dan mencari sumber suara. Dia melihat Lyana duduk bersandar di sofa sembari memeluk baju Cinta. Al menghela napas dalam, sudah sering terjadi dan tak heran lagi bagi Al. Selalu saja seperti itu jika Lyana teringat Cinta. Al turun dari tempat tidur lalu menghampirinya. Dia mengelus bahu Lyana dan mengecup pucuk kepalanya.

"Mamanya Cinta, jangan menangis. Cinta di sana pasti sudah bahagia, jangan lagi menangisinya, itu justru akan membuat Cinta sedih," bujuk Al halus.

Lyana menyeka air matanya, dia mendongak lalu memeluk perut Al.

"Aku kangen Cinta, Om Jang." Lyana kembali menangis di depan perut rata Al memeluk pinggangnya erat.

Al membalas memeluk kepala Lyana dan mengusap-usap rambut panjang nan lurusnya.

"Kalau kangen, aku pun juga kangen Cinta, Emes. Lebih baik kita mendoakannya yuk! Kita mandi dulu, terus salat Magrib. Sudah senja, matahari sebentar lagi tenggelam." Al meregangkan pelukan Lyana.

Al mengangkat dagu Lyana agar wajahnya menengadah pada dia. Al tersenyum lalu menurunkan bibirnya di bibir merah delima Lyana. Dia sedikit memagutnya dan terakhir Al mengecup mesra sebagai akhir ciuman mereka.

"Manis," celetuk Al dibarengi senyum lebar nan manis.

Lyana tersenyum malu, warna pipinya berubah menjadi merah jambu, tersipu, lantas dia mencubit perut Al.

Al terjengkit dan memekik, "Aw, sakit Emes." Sembari mengelus perutnya yang terasa perih dan ngilu.

"Manis??? Emang aku gula!" protes Lyana bangkit dari duduknya.

"Kamu tuh lebih dari gula," rayu Al memeluknya dari belakang dan menggiring Lyana masuk kamar mandi.

"Terus??" sahut Lyana menutup pintu kamar mandi.

Al memutar tubuh Lyana, sambil membuka kancing bajunya, lalu Al menjawab, "Bibir kamu tuh madu yang selalu membuatku candu dan ingin selalu mengulum dan menyecapnya."

Lyana mengulum bibirnya menahan tawa. Setelah bajunya diloloskan Al, dia melingkarkan tangan di leher suaminya.

"Kamu kok sekarang pinter gombal sih? Jangan-jangan ...." Lyana menyeringai curiga.

Al menyipitkan mata dan mengerutkan dahi.

"Jangan-jangan ...??? Apa???" lanjut Al tak memahami tatapan curiga Lyana.

"Kamu nggak selingkuh kan, Om Jang?" tuduh Lyana mengerling curiga.

"Astagfirullah, Emeeeees, jangan merusak suasana romantis kenapa sih? Sumpah demi Tuhan, aku nggak selingkuh dan aku setia sama kamu. Demi Tuhan, cuma kamu yang aku cinta." Al mengangkat kedua jarinya tanda sumpah.

"Benar???" Lyana masih saja mendesak.

"Ya Allah." Al mengusap wajahnya kasar. "Bener, Emes. Berani mati kalau aku sampai selingkuh!" sumpah Al meyakinkan istrinya.

Lyana pun percaya, dia memeluk Al dan berucap pelan, "Aku trauma dengan masa lalu kita."

Al menghela napas dalam lalu menjawab, "Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi diungkit, itu malah justru membuat aku merasa sangat bersalah sama kamu dan Cinta. Aku bukan ayah dan suami yang baik. Sempat menyia-nyiakan kalian."

Mereka saling berpelukan mencari ketenangan hati yang membuat perasaan gelisah.

"Kapan mandinya kalau begini terus. Keburu habis waktu salat Magrib." Al meregangkan pelukannya lalu melepas semua pakaiannya.

Lyana pun meloloskan sisa pakaian yang ia kenakan. Mereka membersihkan badan saling membantu menyabuni diiringi canda tawa.

***

Alain Ducasse! Ya! Di tempat itulah mereka kini menikmati makan malam. Restauran yang berada di atas menara Eiffel dibalut desain interor klasik nan mewah. Al dan Lyana disuguhkan keindahan kota paris dari ketinggian. Gemerlap lampu-lampu kota mewarnai gelapnya kota Paris.

Lyana selalu tersenyum dibuai dengan kata indah bibir Al. Sanjungan hangat dan pujian terlontar tulus darinya. Wanita satu-satunya yang telah menguasai hati Al dan memenangkan hidupnya yang akan selalu Al bahagiakan. Begitulah janji Al pada Lyana.

"Om Jang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Lyana di tengah makan malam.

"Nikmati saja yang ada sekarang, besok baru kita pikirkan ke mana akan pergi," jawab Al.

Itulah salah satu sifat Al yang Lyana suka. Suaminya tak banyak mengumbar kata, tapi perlakukan manis dan tindakan mengejutkan selalu membanjiri.

"Aku pengin ke jembatan Pont des Arts, yang dekat Louvre Museum," pinta Lyana.

"Oke. Besok kita ke sana."

"Bener ya?"

"Iya mamanya Cinta. Benar, tapi kamu bangunnya harus pagi ya?"

"Siap! Diusahakan bangun pagi kalau malamnya nggak ada yang ngajakin lembur," kerling Lyana.

Al tertawa renyah dan menyahut, "Kalau itu sih nggak tahu. Lihat entar deh, kalau si dedek bangun ya kamu harus menidurkannya."

"Tuh kan, mulaiiiiii." Lyana mengacungkan pisau steak ke arah Al.

Al menyingkirkan tangan Lyana. "Bahaya, jangan suka begitu," tegur Al.

Lyana menurunkan pisaunya. "Iya, iya."

Masa lalu mereka memang kelabu, tapi dengan cinta, Al dan Lyana dapat mewarnai hidup mereka dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan.

########

Lama banget nggak update. Kangeeeeeeen. Wkwkwkwkwk.
Miss you all.

Makasih vote dan komentarnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top