BOOM

Mata Andra menyalang amarah, kedua tangannya mengepal erat. Rahangnya mengeras dan giginya geregetan menahan perasaan jengkel bercampur dongkol. Wajahnya merah hingga pembuluh darah di samping dahinya tercetak jelas. Dia melangkah lebar masuk ke gedung yang sudah dihiasi janur kuning dan kain warna-warni. Banyak orang duduk di kursi dan keadaannya pun tenang. Di depan sana ada sepasang calon pengantin yang siap mengucapkan ijab kabul.

Andra datang dan langsung maju ke depan tidak memedulikan orang-orang yang menatapnya heran. Dia menarik kasar jas calon pengantin pria itu dan langsung memukul wajahnya tanpa ampun.

"Bangsat!!! Bajingan!!! Anjing!!!" umpat Andra terus menarik kerah baju Al hingga stelan baju pengantinnya kusam.

Semua orang yang ada di sana terkejut begitu juga dengan Al, apalagi Bianca. Tidak ada hujan tak ada angin, tiba-tiba badai datang. Lyana beruraikan air mata berdiri mematung di depan pintu.

"Dasar pria biadab, tidak bertanggung jawab!!! Lo sudah menghancurkan masa depan adik gue!!! Dan lo akan lepas dari tanggung jawab begitu saja!!! Hah!!!? Anjing lo!!! Biadab!!!"

'Bug! Bug! Bug!

Bogeman mentah berulang kali mendarat di wajah tampan Al dan bergantian ke perut sixspack-nya. Semua orang semakin dibuat bingung oleh ulang tamu tak diundang itu. Tiara dan Wira terkejut hanya bisa melihat putranya diamuk orang tak mereka kenal. Andra menarik kerah Al dan menyeretnya turun dari tempat ijab kabul. Dia mendorong Al hingga tersungkur di lantai. Al hanya pasrah, memang itu salahnya.

"Ini anak yang anda bangga-banggakan, Tuan dan Nyonya yang terhormat!!! Anak Anda sudah merusak masa depan adik saya dan sekarang malah mau menikah dengan wanita lain!!!" teriak Andra menunjuk-nunjuk Al tajam hingga suaranya menggelegar menguasai gedung acara pernikahan itu.

Bianca berdiri bergeming bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Semua tamu berbisik, Lyana hanya dapat menangis menahan malu serta takut.

"Maaf, kalau boleh saya tahu Anda ini siapa? Dan maksud Anda apa?" tanya Wira mendekati Andra berusaha tetap tenang meskipun dia sudah sangat malu.

Andra tersenyum miring dan tertawa remeh. Al berdiri mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Tak hanya itu saja, hidungnya pun mengeluarkan darah.

"Ooooh jadi keluarga lo nggak ada yang tahu? Brengsek!!!" Andra menambah pukulan keras di pipi Al hingga tubuh itu terpental membentur tembok.

"Cukup!!!! Stop!!!" pekik Bianca tidak tega melihat calon suaminya dipermalukan dan disakiti seperti itu.

Bianca mendekati Andra dan menampar wajahnya keras. Dia tidak terima pria tak dikenalnya memukul orang yang dia cintai.

"Dasar wanita tak tahu malu!" cibir Andra. "Asal lo tahu, calon suami lo itu sudah menghamili adik gue!!! Dan sekarang dia malah akan menikah sama lo!!!" teriak Andra keras memelototkan matanya tepat di depan wajah Bianca.

Seketika lutut Bianca lemas dan air matanya menggantung di pelupuk. Bibirnya kelu tak mampu membantah.

"Hei Tuan, jangan asal bicara ya Anda! Anak saya lelaki terhormat dan tidak mungkin melakukan hal hina seperti itu," bela Tiara merengkuh tubuh Bianca yang melunglai.

"Hah?! Cuih!" Andra berludah ke sembarang tempat. "Tanyakan saja kepada putra kesayangan Anda. Apakah dia menghamili adik saya atau tidak? Adik saya sampai diusir dari rumah dan si brengsek ini malah menyimpan rapat rahasia itu dari kalian hanya demi menjaga perasaan kalian semua dan...." Andra menunjuk Bianca. "Perasaan lo!!! Dia nggak memedulikan perasaan adik gue!!! Kalian pikir adik gue robot yang nggak punya perasaan, iya!!!" sentak Andra amarahnya meluap-luap.

Al hanya dapat menunduk malu, dia tidak berani mengangkat kepalanya. Wira menghela napas dalam, kepalanya terasa pening dan berat. Dia mengisyaratkan kepada penjaga, untuk membubarkan para tamu. Semua orang berhamburan keluar dari gedung yang sudah dihias apik bertaburan bunga serta kain bewarna-warni menghiasi atap gedung bercat putih itu.

"Apa kalian tahu bagaimana putra Anda memerlakukan adik saya?" Andra menyapu pandanganya menatap tajam ke arah Wira. "Dia ...!!!" Andra menunjuk Al tanpa memalingkan wajahnya dari Wira. "Menyimpan adik saya di hotel! Dan dia juga hanya meninggalinya uang untuk makan tanpa menjenguk dan melihat keadaannya bagaimana? Apakah itu perbuatan manusiawi?!!" sergah Andra dengan emosi meletup-letup.

Wira terdiam, sebenarnya dia juga sangat terpukul dan ingin marah pada Al. Namun jika dia meluapkan sekarang, keadaan akan semakin memanas.

"Al, apa benar semua yang dikatakan orang ini?" tanya Wira menahan sesak di dadanya.

Semua menatap Al yang sedari tadi setia menunduk.

"Al!!! Jawab!!!" sentak Bianca sudah menangis histeris.

Al langsung menjatuhkan diri berlutut di depan Bianca dan memeluk kakinya, menangis menyesal.

"Maaf kan aku, Sayang. Itu semua nggak sengaja dan kami melakukannya hanya sekali itu saja. Aku juga nggak tahu kenapa dia bisa hamil," jelas Al sambil menangis memohon pengertian Bianca.

Tubuh Tiara melemas dan kepalanya langsung terasa berat. Dia menjatuhkan tubuhnya di kursi, Wira menghela napasnya dalam, sudah cukup jawaban Al memperjelas semuanya.

"Kamu jahat sama aku!!! Aku benci sama kamu!!!" Bianca memukul-mukul Al sambil menangis histeris.

Lyana tidak mengharapkan ini semua terjadi. Dia hanya bisa diam dan menangis. Dia juga bingung, ini bukan maunya dan bukan impiannya, namun harus dia tanggung. Siap tidak siap, harus siap, karena semua sudah terjadi.

"Sudah, sudah, kita bicarakan baik-baik," sela Wira berusaha bijak dan mendinginkan suasana.

Orang tua Bianca menggelengkan kepala, tidak menyangka acara kebahagiaan anaknya berubah menjadi acara yang sangat menyedihkan dan memalukan!

"Ayo, kita duduk dan membicarakan ini," ajak Wira menarik kursi dan duduk.

Andra menghela napas dalam mengontrol emosinya. Dia menghampiri Lyana yang masih setia berdiri di depan pintu. Lantas mengajaknya duduk, merundingkan masalah itu dengan kepala dingin. Pembahasan dimulai dan Al juga mengakui semuanya. Dia juga menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Meskipun Al sudah jujur, tapi tetap saja Bianca belum bisa menerimanya.

"Baiklah kalau memang itu alasan kamu. Kalian boleh menikah, asal...." Bianca mengulur ucapannya.

Semua menatapnya, apalagi Andra, dia sudah bersiap mempertahankan hak adiknya.

"Asal apa?" tanya Al sedari tadi menggenggam tangan Bianca, wajahnya merah terlihat kacau.

"Setelah anak itu lahir kalian harus bercerai!"

Andra menarik napasnya panjang dan mengepalkan tangan. Ini tak adil untuk adiknya, tapi apa boleh buat? Demi status anak yang ada di rahim adiknya, Andra tidak dapat berbuat apa-apa.

"Iya, aku janji setelah anak itu lahir kami akan langsung bercerai!" sahut Al antusias tanpa berpikir panjang tidak sadar telah melukai perasaan Wira dan mengoyak hati Lyana.

Lyana merasa harga dirinya sebagai wanita sama sekali tak dihargai Al. Dia berpikir tidak ada manfaatnya menikah dengan Al. Andra mendengus kesal, dia berdiri begitu saja. Harga dirinya jatuh dan sudah diinjak-injak oleh Al. Saat dia ingin melangkah, Lyana menahan tangannya.

"Kak!" Lyana ikut berdiri. "Aku nggak mau menikah dengannya, tolong jangan paksa aku. Pasti ada cara lain menyelesaikan masalah ini tanpa aku harus menikah, Kak," mohon Lyana kembali menangis menatap sendu kakaknya dan wajahnya memelas.

Andra menangis dan menarik kepala Lyana ke dalam pelukannya. Adik kesayangannya yang selama ini benar-benar dia jaga kehormatannya, dengan mudahnya Al merobohkan pertahanan dia.

"Kita bisa gugurkan anak itu!" sela Tiara mengejutkan semuanya.

"Tidak!!! Aku tidak setuju!" sahut Wira cepat. "Apa-apaan kamu ini! Itu bukan jalan keluar yang baik. Sebaiknya kalian segera menikah," timpal Wira.

"Tapi, Pa...." Tiara ingin membantah, namun Wira langsung mengangkat tangannya memberikan syarat agar istrinya diam.

"Kak, please aku nggak mau menikah dengannya. Aku nggak pernah menyukainya." Lyana menggelengkan kepala menangis memohon kepada Andra.

Andra menangkup kedua pipi Lyana, air matanya terus mengalir membanjiri pipinya. Hatinya perih bagaikan teriris sembilu.

"Dengarkan Kakak, ini untuk sementara sampai anak kamu lahir. Cuma sebagai status anak yang kamu kandung. Setelah itu Kakak janji, kita akan mengurus anak kamu bersama." Andra memeluk Lyana erat menyalurkan kasih sayangnya.

"Kakak, aku nggak mau," lirih Lyana tidak rela jika harus menikah dengan Al, pria yang sudah menghancurkan hidupnya.

Masa remajanya hilang terenggut oleh pria yang tidak pernah dia kenal. Hati Wira terkoyak-koyak, sakit dan teriris-iris perih menyaksikan kehancuran gadis yang pernah dia banggakan. Parahnya lagi, putranyalah yang sudah menghancurkan masa depan siswi berprestasi kebanggaannya.

############

Pesan buku kirim lewat WA atau SMS di nomor 0896-2260-8381 dengan format:

Nama:
No HP:
Alamat lengkap:
Judul buku: THERE'S SOMEONE FOR SOMEONE
Jumlah:

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top