XXXIV. The Truth
🍂There is no third chance 🍂
.
.
.
Pelan-pelan ya baca nya, klo ada Typo maaf yup itu manusiawi 🙃 yuk silahkan di baca dan tinggal kan jejak kalian kawan-kawan
.
.
.
Pagi ini perasaan Taehee menjadi semakin tidak menentu, dia selalu saja gelisah dari kemarin sore bahkan dalam tidur nya sekali pun. Entahlah Taehee sungguh tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
"Bibi Shin, bisa tunjukkan dimana tempat alat kebersihan?" Tanya Taehee pada Bibi Shin yang tengah asik memasak.
"Untuk apa Nyonya?"
"Aku memecahkan gucci yang ada di ruang tengah, entahlah perasaan ku selalu gelisah dan tanpa sengaja menjatuhkan nya."
"Biar saya saja yang membersihkan nya Nyonya, Nyonya istirahat saja. Wajah anda nampak pucat, seperti nya tidur Nyonya tidak nyenyak semalam."
"Ah tidak perlu bibi, bibi lanjutkan saja memasak nya. Jaejun dan Seokjin sebentar lagi akan turun untuk sarapan."
Bibi Shin hanya mengangguk, dan memberitahu dimana letak alat kebersihan berada. Di sinilah Taehee, di dalam gudang belakang yang berada tepat samping kolam renang.
"Kenapa ada ranjang di dalam gudang? Apakah ada yang tidur di sini?" guman nya ketika mendapati sebuah ranjang kecil di sudut gudang.
Taehee kembali melangkah ke dalam dan tanpa sengaja menginjak sebuah kertas usang, sekali lihat siapa pun tahu bahwa kertas itu adalah sebuah kertas hasil ujian. Taehee mengambil nya dan Menatap lekat tulisan yang berada di sana. Itu adalah hasil ujian matematika dengan nilai sempurna.
"Kim Taehyung?"
Taehee mengerutkan kedua alis nya, dia mengenal Taehyung tapi seingat nya Taehyung memiliki marga Ahn bukan Kim sebab suami bibi Shin memang bermarga Ahn. Bukankan Jaejun bilang Taehyung adalah anak bibi Shin?
Taehee membalik kertas itu dan di ujung pojok kiri ada sebuah tulisan khas anak kecil, dengan kata-kata yang begitu menyayat hati nya.
"Tae ingin ibu mengecupi pipi Taetae seperti bibi Chaerin yang mengecupi pipi Jimin ketika dia mendapat nilai delapan. Tapi kenapa ibu malah memukul Taetae padahal Tae mendapatkan nilai sepuluh? Ibu benci Taetae ya? Taetae terlalu nakal ya bu? Maafkan Taetae bu, Taetae berjanji tidak akan nakal lagi dan menjadi anak yang baik agar ibu mau mengecup pipi Taehyung."
Taehee semakin bingung, setau dia bibi Shin itu sangatlah penyayang dan tidak mungkin memukul seseorang apalagi putra nya sendiri. Taehee membuka sebuah kotak berukuran sedang berisi lembaran-lembaran hasil ujian dan satu buku gambar dari bawah ranjang kecil tadi. Taehee membuka buku gambar itu dan melihat sebuah gambar yang tidak terlalu bagus namun begitu bermakna.
Ayah, Ibu, SeokJin-ie Hyung, dan Jungkook-ie.
Itu adalah keterangan dari gambar yang Taehee lihat, gambar satu keluarga yang terlihat begitu bahagia. Tapi bila di teliti lebih jauh tepat nya di bagian sudut Taehee mendapati seorang anak kecil yang berdiri di sana sendirian.
Ini Taetae.
"Akhhh!"
Taehee menjatuhkan buku gambar itu dan memegangi kepala nya yang mendadak berdeyut nyeri. Entah kenapa Kepala nya begitu sakit setelah beberapa potong klise berputar di dalam pikiran nya. Sakit itu semakin menjadi membuat Taehee seketika jatuh dari posisi berdiri dan berujung tak sadar kan diri.
.
.
.
.
Hari ini adalah jadwal keluarga Kim melangsungkan foto bersama untuk foto keluarga mereka, Seokjin dan Jungkook terlihat sangat tampan dengan setelan jas berwarna putih di padukan dasi kupu-kupu berwarna hitam yang nampak apik dan serasi di tubuh mereka. Taehee mengenakan dress putih selutut dengan pita kecil di bagian pinggang sedang Jaejun mengenakan kemeja putih yang di padukan dengan jas hitam dan dasi bermotif vintage.
Bertanya Taehyung? Sayang sekali anak itu hanya berdiri di sudut ruangan sembari meremas pakaian lusuh nya. Taehee melarang Taehyung ikut bergabung bersama mereka sebab Jaejun mengancam apabila Taehyung ikut berfoto maka dia akan membatalkan acara foto keluarga ini.
"Permisi Tuan, boleh saya tahu siapa anak yang berdiri di sana?" Sang Fotografer bertanya pada Jaejun sembari melirik Taehyung.
"Ah dia bukan siapa-siapa, sudah bisa di mulai sesi foto nya?" Ujar Jaejun di akhiri pertanyaan.
"Ya, baiklah. Mari kita mulai."
Mereka berfoto sekitar tiga puluh menit dan selama itu Taehyung tetap berdiri di sudut memperhatikan mereka yang terlihat sangat bahagia tanpa ada dirinya di sana. Setelah selesai mereka langsung berganti baju di kamar nya masing-masing, kecuali Taehee yang kini menghampiri Taehyung dan menarik lengan kecil anak itu dengan kasar tanpa perasaan.
"Kau ikut aku!"
Taehee membawa Taehyung ke tepi kolam renang dan mencubiti perut anak itu menggunakan kuku tangan nya.
"Kenapa kau terus berdiri di sana hah?! Ingin membuatku malu, iya? Rasakan saja."
"Ibu, sakit. Maaf hiks hiks maafkan Taetae bu." Taehyung menangis sebab cubitan Taehee sangatlah sakit menurut nya.
"Ibu dan yang lainnya akan makan malam di luar dan kau tetap berdiri disini hingga Ibu pulang nanti, mengerti?!"
Taehyung tersentak sebab Taehee membentak dan memukul kepala nya menggunakan kepalan tangan, membuat kepala nya menjadi bertambah pening. Taehyung demam sedari tadi pagi, demam nya baru saja turun tadi siang setelah Jungkook mengompres dahi nya menggunakan air dingin dan sekarang suhu tubuh nya kembali menghangat.
Taehyung sudah berdiri di pinggir kolam renang itu selama empat jam, hari pun berubah menggelap sebab matahari telah terbenam sejak dua jam yang lalu. Taehyung mengusap peluh yang sudah membasai dahi. Kepala nya pening dan berat sekali, perut nya juga perih sebab belum terisi makanan sejak pagi dan kini di perparah rasa sakit akibat cubitan Taehee.
Di sisi lain Bibi Shin baru saja kembali dari rumah nya, setelah cuti selama dua hari sebab sang Suami sakit karena ke lelahan bekerja. Bibi Shin berjalan menuju kamar nya namun pergerakan nya Tiba-tiba terhenti karena sebuah suara.
Byurrr
Bibi Shin seketika berjalan menuju kolam renang dan alangkah terkejut nya ketika mendapati sang Tuan muda jatuh tercebur ke dalam kolam itu dengan kondisi tak sadar kan diri
"Astaga, Tuan muda!"
.
.
.
"Taetae, Taehyung!"
"Taehyung-ah!"
Taehee membuka kedua kelopak mata nya dan mendapati Seokjin beserta Jaejun di sekeliling nya, Taehee mencoba bangkit dari posisi berbaring dan dengan sigap Jaejun membantu nya namun di luar ekspektasi Taehee malah menepis uluran tangan sang Suami.
"Jangan sentuh aku! Aku membenci mu Berengsek!" umpat nya.
Jaejun dan Seokjin seketika di buat bingung akan sikap Taehee barusan.
"Apa maksud mu sayang? Kenapa kau berkata begitu? Dan juga kenapa kau bisa pingsan di dalam gudang, apa yang sudah kau lakukan hm?" Jaejun berbicara dengan lembut.
Taehee seketika terisak isak pilu di atas ranjang nya, dia sudah ingat semua nya. Taehee ingat siapa itu Kim Taehyung, dia adalah Taetae kecil nya yang selama ini selalu di perlakuan semena mena dan tidak adil oleh dirinya. Taehee juga mengingat kejadian di mana ia terjatuh dari lantai dua, saat itu dia ingin memeriksa keadaan Taehyung sebab anak itu terlihat tidak baik-baik saja. Dia adalah seorang mantan dokter dan dia tentu tahu bahwa Taehyung nampak sangat kesakitan kala itu.
"Kenapa kau mengusir Anak ku Berengsek, Taehyung-ie ku hiks hiks kau lupa Jaejun? Taehyung mengalami cidera pada Jantung dan paru-paru nya dia tidak baik-baik saja setelah kejadian itu, tapi kau tetap mengusir nya?! Kau bahkan menutupi semua fakta dari diri ku! Tega sekali kau Dasar biadap!"
"Cepat Cari Anak ku sialan! Cari Taetae, cari Taehyung-ie ku sekarang!"
Jaejun menatap sengit Taehee sebab tiba-tiba membahas bocah sial itu lagi.
"AKU TIDAK MAU! Lagian di bukan anak ku!"
"Taehyung anak mu! Sudah berapa kali aku bilang dia darah daging mu KIM JAEJUN!"
"Tunjukkan pada ku bukti jika Bocah sial itu anak ku!"
Plakkk
"Dasar Berengsek! Sekali lagi ku dengar kau menyebut nya begitu, detik itu juga aku akan merobek mulut mu Kim!"
Hari ini giliran Jungkook yang menjaga Taehyung sebab Nara sudah menjaga nya semalaman. Kondisi Taehyung tetap seperti tadi malam, tak ada yang berubah. Taehyung bahkan tidak tidur dari semalam sebab rasa sakit itu terus saja menghujam tubuh rapuh nya seakan akan tak membiarkan nya terlelap barang sedetik pun.
"Jung, Sak—kit." rintih nya dengan suara nyaris tak terdengar.
"Tahan ya Hyung, Hyung harus melawan rasa sakit nya. Aku percaya kau akan menang sebab Taehyung-ie hyung ku itu kuat sekali." Jungkook menggenggam tangan Taehyung erat menggunakan tangan kanan nya guna menguat kan sang Kakak, tangan kiri nya dengan telaten mengusap surai Taehyung yang basah karena keringat.
"Jung." Taehyung menatap Jungkook dengan pandangan sayu.
"Hm? Hyung butuh sesuatu?"
Taehyung menghela napas berat nya membuat masker oksigen yg dia gunakan nampak mengembun.
"Bisa kau masukan semua surat ugh hh hah surat yang ku buat ke dalam amplop putih itu?"
"Aku mohon." Lanjut nya ketika mendapati Jungkook sama sekali tak membalas ucapan nya.
Jungkook bukannya tidak mau, dia hanya berpikir dan merasa bahwa sang Kakak sudah terlalu lemah kah? Hingga tidak mampu mengerjakan hal kecil seperti itu?
"Baiklah aku mau."
Cklek
Pintu ruang rawat nya terbuka menampakkan tubuh kecil Baekhyun dari balik nya, dokter muda itu terlihat luar biasa kacau. Wajah bengkak dengan mata sembab dan kantung mata menghitam, tak lupa hidung bersemu serta rambut berantakan adalah aksesoris nya. Bahkan baju dan jas kedokteran laki-laki itu nampak kusut dan sedikit kotor seperti nya Baekhyun tidak pulang kerumah dalam beberapa hari.
"Tae?" panggil nya dengan suara serak.
Taehyung menoleh dan tersenyum walau samar nyaris tak terlihat lengkungan senyum nya.
"Sakit sekali ya? Maafkan hyung yang tak bisa menyembuhkan mu Tae, aku merasa tidak berguna hiks hiks." Baekhyun berlutut di samping ranjang dengan kepala tertunduk.
Taehyung menggeleng pelan, dia tidak setuju atas ucapan Baekhyun tadi. Semua ini terjadi bukan karena Baekhyun, semua yang terjadi pada dirinya adalah takdir yang sudah di garis kan pada hidup nya dan bukan salah siapa pun. Taehyung berniat bangkit dari posisi nya namun fakta bahwa dirinya bahkan tidak bisa bernapas dengan normal pun kembali menyadarkan niatan nya.
"Hyung Uljima-yo, nan Gwaenchanh-a."
"Kau adalah malaikat bagi diri ku hyung, jangan menangis. Aku baik-baik saja."
Baekhyun bangkit, menaruh tangan nya pada ceruk leher Taehyung berniat merengkuh tubuh ringkih itu pelan agar tidak menyakiti nya.
Baekhyun terisak begitu kencang, sesekali Baekhyun akan menciumi dahi Taehyung atau sekedar mengusap kepala nya. Dia tidak akan sanggup apabila harus kehilangan Taehyung, si peri kecil penyembuh luka dan pemberi tawa dalam kehidupan singkat nya.
Baekho, Minseok, Yoongi dan Namjoon terlihat berdiri tepat di depan Rumah mewah dan megah milik pengusaha kaya Kim Jaejun.
Ya mereka disini, mereka hanya beralasan saja pada Taehyung tentang kepergian mereka masing-masing.
Mereka memang sudah merencanakan untuk pergi ke rumah ini dan memberitahukan semua fakta yang ada, tentu saja tanpa persetujuan Taehyung. Bahkan Minseok pun mengingkari janji nya pada Taehyung.
"Maafkan paman Tae, paman melanggar janji ini demi kebaikan dan kebahagiaan mu."
Mereka sudah berada di dalam rumah jaejun setelah salah seorang pelayan mengijinkan mereka masuk. Lima menit kemudian mereka mendengar suara ribut dari atas anak tangga dan benar saja disana Jaejun serta Seokjin terlihat tengah berupaya menghentikan langkah kaki Taehee.
"Lepaskan aku! Jika kau tidak mau mencari anak ku, biar aku sendiri yang mencari nya! Kau bahkan sampai sekarang belum bisa menemukan Jungkook!"
"Astaga Taehee, jangan seperti ini! Kenapa kau keras kepala sekali sih?!"
"Bu, kita bicarakan lagi nanti. Ibu baru saja sadar dari pingsan, Seokjin takut ibu kembali tumbang nanti."
Mereka berjalan hingga lantai satu tanpa menyadari ke empat manusia yang memandang mereka dari arah ruang tamu rumah mereka. Hingga...
"Jaejun/Taehee." Suara Baekho dan Minseok menghentikan perdebatan mereka.
Deg!
"Jaehyuk Hyung?"
"Minseok Oppa?"
.
.
.
.
Empat puluh menit Mereka berbincang dengan segala perdebatan yang mewarnai sesi pembicaraan mereka. Mereka semua menceritakan kejadian itu dalam sudut pandang masing-masing, Minseok dari sudut pandang nya begitu pula Jaejun dan Taehee sedang Baekho mewakili sudut pandang Nara.
"Taehee sudah hamil sebelum aku tidur dengan nya. Lagi pula aku sama sekali tidak berbuat apapun pada Taehee, sungguh." Jelas Minseok pada Jaejun yang hanya bisa terdiam dengan wajah super pucat nya.
"Taehyung anak mu, begitu pula Namjoon. Dia anak mu dengan Nara." Baekho mengusap punggung punggung Jaejun yang nampak bergetar menahan satu isak yang nyaris keluar.
"Jaejun Hyung harap kau mau menyayangi Taehyung setelah ini, anak itu sudah terlalu menderita selama ini." imbuh Baekho.
Jangan panggil aku Ayah! Aku bukan ayah mu!
Anak tidak tau diri, sudah untung aku mau menampung dirimu di rumah ku tapi kau malah mempermalukan aku?!
Terima ini anak sial
Bugh
Bugh
Plakkk
Ke luar dari rumah ku Sialan, pergi kau dan bawa semua kesialan mu itu!
"Tidak, Tidak, Tidak! Taehyung, Ayah bersalah! Maafkan Ayah nak! Hiks hiks."
"Hyung dimana Taehyung? Dimana anak ku hiks hiks aku mohon beri tahu aku!"
"Busan, Dong-eui Medical Center. Taehyung sakit Jaejun."
Deg!
Dah 😂
-Ifa 💜
Lampung, 20 agustus 2020
Lampung, 11 maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top