XXXII. Be Over
🍂There is no third chance 🍂
.
.
.
Vote dan komen sebanyak-banyaknya ya kawan2 biar aku tambah semangat 🤭
Oke, Happy reading guys and sorry for typo okey ☺️
.
.
.
Setiap manusia pasti memiliki kecacatan nya masing-masing, entah berupa kecacatan raga atau kecacatan jiwa. Tidak ada manusia sempurna di dunia ini, yang ada hanyalah manusia yang mencoba untuk sempurna di tengah kecacatan nya. Salah satu nya adalah Taehyung, Dulu raga nya baik-baik saja namun tidak dengan jiwa nya, Jiwa nya kotor sebab terisi penuh dengan begitu banyak kebencian, iri hati dan dendam kepada mereka semua yang telah menyakiti nya.
Sekarang semua nya telah berubah, raga yang semula baik baik saja pun kini berubah rusak dan perlahan lahan hancur kemudian mati, tapi satu hal yang pasti, Taehyung tidak akan pernah membiarkan jiwa nya ikut mati bersama raga rusak nya. Taehyung perlahan-lahan mulai menghilangkan semua Kebencian, rasa iri dan dendam yang ada.
Taehyung hanya mencoba berlapang dada menerima semua nya sebab kini rasa sakit itu telah berperan besar mengantarkan dirinya kedepan pintu kebahagiaan.
Sama hal nya pelangi yang datang setelah hujan, kebahagiaan pun sama dia datang setelah seseorang melalui begitu banyak rasa sakit.
Taehyung menutup buku coklat yang Jungkook berikan kepada nya tempo hari, besok adalah hari ulang tahun nya jadi Taehyung yakin hari ini pasti akan sangat sibuk dan melelahkan sebab menyiapkan semua keperluan acara ulang tahun nya.
Taehyung turun dari atas ranjang setelah menaruh buku dan pena ke dalam laci meja nakas, dia melangkah menuju sudut ruangan dan kembali ke ranjang dengan tangan yang menarik sebuah troli berisi tabung oksigen kecil. Taehyung menahan nafas sejenak dan dengan gerakan cepat tangan nya memindahkan selang oksigen yang tadi nya terhubung dengan tabung oksigen besar samping ranjang dengan tabung oksigen kecil di atas troli.
Taehyung berjalan lagi menuju cermin besar samping lemari, dia membenarkan letak beanie hitam yang terpasang di atas kepala. Mata nya menatap sendu selang bening yang terpasang di hidung nya dari pantulan cermin besar itu.
"Kau sangat menyedihkan." lirih nya.
Tangan kanan nya merogoh saku celana mengambil lip balm yang Nara berikan kepada nya kemarin dari dalam sana. Taehyung mempoles bibir pucat dan kering nya menggunakan benda itu guna mengurangi rona pucat yang ada.
"Tae, Sedang apa?"
Namjoon berdiri di ambang pintu kamar Taehyung, dia datang atas perintah Nara sebab mereka semua sangat khawatir karena Taehyung terlalu lama berada di kamar nya.
"Eoh? Hanya bercermin hyung. Melihat seberapa jelek dan menyedihkan nya diri ku. Hehehe."
Tidak tahu kah Taehyung bahwa kalimat itu sungguh menyakitkan untuk di dengar? Terlebih suara kekehan yang terkesan di paksaan itu mampu merobek beribu-ribu lapisan perasaan seorang Kim Namjoon.
"Hyung? Joon-ie hyung? Tidak ikut turun?"
Namjoon tersadar dari lamunan nya dan Menatap Taehyung yang sudah berdiri di ujung anak tangga, siap turun kelantai satu.
"Seperti nya hyung terlalu asik melamun tadi, Troli nya biar hyung saja yang bawa ya."
"Eum, bolehkah?"
"Tentu saja! Kajja!"
Di lantai satu semua orang tengah sibuk dengan aktivitas nya masing-masing, Baekhyun, Yoongi, Hoseok, Jungkook dan Jimin terduduk di atas karpet besar. Mereka asik dengan berbagai macam hiasan dan dekorasi pesta padahal Taehyung bilang untuk tidak usah menghiasi rumah sebab dirinya bukan anak umur lima tahun yang suka dengan balon-balon dan hiasan ke kanakan itu.
"Jim, kau tidak usah meniup balon nya napas mu bau."
Jimin yang sudah berniat meniup balon berwarna ungu itu terhenti karena perkataan datar Yoongi.
"Kenapa sih sikap mu tetap begitu pada ku Yoongi hyung? Satu tahun sudah berlalu tapi kau selalu saja menghina ku!"
Jimin berbicara menghadap ke arah Jungkook bukan Yoongi, Jungkook menatap Jimin sengit sebab orang bantet itu berbicara dengan semburan lava yang keluar mengikuti ucapan nya.
"Augh! Air liur mu mengenai wajah ku hyung! Lagian aku Jungkook bukan Yoongi Hyung tahu!"
"Eh? Jungkook maaf ya, kau tahu kan aku tidak bisa melihat?"
Jungkook menghela nafas, sebab mengerti kondisi orang yang ada di hadapan nya ini. "Iya aku maafkan."
"Lagi pula kau salah mengartikan ucapkan Yoongi hyung Jimin hyung , Yoongi hyung itu sebenarnya tidak ingin membuat mu lelah karena meniup balon tapi karena dia gengsi jadi ya begitulah kata-kata yang keluar dari mulut nya." lanjut Jungkook.
"Jungkook yang baru mengenal Yoongi Hyung saja mengerti tapi kau yang sudah enam tahun mengenal nya tidak paham maksud perkataan nya Jim?" celetuk Hoseok.
"Iya iya, yang saling bersaudara kini bekerja sama menyudutkan ku! Yeol-ie hyung mereka menakali ku lagi!" pekik Jimin kepada Chanyeol yang tengah berbincang bersama para tetua, seperti nya Chanyeol sudah dewasa sekarang.
"Yeol, adik mu memanggil mu." Ujar Jisang pada putra sulung nya.
"Biarkan saja Appa, aku malas menghadapi ke manjaan nya."
Mereka semua tertawa karena perkataan Chanyeol barusan, sebab bocah jangkung itu berbicara dengan raut wajah kesal sekaligus jijik.
"Hei, Chan dia adik mu kenapa kau memasang wajah Jijik begitu?" Baekho mengusap surai anggota termuda dari mereka semua.
"Oh iya, Paman ingin berterima kasih pada mu nak. Terima kasih karena sudah membantu paman selama ini." lanjut nya.
Selama ini Chanyeol lah yang membantu mencari di mana keberadaan Minseok dan yang lainnya, Baekho juga selalu bercerita segala hal yang terjadi kepada si sulung keluarga Park dan karena hal inilah Chanyeol tahu semua permasalahan yang terjadi. Kenapa Baekho memilih Chanyeol bukan Baekhyun? Sebab Baekho tahu anak tunggal nya itu masihlah kekanakan di banding Chanyeol.
"Terima kasih karena membantu menyadarkan paman juga ya." kini minseok yang berujar.
"Sama-sama paman, lagian aku melakukan nya demi Taehyung dan kebahagiaan nya juga."
Ya semua nya memang karena anak itu, mereka tersenyum sebab semua penderitaan itu sudah sepenuhnya melepaskan jeratan nya pada Taehyung.
"Yeobo! Tolong pergi ke supermarket dan belikan telur serta Tepung terigu ya!"
Dari arah dapur teriakan Chaerin terdengar, menginstruksi sang suami-Jisang.
"Ya baiklah!"
Jisang bangkit dari sofa berniat menjalankan perintah dari sang istri tercinta.
"Aku ikut kawan, ada sesuatu yang ingin aku beli." Baekho juga bangkit dari posisi nya mengikuti Jisang.
Bertepatan dengan itu Namjun dan Taehyung datang dari arah tangga dan mendudukan tubuh mereka pada sofa itu, namun tiba-tiba Chanyeol menarik Namjoon untuk pergi bersama nya.
"Ayo kita pergi Namjoon, dan paman silahkan berbincang dengan Taehyung."
Namjoon yang awal nya tidak mengerti pun akhirnya tahu maksud dari perkataan Chanyeol.
Setelah mereka berdua pergi, Minseok maupun Taehyung sama-sama diam membiarkan rasa canggung terus melintas di antara mereka berdua. Hingga__
"Jadi paman bukan Ayah ku ya?"
Suara lirih Taehyung menguar memecah kecanggungan yang ada. Minseok menghela napas sebelum menjawab pertanyaan anak polos yang duduk di sebelah nya.
"Bukan nak, paman bukan Ayah mu. Jaejun Ayah mu Tae, Paman yang bersalah sebab menghasut dia untuk percaya bahwa kau bukanlah anak nya."
"Kenapa? Kenapa paman melakukan nya?"
Deg!
Minseok terhenyak di tempat nya duduk, mungkin Taehyung tidak akan percaya dan mengerti dengan penjelasan nya.
"Maaf nak, Paman akan menceritakan semua nya pada mu tapi biarkan paman memantapkan hati untuk mengingat kejadian itu."
Tanpa di duga Taehyung malah mendekap nya dengan dekapan yang begitu erat.
Grep
"Tidak apa paman, Paman tidak perlu menjelaskan nya. Mama dan papa sudah menjelaskan semuanya pada ku. Maafkan semua kesalahan keluarga ku paman, aku tahu kata maaf dari ku ini tidak akan mengembalikan semua keadaan seperti semula atau bahkan menghidupkan bibi hana lagi. Tapi aku akan tetap mengucapkan kata itu pada paman sebab aku percaya kata maaf ku ini sedikit mampu menghibur hati paman yang terluka."
Boleh Minseok menangis? Bagaimana bisa hati anak ini begitu lembut dan mulia? Di saat setiap orang ingin bersikap egois dengan hanya memikirkan kesakitan nya anak ini malah lebih mementingkan kesakitan orang lain terlebih orang yang telah menyakiti nya.
"Tae, maafkan paman. Seharusnya kau membenci paman atau apapun itu, Paman bersalah karena membenci diri mu yang bahkan mengerti tentang kesakitan ku."
Taehyung menggeleng pelan tanda tak setuju dengan ucapan Minseok. "Aku rela menjadi pelampiasan kebencian mu paman asalkan semua itu bisa mengurangi penderitaan mu."
Minseok terisak semakin kencang, hati nya sakit sekali mendengar tutur kata Taehyung yang begitu lembut namun bagai belati.
"Tunggu sebentar lagi nak, Paman akan memperbaiki semua kesalahan pada mu. Paman akan pergi menemui Ayah mu dan menceritakan semua nya"
Taehyung melepaskan rengkuhan nya, menatap Minseok sejenak kemudian kembali menggelengkan kepala nya.
"Tidak paman, Paman tidak perlu menceritakan semua itu pada Ayah. Aku tidak ingin Ayah terluka jika mengetahui segala nya, biarkan Ayah bahagia dengan ketidaktahuan nya. Lagipula cepat atau lambat aku akan mati, jadi biarkan semuanya seperti ini."
Deg!
Mereka semua mendengar pembicaraan Taehyung dan Minseok diam diam, mereka menangis mendengar perkataan Taehyung tadi. Sungguh mereka ingin Taehyung bahagia dan tersenyum tulus dengan senyuman paling manis.
"Tuhan biarkan Taehyung bahagia."
Tiga puluh desember, adalah hari kelahiran dari si kesayangan semua orang. Malam ini salju kembali turun seakan ikut bahagia dan bersuka cita untuk pemuda yang kini menatap kagum butiran putih itu dari balik jendela kamar nya.
Semua orang mengunci dirinya di dalam kamar, mereka ingin membuat kejutan untuk nya. Entahlah Taehyung sedikit pun tidak di beri tahu.
Taehyung beranjak dari depan jendela menuju ranjang lebih tepat nya meja kecil samping ranjang nya. Taehyung duduk di atas ranjang dengan tangan yang mencengram kuat dada sebelah kiri sebab seperti nya benda kesayangan nya itu berulah lagi.
"Eugh, Sakit sekali." lirih nya.
Taehyung mengeluarkan sebuah pil putih dari dalam tabung bening yang dia ambil dari dalam laci meja nakas. Taehyung menegak air putih yang ada di dalam gelas kaca setelah meletakkan pil itu di mulut nya.
Taehyung juga memutar regulator oksigen pada tabung guna meningkatkan kadar oksigen menjadi 6 liter per menit, dada nya sesak sekali sedari tadi sore.
Cklek
"Sayang."
Nara masuk tepat setelah Taehyung selesai dengan aktivitas nya, Nara melangkah mendekat ke tempat Taehyung duduk.
"Sayang, kenapa? Dada nya sakit lagi hm? Mau di batal kan saja acara nya dan istirahat? Wajah mu pucat sekali nak."
"Tidak ma, Taehyung baik kok. Mama berlebihan, wajah Tae kan memang selalu pucat."
Baiklah, Nara tidak akan pernah menang beradu argumen dengan Taehyung.
"Oke baiklah. Sudah siap sayang? Yuk turun bersama mama."
Nara meraih lengan Taehyung untuk dia papah, sebab Nara yakin Taehyung tidak baik-baik saja karena Nara melihat jelas bekas remasan di baju Taehyung tepat di dada sebelah Kiri nya.
Mereka berjalan Beriringan dengan Nara yang terus menjadi tumpuan Taehyung untuk berjalan.
"Ma kenapa gelap sekali? Tae tidak bisa melihat."
Setelah Taehyung mengucapkan itu, lampu ruang tengah pun menyala memperlihatkan mereka yang berdiri dan Menatap nya dengan senyuman begitu lebar.
Saengil Chukhahamnida
Saengil Chukhahamnida
Saranghaneun Taehyung-ie
Saengil Chukhahamnida
Mereka bernyanyi begitu keras nya ketika Taehyung dan Nara menuruni satu persatu anak tangga. Taehyung tersenyum begitu manis, ketika mereka menarik lengan nya lembut berniat membimbing dirinya menuju kue tart besar buatan Nara dan Chaerin kemarin.
For My Beloved
My baby boy and My World
We love you, Taehyung.
Itu adalah tulisan yang tertera di atas kue itu, Taehyung hampir menangis ketika membaca nya. Nara pun mendekat dan mencium dahi Taehyung penuh kasih sayang.
"Happy birthday My Baby, mama menyayangimu."
Cup
Mereka pun tidak ingin kalah daripada Nara, mereka satu persatu mengucap selamat ulang tahun pada Taehyung dan juga di akhiri dengan kecupan sayang.
"Tiup lilin nya sayang ku." tutur Chaerin.
"Dan jangan lupa ucapkan permohonan mu nak." Tambah Baekho sembari mengusak rambut hitam Taehyung.
Taehyung mengangguk, kemudian menutup mata nya dan mengucapkan sebuah permohonan.
"Tuhan Aku berdoa semoga Mereka semua selalu bahagi, entah dengan ku atau tanpa aku."
Fyuhh
Tanpa Taehyung tahu mereka pun ikut mengucapkan sebuah permohonan.
"Kami hanya ingin Taehyung bahagia."
.
.
.
Taehyung duduk di sofa panjang itu sendiri, sebab tubuh nya lemas sekali di tambah pinggang kiri nya yang berdenyut nyeri di sertai rasa panas bagai terbakar.
Di sela rasa sakit nya Taehyung memandang mereka semua dan tanpa sadar merekahkan senyum nya. Melihat mereka Bahagia adalah kebahagiaan terbesar bagi Taehyung.
"Tuhan, Terima kasih karena Engkau mengizinkan aku bahagia. aku bahagia sekarang." batin nya.
Tes
Tes
Tiba-tiba cairan anyir itu menetes dari kedua lubang hidung nya setelah mengotori selang nasal cannula yang memang terpasang di sana. Taehyung dengan cekatan melepas selang bening yang telah ternodai oleh noda merah itu sedang tangan satu nya meraih kotak tisu yang berada di meja kaca tepat di hadapan nya.
Taehyung mulai bernafas menggunakan mulut, dia merasa dada nya begitu sesak setelah selang itu di lepas.
"Astaga Tae!" Hoseok memekik keras membuat seisi rumah seketika mengalihkan pandangan menuju objek yang hoseok sebut.
Mereka langsung berhambur mendekati sosok yang tengah kepayahan mengatur nafas nya sendiri.
"Sayang, kenapa tidak panggil mama?" tutur cemas Nara.
Taehyung tidak menjawab sebab tubuh nya terlampau sakit saat ini, Taehyung merasa banyak sekali yang menyentuh tubuh nya di sana sini bahkan dia juga mendengar suara pekikan yang terus saja meneriaki nama nya.
Lama kelamaan pandangan nya memburam, semua sosok yang berada di dekat nya berubah menghitam bahkan suara teriakan itu berubah menjadi dengungan panjang yang menyakitkan. Setelah itu Taehyung benar-benar tidak bisa merasakan apa pun lagi.
"Astaga sayang!"
"Tae! Kim Taehyung!"
Yang pamer di kasih penghargaan, penambah mood.
Yaudah itu aj ya..
Oh iya disini yang sekira ny baca cerita The tower Magic of shadow, aku cuma mau bilang ini squel nya udh ad ya... Bisa kalian baca.... Jangan lupa juga tinggalkan jejak seperti Vote dan komen... Makasih
-Ifa 💜
Lampung, 12 agustus 2020
Lampung, 09 maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top