XXVIII. Deja Vu

🍂There is no third chance 🍂
.

.

.

Ini pendek dan banyak Typo because aku mls ngedit nya

Hehehe 😂😁

Happy reading guys and sorry for typo okey ☺️

.

.

.

"Aku akan tetap menikahi hyuna walau tanpa restu Appa!"

Suara menggelegar sosok berwajah tegas mengisi ke sunyian di salah satu rumah mengah milik pengusaha terkaya korea Kim Jaesuk.

"Baiklah! Kau nikahi perempuan miskin itu tapi jangan harap setelah ini Appa masih mengakui dirimu sebagai seorang anak Kim Jaehyuk!"

Jaesuk menatap garang wajah si putra sulung—Jaehyuk. Di ujung sana si putra bungsu atau lebih tepat nya adik kembar dari Jaehyuk tengah menyaksikan pertengkaran mereka dengan wajah kelewat tegang. Jaehyuk dan Jaejun si kembar berbeda iras serta kepribadian, Jaehyuk dengan sifat tegasnya dan Jaejun dengan sifat lembut nya. Mereka hadir untuk saling melengkapi hidup seorang Kim Jaesuk.

"Mau bagaimana atau berapa kali pun Appa mengancam, aku akan tetap teguh dengan pendirian ku!"




Plakk.....




"Sudah berani membangkang rupanya? Kenapa kau tidak pernah mau menurut seperti Jaejun hah?!"

Jaesuk menampar keras wajah Jaehyuk hingga putra sulung nya itu jatuh tersungkur.

"Mau di taruh dimana muka Appa jika kau menolak menikahi Taehee! Kau ingin membuat Appa malu pada rekan kerja Appa, iya?!"

"Aku tidak mencintai dia Appa! Aku hanya mencintai Hyuna, dan akan tetap seperti itu!"

Jaehyuk bangkit, menatap wajah sang Ayah yang perlahan mulai menua. Dia raih telapak tangan kekar itu dan menggenggam nya.

"Appa, Jaehyuk mohon."

Jaesuk menghentak tangan Jaehyuk dan berbalik menggenggam tangan putra sulung nya, dia menyeret kasar tubuh Jaehyuk dan mendorong nya keluar dari dalam rumah mengah nya.

"Nikahi dia! Dan kau bisa keluar dari rumah Appa, Kau bukan lagi putra seorang Kim Jaesuk! Kau hanya seorang Jaehyuk bukan Kim Jaehyuk putra ku!"

"Appa!"

Jaejun berlari menghampiri Jaehyuk dan membantu nya bangkit. Jaejun membalikkan tubuh berniat memohon pada sang Ayah untuk tidak mengusir Kakak kembar nya.

"Appa, jangan usir Jaehyuk hyung. Aku mohon."

"Tidak Jaejun! Appa harus memberikan nya pelajaran, memang dia fikir hidup tanpa orang tua dan menghidupi seorang istri dengan uang sendiri itu mudah!"

Mendengar perkataan sang Ayah yang terkesan meremehkan dirinya Jaehyuk seketika berdiri dan melangkah mendekati Jaesuk.

"Baik! Aku akan pergi, Aku akan buktikan pada Appa bahwa Jaehyuk bisa sukses tanpa campur tangan Appa!"

"Baiklah silakan lakukan apa yang kau mau Appa tak peduli, Jaejun Ayo masuk!"

Jaesuk menarik lengan si putra bungsu membawa nya memasuki rumah meninggalkan sosok lain yang hanya berdiri dengan diam tak bergeming.

Jaesuk terus membawa Jaejun masuk namun di pertengahan si putra bungsu tiba-tiba menghentak tangan nya, memberontak. Jaejun berlari menghampiri sang kakak dan menggenggam tangan kekar sosok dengan paras yang mirip dengan nya.

"Hyung jangan pergi, jika kau pergi aku ikut dengan mu."

Jaehyuk memandang adik kembar nya sendu, mengisyaratkan bahwa keputusan yang dia ambil telah mencapai titik puncak dan tak bisa di ganggu gugat.

Dari dalam rumah Jaesuk kembali menarik paksa putra bungsu nya dan kali ini menggunakan kekuatan yang lebih besar di banding sebelum nya "Aku ingin bersama Jaehyuk hyung, appa lepaskan!"

Walau pintu besar utama rumah itu telah tutup namun Jaehyuk masih bisa mendengar pekikan adik kembar nya yang masih meneriaki nama nya berulang-ulang.



Jaehyuk hyung! Jangan tinggalkan aku!



Hyung!



Jaehyuk hyung!



•••

Jaejun tak akan pernah lupa pada sosok pembuat luka, sosok yang memberikan semua beban berat pada nya di masa lalu, Kim Jaehyuk.

Setelah Jaehyuk pergi kehidupan nya berubah, seperti sang Ayah yang memaksa dia untuk melepaskan mimpi dan cita-cita nya menjadi seorang pelukis. Ayah nya memaksa agar dia menghapus mimpi tidak berguna itu dan hanya fokus kepada bisnis keluarga yang akan segera di turunkan kepada dirinya sebab si pemilik asli pergi entah kemana.

Jaejun adalah tipe anak yang sangat penurut kala itu, dia menuruti semua permintaan kedua orang tuanya termasuk memutuskan hubungan antara dirinya dan wanita yang dia cintai, Nara. Jaejun juga rela menggantikan posisi Jaehyuk untuk menikahi Taehee wanita yang sama sekali tak dia cintai.

Setelah semua tekanan dan tuntutan yang datang silih berganti kepada nya membuat kepribadian alami seorang Kim Jaejun pudar dan menguar ke segala arah. Tidak ada lagi Jaejun yang bersikap manis, penyayang juga bertutur kata lembut yang ada hanyalah sosok keras, tegas, kasar serta emosional sekarang.

Jaejun benar-benar muak terus menerus bersikap layaknya anjing peliharaan kedua orang tua nya. Jadilah dia berubah seperti ini.

"Yeobo, kau sudah mendapatkan informasi dimana Jungkook berada?"

Suara Taehee membuyarkan lamunan nya tentang masa lalu, jaejun menggeleng sekilas dan menarik wanita itu mendekat nya.

"Belum, Aku akan berusaha lebih keras untuk mencari keberadaan Jungkook. Kau tenang saja."

Jaejun mengingat pertengkaran antara dia dan si putra bungsu, ketika menatap mata bulat itu Jaejun seolah-olah mengalami deja vu yang menarik nya sangat kuat untuk kembali kemasa itu.

Dia seolah merasakan bahwa Jungkook adalah dirinya di masa lalu, dirinya yang memohon seraya berlutut untuk tidak mengusir sang kakak dengan isak tangis yang terus menerus menguar dari dalam bibir ranum nya.

Kali ini dia melihat Jungkook putra bungsu nya yang memohon dan berlutut untuk kembali menerima Taehyung di dalam rumah ini.

Namun jaejun tak bisa sebab masih ada satu fakta yang membuat nya bingung bukan kepalang tentang siapa Taehyung, tentang siapa Ayah kandung anak itu. Dari beberapa tahun lalu dirinya terus menerus menerima sebuah pesan yang mengatakan bahwa Taehyung bukanlah anak kandung nya melainkan anak Jung Minseok mantan kekasih Taehee.

Bukan tanpa alasan Jaejun mempercayai berita itu sebab setelah dia memergoki Taehee dan laki-laki itu tidur bersama, Taehee langsung mengandung anak itu jadi bukan tak mungkin bahwa Taehyung benarlah anak laki-laki itu.

Tapi kembali lagi pada fakta, bahwa semua kejadian ini hanya Taehee lah yang mengetahui detail pasti nya namun wanita itu kini dalam kondisi hilang ingatan jadi jaejun tidak mungkin bertanya pada Taehee sekarang.

Sudah dua hari Taehyung kembali dari rumah sakit, anak itu sudah terbilang baik-baik saja saat ini namun mereka tidak akan tahu bagaimana keadaan anak itu kedepannya.

Semua nya telah baik-baik saja, permasalahan antara Taehyung dan Jimin sudah terselesaikan berkat bantuan Baekhyun dan Chanyeol yang menengahi Ego dari kedua belah pihak.

Bertanya Jungkook? Anak itu masih bersembunyi di dalam rumah keluarga Park, dia belum berani menemui Taehyung kata nya.

Kembali pada Jimin dan Taehyung, mereka berdua kini tengah berada di dalam kamar hangat milik pemuda dengan senyum kotak manis nya. Jimin dan Taehyung terduduk di atas ranjang pemilik kamar, mereka terlihat sangat canggung setelah pertengkaran hebat yang mewarnai konflik pertemanan mereka tiga hari lalu.

Jimin duduk terdiam sembari menggenggam gelisah tongkat yang membantu nya berjalan sedang Taehyung terus memainkan selang bening yang menjulur dari hidung menuju tabung oksigen di samping ranjang, sesekali bocah itu akan melirik si sipit yang hanya menatap lurus kedepan.

Selama beberapa menit mereka hanya duduk seperti itu tanpa ada niatan memutus garis kecanggungan yang ada, hingga di menit ke sepuluh mereka baru mau mengeluarkan suara masing-masing.

"Jim/Tae."

"Kau dulu saja Jim."

"Tidak, kau saja yang duluan."

Taehyung menghela nafas berusaha membuang rasa canggung yang tersisa dalam diri.

"Maafkan aku karena mengusir mu malam itu Jim."

Jimin menggeleng ribut, tidak setuju dengan permintaan maaf yang di layangkan sang teman pada nya. "Tidak Tae, aku yang harus nya minta maaf! Maaf karena pergi meninggalkan mu tanpa sepatah kata apa pun kala itu."

"Aku juga minta maaf karena tidak memberitahukan keadaan ku yang sekarang." imbuh nya.

Taehyung mengganti posisi duduk nya menghadap Jimin, lengan nya dia arahkan menuju tubuh keci sang Teman berniat merengkuh tubuh itu.




Grepp




"Aku minta maaf karena pernah membenci mu, Maafkan aku yang bodoh ini. Maaf Jim."

"Tidak, aku yang bersalah di sini. Aku pergi tanpa pamit dan meninggalkan mu sendiri bersama mereka, kau terluka hingga seperti ini tapi aku sama sekali tidak tahu hiks hiks maafkan aku Tae."

"Maafkan aku Taehyung-ah."

"Maafkan aku juga Jimin-ah."

"Hei, kalian menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk meminta maaf?"

"Sambil menangis lagi!"

Dari ambang pintu Baekhyun dan Chanyeol berdiri dengan berdekap tangan, mereka tidak habis fikir dengan kelakuan dua bocah aneh itu. Jimin dan Taehyung melepaskan pelukan mereka, Taehyung menatap sengit kedua nya sebab mengganggu waktu berharga dua orang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

"Wae? Kau Ingin mengadu pada Mama? Mama tidak ada! Mama pergi ke toko, baru saja! Wlee.." Ledek Baekhyun ketika menatap wajah kesal Taehyung yang begitu lucu.

Taehyung tidak ke habisan akal dirinya beringsut berniat meraih Ponsel yang tergeletak di atas meja nakas untuk menelepon dan mengadu pada Nara.

"Aku bisa telpon Mama kok!"

Taehyung meletakkan ponsel itu di dekat telinga kanan setelah sebelumnya mendial nomor telepon Nara.

"Hallo Mama Baekh—"



Srett

"Dasar tukang adu!" Baekhyun merebut Ponsel itu dan memasukkan nya kedalam saku celana.

"Kau baru merasakan rasa nya memiliki adik pengadu kan? Kau tau, Aku sudah dua puluh tahun merasakannya. Lihat anak yang kelihatan nya polos ini ternyata memiliki bibir pengadu kelas dunia!" protes Chanyeol sembari menunjuk wajah Jimin.

Jimin dan Taehyung yang menjadi topik pembicaraan mereka kini mulai mengerut kan alis mereka masing-masing, mereka merasa di hardik oleh kedua manusia itu.

"Hyung lihat saja! Aku akan adukan pada Appa! Biarkan Appa memotong burung kesayangan mu itu nanti!"

"Baek Hyung juga! Lihat nanti malam ketika papa pulang, Aku akan menyuruh Papa memukuli bokong tak berisi milik mu sebanyak seribu kali!"

Chanyeol dan Baekhyun saling menatap, mereka menelan saliva masing-masing dengan susah payah. Chanyeol langsung memegang sisi depan celana nya sedang Baekhyun sisi belakang.

"Oke, kita pergi! Jangan adukan pada Appa eoh!"

"Tae, jangan adukan pada Papa ya? Aku janji tidak akan mengganggu waktu kalian. Ayo chan kita pergi!"

Setelah Duo rusuh itu pergi Taehyung dan Jimin terkekeh geli sebab Taehyung sudah merekam hasil pembicaraan tadi menggunakan Ponsel Jimin, dengan sekali tekan hasil rekaman itu telah sampai pada si penerima yaitu Baekho dan Jisang, Ayah jimin.

"Bagaimana Tae? Seru juga kan mengganggu Hyung mu!"

"Eung! Menyenangkan sekali, ternyata begini ya rasanya menjadi adik yang sebenarnya!"

Taehyung tersenyum walau hati tetap saja sakit, ketika dia melakukan hal ini bukanlah bersama Seokjin melainkan bersama Baekhyun yang jelas-jelas hanya orang lain.

"Tak apa Tae, walaupun begitu kau harus nya tetap senang sebab salah satu keinginan mu telah terpenuhi sekarang."



Eyoo! 🤭😂


—Ifa💜

Publikasi : 25 juli 2020
Revisi : 08 maret 2021.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top