XXVI. Jimin
🍂There is no third chance 🍂
.
.
.
Aku bakalan double updete klo chapter ini udh 350 vote... Ayo dong, kemeren aj bisa kan? Masa sekarang ga bisa? 😝
Okey, Happy reading guys and sorry for typo 🤭
.
.
.
Waktu terus berjalan maju meninggalkan masa lalu kelabu di dalam kalbu seorang Kim Taehyung, sudah seminggu mereka tinggal di busan menata kehidupan baru yang mereka jalani dengan senyuman.
Di rumah yang tak terlalu mewah ini mereka mencoba merangkai kehidupan bahagia yang selalu di impikan oleh si anggota baru, siapa lagi jika bukan Taehyung.
Nara membuka sebuah toko buku kecil untuk mengisi waktu luang nya, dan Baekhyun kini bekerja di salah satu rumah sakit terbesar yang ada di kota Busan. Jika bertanya Baekho, laki-laki paruh baya itu harus rela bolak balik dari busan menuju Berlin untuk mengelola perusahaan nya yang memang berada di sana.
Dan Taehyung, anak itu sudah tidak melanjutkan pendidikan nya sebab Baekhyun melarang. Karena menurut Baekhyun, Taehyung harus berfokus kepada pengobatan nya terlebih dahulu dan alasan lainnya adalah karena Baekhyun tidak ingin Taehyung kelelahan nantinya.
Hari ini adalah hari dimana Taehyung akan melakukan cek up kesehatan rutin nya sekaligus bertemu dokter baru yang akan menangani paru-paru rusak nya. Pagi-pagi sekali Nara sudah sibuk dengan bahan makanan dan segala perlengkapan masak nya. Sedang Dari lantai dua Taehyung terlihat turun sembari menjinjing sebuah troli kecil dengan raut wajah malas yang nampak lucu di pandangan Nara.
"Selamat pagi sayang, ingin Mama bantu membawakan nya?"
Dari atas anak tangga itu Taehyung menggeleng seraya terus melangkah dengan langkah gontai yang terkesan ogah-ogahan.
"Kali ini apa yang Hyung mu lakukan, hm? Kenapa lesu sekali." Tanya Nara dengan tangan yang sibuk menata makanan di atas meja Makan.
"Baekhyun Hyung mengancam akan membuang Yeontan." jawab nya lirih.
Yeontan adalah anak anjing kecil yang dia temukan empat hari lalu di dekat toko buku Nara dalam keadaan menggigil kedinginan di atas dingin nya tumpukan salju. Saat Taehyung membawa nya pulang, Baekhyun langsung melayangkan protes tegas sebab bulu hewan sangat berbahaya bagi Taehyung, namun dengan beribu bujuk rayu Nara dan tangisan menyebalkan Taehyung akhirnya Baekhyun luluh dan mengizinkan bocah keras kepala itu untuk merawat nya tetapi dengan syarat anak anjing itu harus di masukan ke dalam kandang serta tidak ada kontak fisik dengan Taehyung.
"Habis nya dia susah sekali di bangun kan!" suara Baekhyun terdengar dari arah anak tangga, dia berjalan cepat menuju meja makan dan mengambil tempat duduk di samping kanan Taehyung.
"Jangan usap kepala ku hyung! Aku marah pada mu!" Taehyung menepis lengan Baekhyun yang berada di atas kepala nya.
"Ini masih pagi, tapi kau sudah membuat adik mu merajuk Baek?"
Baekho juga datang dengan tangan yang asik menggenggam koran pagi nya, laki-laki itu langsung mendudukan dirinya di kursi samping kiri Taehyung.
"Hobi baru ku adalah mengganggu nya Papa." Tutur Baekhyun kelewat santai tidak peduli dengan tatapan tidak suka Taehyung yang di layangkan pada nya.
Baekho dan Nara hanya bisa menggelengkan kepala, mereka terlampau bosan sebab seminggu terakhir selalu di suguhi pemandangan seperti ini.
"Sudah berhenti mengganggu adik mu, dan cepat makan sarapan kalian! Tidak lupakan hari ini Taehyung ada jadwal cek up?"
Baekhyun dan Taehyung mengangguk. "Iya hari ini dia juga ada janji temu dengan teman Minhyuk hyung yang akan menjadi dokter baru nya."
"Ma, jika dokter nya cerewet seperti Minhyuk hyung bagaimana?"
"Astaga sayang, mereka itu bukan cerewet melainkan terlalu mengkhawatirkan pasien nya Tae."
Nara mengusap surai Taehyung lembut, netra kelam nya dia alihkan untuk menatap sedih selang oksigen yang terpasang di wajah pucat itu.
Ya, setelah diagnosa Minhyuk saat itu Taehyung sudah resmi menggunakan selang oksigen yang membantu ia bernapas sebab paru-paru rusak nya yang kini terus mengalami penurunan fungsi.
"Kau harus sembuh sayang. Mama, papa dan Baekhyun hyung akan melakukan apapun untuk mewujudkan nya.... Jang-an tinggalkan Mama hiks hiks." suara isakan Nara terdengar jelas oleh mereka terlebih Taehyung yang seketika mengalihkan pandangan nya dan Menatap Nara.
"Kenapa Mama menangis? Jangan menangis Ma. Tae akan sembuh demi kalian, sungguh!" Taehyung mengusap air mata di pipi Nara lembut dan tersenyum.
Nara menarik tubuh Taehyung untuk dia rengkuh, Nara tidak sanggup bila terus menatap senyum palsu di wajah kelewat pucat itu sedang Taehyung hanya diam sembari tenggelam dalam pikiran serta kata-kata yang baru saja terlontar dari bibir kering nya.
"Tapi maafkan Taehyung bila seandainya Taehyung tidak bisa mewujudkan nya."
Baekhyun dan Taehyung berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit terbesar busan, sesekali Baekhyun terlihat akan tersenyum kepada para pasien ataupun rekan-rekan seprofesi nya. Taehyung, anak itu hanya diam dan terus melangkah seraya menarik troli kecil berisi teman hidup nya dengan malas.
Mereka sudah sampai di ruangan Beakhyun, ini masihlah pukul 08.30 pagi dan jadwal cek up Taehyung akan di lakukan pukul sepuluh jadi Baekhyun meminta Taehyung agar menunggu di ruangan nya terlebih dahulu.
"Tunggu disini saja mengerti? Jangan nakal apalagi keluar dari ruangan ku, sekarang hyung Ada jadwal pemeriksaan. Jadi tetap tenang di sini selagi hyung pergi, Araseo?!"
"Eoh, Araseo! Dasar Cerewet, Sudah sana pergi. Kasian pasien mu menunggu Byun Uisa."
"Baiklah aku pergi, ingat tetap disini!"
Setelah Baekhyun pergi, Taehyung perlahan mendudukan diri nya di sofa panjang yang ada di ruangan Baekhyun. Taehyung mengeluarkan beberapa buku yang dia bawa dari toko buku dan membaca nya.
Satu jam berlalu, Taehyung mulai bosan dengan aktivitas monoton nya. Semua buku yang dia bawa sudah habis dia baca dan hingga detik ini Baekhyun belum juga datang bahkan waktu pemeriksaan nya masih setengah jam lagi.
"Aku bosan! Keluar sebentar tidak akan menjadi masalah kan?" guman Taehyung dengan ide gila nya.
Taehyung terlihat menyembulkan kepalanya dari pintu ruang kerja Baekhyun, bocah itu sedikit menoleh ke kanan dan kiri mencoba meneliti situasi dan kondisi sekitar. Setelah merasa aman dan tidak ada tanda presensi Baekhyun di sekitar sini Taehyung dengan langkah pelan mulai keluar dari ruangan itu dan berjalan entah menuju kemana.
Taehyung berhenti sejenak dan mendongkakan kepala nya untuk membaca beberapa papan tanda yang menunjukkan bagian-bagian rumah sakit.
"Taman dimana arah ke taman? Ah ketemu!"
Taehyung kembali melanjutkan langkah nya setelah mengetahui di mana letak taman berada. Dan di tempat lain Baekhyun tengah berjalan menuju ruangan dokter yang setelah ini akan menjadi rekan nya untuk merawat Taehyung.
Baekhyun mengetuk pelan pintu ruangan kerja dokter itu sebanyak tiga kali dan si pemilik ruangan langsung membukakan nya pintu.
"Hallo Uisa-nim, Saya Byu-,"
"Uisa Park?!"
Ucapan Baekhyun harus terhenti kala dirinya bersitatap dengan wajah familiar itu, mana mungkin Baekhyun lupa pada seseorang yang dulu mengenalkan nya pada Taehyung.
"Hallo, kita bertemu lagi Byun Uisa. Ya, aku Park Chanyeol."
.
.
.
Baekhyun dan Chanyeol tengah berbincang di dalam ruangan Chanyeol dalam keadaan canggung, mereka terlihat membicarakan hasil pemeriksaan Taehyung seminggu yang lalu. Ngomong-ngomong Chanyeol belum tahu bila itu adalah hasil pemeriksaan Taehyung sebab Baekhyun belum menjelaskan nya.
"Kondisi adik anda sudah termasuk kondisi yang berat ya? Saya tidak menyangka kondisi nya bisa seburuk ini."
"Ah anda bisa bicara informal dengan ku, usia kita sebaya Park Uisa."
"Begitukah? Baiklah."
Baekhyun tersenyum sekilas, di dalam fikiran nya kini sudah di penuhi oleh berbagai macam pertanyaan-pertanyaan apakah dia harus memberitahu Chanyeol bahwa adiknya adalah Taehyung? "Ah masa bodo, toh mereka akan bertemu juga nanti."
"Em, begini Park Uisa. Sebenarnya adik ku-,"
"Adik mu?"
"Adik ku adalah Taehyung, Kim Taehyung. Pemuda yang dulu kau kenalan pada ku."
Deg!
"Apa maksud mu?!"
Taehyung terus melangkah kan kaki nya menuju taman rumah sakit, dia bahkan tidak perduli dengan semua tatapan yang kini memandang nya penuh Iba dan tidak sedikit pula yang menanyai keadaan nya.
Saat antensi taman telah terpindai oleh mata nya, Taehyung dengan antusias melangkah cepat dan riang. Dia antusias sekali sebab seperti nya ada seseorang yang tengah bernyanyi di tengah-tengah taman dan di kelilingi oleh begitu banyak pasien anak-anak.
"Wah kelihatan nya seru!" tutur nya kelewat senang.
Taehyung melajukan langkah dengan mata yang terus berfokus pada seorang pemuda yang bernyanyi membelakangi nya. Namun karena tidak memperhatikan jalan ia malah tidak sengaja menabrak seseorang hingga sama-sama terjatuh.
"Aduh!" pekik Taehyung.
Taehyung mendengus, inilah akibat nya bila berjalan hanya menggunakan kaki saja tidak dengan mata nya juga. Taehyung membenarkan letak teman hidup nya- tabung oksigen, terlebih dahulu setelah itu baru bangkit dari posisi nya. Taehyung juga terlihat menepuk lembut celana bagian belakang yang nampak kotor, pergerakan tangan nya tiba-tiba terhenti kala suara itu terdengar.
"Kau tidak apa?"
Deg!
Suara ini! Suara familiar yang sangat dia rindukan, Dengan kecepatan kilat Taehyung seketika menatap seseorang yang baru saja menabrak nya. Dia! Seseorang yang menghilang dari kehidupan nya dulu kini berada tepat di hadapan nya.
"Kau baik-baik saja? Maaf aku tidak tahu bahwa kau ada di hadapan ku tadi." tutur nya penuh sesal.
Orang itu berbicara pada Taehyung namun kenapa mata itu nampak menatap lurus kedepan dan tidak menatap Taehyung? Taehyung beralih menatap tongkat yang di pegang oleh orang itu dan tubuh nya seketika lemas dan hampir saja limbung kebelakang. Tongkat itu adalah tongkat yang biasanya di gunakan oleh orang yang Buta, jadi dia buta?
"Jimin-ah!"
Suara ini bukan berasal dari Taehyung tapi seseorang yang kini berlari dengan tergesa-gesa menghampiri mereka berdua.
"Eoh Yeol-ie hyung!"
Taehyung menatap seseorang yang baru saja menghampiri mereka-Chanyeol. Terkejut, tentu saja? Jadi selama ini Jimin buta? Jadi alasan mereka pergi Saat itu karena mereka tidak ingin ia tahu tentang keadaan Jimin yang buta sebab menyelamatkan nya hari itu? Taehyung jadi merasa egois bila seperti itu kenyataan nya.
Taehyung merasa bodoh sebab membenci mereka berdua yang bahkan sangat memperdulikan perasaan nya.
"Hyung aku tidak sengaja menabrak nya tadi, apakah dia baik-baik saja sebab sedari tadi dirinya tidak menjawab pertanyaan ku." tanya Jimin pada Chanyeol.
Sebelum Chanyeol menjawab Baekhyun sudah berlari dan menghampiri Taehyung yang kini mulai kepayahan mengatur napas nya.
"Tae, Atur napas mu. Pelan-pelan oke! Jangan di tahan, ayo keluarkan." titah Baekhyun.
"Hyu-ng hah tidak bi-sa ses-sak, sa-sa-kit."
Brukkk
"Taehyung-ah!" pekik Chanyeol dan Baekhyun bersamaan.
Suara pekikan dan debuman itu sukses membuat Jimin tergugu di tempat nya berdiri. Apa tadi? Taehyung? Taehyung siapa yang mereka panggil tadi? Tidak mungkin kan Taehyung yang mereka maksud adalah Kim Taehyung, sahabat kecil nya?
"Chan bantu aku mengangkat nya!"
Chanyeol mengangguk setelah itu memposisikan Tubuh nya untuk menggendong Taehyung.
"Baek bawa troli nya dan tolong genggam tangan adik ku!"
"Ayo Jim, tenang oke? Setelah ini aku janji akan memberitahukan semua nya." bisik Baekhyun.
.
.
.
Matahari mulai terbenam, meninggalkan kekacauan di hati seorang Park Jimin, Jimin merasa bodoh karena meninggalkan Taehyung bersama mereka yang jelas-jelas telah menyakiti sahabat nya itu terlalu dalam.
Seharusnya dia tidak mempercayai mereka semudah dan secepat itu, iblis tetaplah iblis bukan? mereka sampai kapan pun tidak akan bisa berubah menjadi malaikat.
Tapi ada satu hal yang Jimin syukuri yaitu Taehyung yang bertemu mereka, malaikat sesungguhnya.
Jimin menggenggam pergelangan Tangan Taehyung yang terkulai lemas di sisi tubuhnya, Taehyung belum sadar kan diri sejak pingsan tadi pagi. Baekhyun berkata bahwa Taehyung hanya terkejut saja, tapi Jimin tetap saja tidak tenang bila Taehyung belum sadarkan diri.
"Tae, maafkan aku. Maaf karena tidak ada di samping mu, maafkan aku hiks hiks..."
"Aku bukan sahabat yang baik, padahal dulu aku selalu membangga kan diriku bahwa aku adalah sahabat terbaik mu. Namun nyata nya kau menderita tanpa sedikit pun aku tahu."
Taehyung meneteskan air mata dari sudut mata nya yang terpejam, Taehyung sudah sadar sejak Jimin menyuarakan penyesalan nya.
"Tidak Jim, kau adalah sahabat terbaik yang aku miliki. Maafkan aku karena telah membenci mu disaat kau tengah menjaga perasaan ku agar tidak terluka."
Ketebak bngt ya?
Biarkan lah? Yaudah aku diam
Kalo kalian lupa kenapa jimin jadi buta, coba baca ulang part X.Stifling.
ifa💜
Publikasi : 18 juni 2020
Revisi : 06 maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top