XVII. Mysterious Call
🍂There is no third chance🍂
.
.
.
Happy reading guys and sorry for typo okey! 😊😇
.
.
.
Pagi ini matahari nampak tak terlihat sebab terselimuti oleh awan mendung yang tengah menumpahkan butiran-butiran air yang terkandung di dalam tubuh nya. Tak terlalu deras namun mampu membasai sebagai wilayah bumi yang berada tepat di bawah nya.
Taehee sudah tersadar subuh tadi dengan keadaan yang tidak mengetahui apa pun kecuali siapa namanya, Seokjin bilang Taehee mengalami Amnesia retrograde atau hilang ingatan sementara akibat cidera di kepala yang dia alami, biasanya si penderita tidak akan bisa mengingat peristiwa atau kejadian yang dia alami di masa lalu. Kondisi ini hanya berlangsung sementara dan akan sembuh seiring waktu.
Selain itu Taehee juga mengalami cidera lain seperti patah tulang kaki dan lengan yang sama-sama di sisi sebelah kiri selebihnya Seokjin berkata bahwa Taehee baik-baik saja.
Di ruang rawat Taehee hanya ada Taehee dan juga Jungkook yang kini tengah memaksa dirinya untuk memakan bubur yang ada di pegangan Jungkook— Putra bungsu nya.
"Ibu.. Ayolah tiga kali suapan lagi. Setelah itu aku janji tidak akan memaksa Ibu untuk makan lagi."
Jungkook terus memaksa Taehee sebab memang Ibu nya itu baru memakan bubur yang dia pegang sebanyak lima suapan saja namun sudah mengeluh kenyang.
"Ibu sudah kenyang nak, sudah ya? Bisa-bisa Ibu akan memuntahkan semua nya." sangkal Taehee memelas.
"Huft, baiklah aku menyerah memaksa Ibu makan."
Taehee tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Jungkook yang nampak kusut sekali di hadapan nya. Selang beberapa detik Taehee baru teringat akan satu pertanyaan yang terus saja melintas di fikiran nya.
"Em, Ibu ingin bertanya nak bolehkah?" tutur Taehee lembut.
"Kenapa Ibu harus meminta izin pada ku? Jika Ibu ingin bertanya, tanya kan langsung saja bu." balas Jungkook di sertai senyuman manis nya.
"Baiklah! Ibu ingin bertanya apakah putra Ibu hanya dirimu seorang saja? Mengapa hanya ada dirimu di ruang rawat Ibu?" tanya Taehee sedikit ragu.
Jungkook terdiam sejenak, setelah itu memandang Taehee kembali seraya tersenyum cerah. "Ibu ingat kan Uisa yang menangani Ibu tadi? Dia adalah putra Sulung Ibu, Seokjin Hyung dan aku putra bungsu Ibu Jungkook-ie. Hanya kami berdua putra yang Ibu miliki."
Taehee menganggukan kepala nya paham sedang Jungkook nampak terdiam memikirkan perkataan nya tadi yang tidak menyebutkan nama Taehyung —Hyung kedua nya. Jungkook masih kecewa pada Taehyung sebab Hyung kedua nya itu telah melukai Taehee hingga Ibu nya harus kehilangan Ingatan nya seperti ini, jadi biarlah Jungkook tak memberi tahu perihal Taehyung pada Taehee toh ini pembalasan kecil dari Jungkook kepada Taehyung atas ulah nya.
Cklek
Pintu ruang rawat Taehee terbuka menampilkan Seokjin sebagai bintang utama yang membuka nya. Seokjin berjalan mendekati ranjang pesakitan Taehee dengan langkah ringan dan senyuman manis yang di tujukan kepada Taehee.
"Bagaimana perasan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik?" tanya Seokjin.
"Lumayan, hanya sedikit ngilu di bagian kaki saja."
"Syukurlah bu, Seokjin harap Ibu cepat pulih." Seokjin mengusap punggung tangan Taehee yang tidak terdapat selang infus dengan lembut
Setelah beberapa menit Seokjin baru tersadar akan presensi Taehyung yang tidak ada di dalam ruang rawat Ibu nya. Bukan karena apa, Seokjin hanya sedikit khawatir pada anak itu terlebih kemarin Seokjin sangat Jelas melihat Taehyung sangat kesakitan di pandang nya. Seokjin adalah seorang dokter bukan tidak mungkin jika dirinya bisa membedakan antara orang sehat dan orang yang sakit.
"Jung, Taehyung kemana?"
Deg!
"Taehyung? Siapa itu Taehyung nak?" tanya Taehee kepada Jungkook yang hanya bisa terdiam membatu.
Jaejun keluar dari dalam rumah megah nya dengan setelan jas kerja, hari ini Jaejun kembali bekerja di perusahaan yang satu tahun terakhir di ambil alih oleh tangan kanan nya, Kang Minki.
Namun sebelum pergi ke perusahaan, Jaejun berniat pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Taehee terlebih dahulu. Jaejun juga ingin memastikan apakah anak sial itu berada di sana sebab di rumah anak itu tidak terlihat keberadaan nya.
"Pak Song kita ke rumah sakit terlebih dahulu." titah Jaejun pada supir pribadi nya.
"Iya Tuan." balas Pak Song Mengiakan.
Di perjalanan hanya hening yang mendominasi sebab Jaejun lebih memilih fokus pada berkas-berkas yang harus dia tanda tangani dan di pelajari nya untuk rapat nanti siang.
Setengah jam perjalanan barulah Jaejun sampai di lobi rumah sakit tempat Taehee dirawat namun langkah kaki Jaejun seketika memberat ketika kedua manik kembar nya menangkap potret seseorang yang dia kenal di masa lalu.
"Nara-ya?"
Jaejun berniat menyusul sosok itu namun harus terhenti karena suara dering Ponsel yang terus menerus berbunyi dari dalam saku jas milik nya. Jaejun mengernyitkan kedua alis ketika membaca nama si penelpon yang ternyata nomer yang tidak dia kenal.
Drett~
Drett~
"H-hallo?" jawab nya sedikit ragu.
Jaejun semakin bingung saat si penelpon sama sekali tak merespon ucapan nya, selama beberapa menit Jaejun tetap tidak mendapatkan balasan apa pun karena merasa itu hanya panggilan tidak penting akhirnya Jaejun mematikan nya. Namun
"Kim Jaejun-ssi?"
"Maaf siapa anda? Apakah anda mengenal saya?"
"Hei! Tidak perlu seformal itu Kim, Aku menelepon hanya ingin mengucapkan selamat atas perbuatan baik mu saja,"
"Kau sangat Baik karena mau membesarkan anak dari musuh mu sendiri selama hampir 20 tahun ini."
"Hei apa maksud anda?! Sebenarnya siapa anda?! Jawab Berengsek!" Jaejun berteriak dan tak perduli dengan tatapan orang-orang yang memandang Tak suka pada nya karena sudah membuat keributan di kawasan rumah sakit.
"Hei Kim! Tenang lah, bukan nya kau sudah mendapatkan imbalan dari upah merawat nya? Imbalan nya adalah...."
"Anak itu yang mencelakai istri tercinta mu hahaha. Itulah balasannya karena tak menuruti ucapan ku untuk membuang Anak sial itu 11 tahun lalu, jadi nikmati saja penderitaan yang akan kau alami selama kau masih merawat anak itu Kim."
Pip..
"Hallo! Yak! Hallo, Berengsek sialan!"
Si penelpon mematikan sambungan telepon nya secara sepihak setelah berhasil membangkitkan amarah yang ada dalam diri Jaejun. Jaejun tak tinggal diam dirinya langsung menelepon Kang Minki—orang kepercayaan nya untuk melacak nomer si penelpon tadi.
"Sekretaris Kang tolong lacak nomer telpon yang akan aku kirimkan pada mu setelah ini, juga cari dimana Anak sial itu berada dan bawa ke hadapan ku sekarang!"
"Siapa yang anda maksud sebagai anak sial itu Presdir?"
"Kim Taehyung!"
Pip..
Jaejun berjalan kearah ruang rawat Taehee, mood nya benar-benar rusak pagi ini dirinya harus bertemu Jungkook terlebih dahulu untuk memperbaiki mood nya itu.
Saat berada di depan pintu ruang rawat Taehee dirinya tak sengaja mendengar pembicaraan mereka yang lagi-lagi menyebutkan nama Anak yang dia benci, Kim Taehyung.
"Jung, Taehyung kemana?"
"Taehyung? Siapa itu Taehyung nak?"
Cklek
Semua yang berada di dalam ruang rawat Taehee langsung menatap Jaejun yang baru saja membuka pintu dan melangkah masuk setelah nya.
"Tadi Kau bertanya siapa Taehyung kan Taehee? Biar aku yang menjawab nya."
Taehee menatap Jaejun penasaran, menanti jawaban yang keluar dari dalam mulut sang suami. Berbeda dengan Seokjin yang nampak biasa saja dan Jungkook yang jelas terlihat luar biasa gugup mengingat setelah ini Ibu nya mungkin mengetahui bahwa dirinya berbohong tadi.
"Taehyung adalah anak Bibi Shin, kepala pelayan di rumah kita sayang."
Deg!
"Ayah?!" pekik Seokjin.
Sepasang suami istri bersama seorang dokter muda tengah menatap pemandangan menyesakan dari balik kaca Ruang ICU. Di dalam sana Putra sepasang suami istri tadi terlihat menangis seraya menggenggam erat jari jemari seorang pemuda yang terbaring di atas ranjang pesakitan dengan keadaan yang menyedihkan.
Pemuda itu harus tertidur dengan banyak nya peralatan medis yang menempel di tubuh kurus yang di biarkan terbuka oleh tenaga medis untuk memasangkan bermacam macam kabel dan satu selang yang menancap di dada sebelah kanan nya. Mulut anak itu juga harus rela terjejal sebuah selang yang berfungsi membantu dirinya bernapas, sungguh sangat menyesakan di pandangan ketiga insan yang menatap nya.
"Setelah operasi darurat tadi malam Baekhyun sama sekali tidak mau beranjak dari dalam sana Bibi, paman. Baekhyun merasa sangat bersalah karena setelah ini Taehyung mungkin akan lebih menderita lagi, namun Baekhyun tidak mempunyai pilihan lain selain melakukan operasi pergantian katup jantung. Taehyung bisa saja meninggal tadi malam jika Baekhyun tidak mengambil keputusan itu." jelas Minhyuk pada Nara dan Baekho—orang tua Baekhyun yang nampak terkejut karena penjelasan nya.
"Bolehkah Bibi menemui Taehyung di dalam sana Minhyuk-ah?" tanya Nara.
"Ya silahkan bibi, kondisi anak itu sudah stabil sekarang hanya menunggu dirinya sadar kan diri saja."
Perlahan lahan Nara mulai melangkah kan kaki nya memasuki ruang ICU setelah memakai baju luaran berwarna biru yang di berikan para perawat pada nya tadi. Nara menyentuh bahu Baekhyun yang bergetar karena menangis.
"Hyun-ie kau harus istirahat dulu sayang, bukankah kau baru saja mengoperasi Taehyung tadi malam? Kau harus makan juga nak, jangan menyiksa dirimu lebih jauh Hyun-ah."
Baekhyun menatap Nara dengan wajah sayu dan sendu nya. "Tidak Ma, Jika aku meninggalkan Taehyung dirinya akan pergi dari ku, Sama seperti tadi malam."
"Biar Mama yang menjaga Taehyung disini sayang, kau tau kan? Bahwa Mama juga menganggap Taehyung seperti anak Mama sendiri. Jadi jangan khawatir dan pergilah beristirahat."
Baekhyun tetep teguh akan pendirian nya, dia sama sekali tidak beranjak dari kursi samping ranjang Taehyung dan mengabaikan kondisi tubuh nya yang mulai lelah.
Brukk
Tubuh Baekhyun yang lemas pun lunglai ke lantai, seperti nya tubuhnya benar-benar sudah berada di batas akhir kemampuan yang dia bisa.
"Astaga Hyun-ah! Mama kan sudah bilang untuk beristirahat terlebih dahulu. Sudah kau keluar saja biar Mama yang menjaga Taehyung sekarang." tegas Nara seraya membantu Baekhyun bangkit dari posisi nya.
Baekhyun akhirnya pasrah dan menuruti perkataan Nara untuk beristirahat, namun hati nya selalu berat ketika hendak beranjak dari sana. Bayangan kejadian kemarin terus saja berputar di dalam fikiran nya, Bayangan dimana dirinya meninggalkan Taehyung karena ingin menenangkan diri dan ketika kembali Baekhyun malah mendapati Tubuh Taehyung yang mengejang di sertai dengan denyut jantung yang perlahan menghilang. Kejadian itu benar-benar membuat nya takut dan tak ingin pergi lagi dari sisi Taehyung sedikit pun.
Saat dirinya asik berlarut dalam pikiran nya Tiba-tiba Baekhyun merasakan tubuh nya kembali ambruk dengan rasa ringan yang dia rasa, Beakhyun juga masih bisa mendengar suara pekikan kencang yang memanggil nama nya entah karena apa.
Brukkk
"Baekhyun-ah!"
Jangan lupa vote dan comen ya jangan jadi silent reader, itu ga baik kawan-kawan 😂
Yaudah gitu aj
Teyung nya bobo dulu ya capek katanya di nistain mulu 😂
Publikasi : 25 juni 2020
Revisi : 25 Februari 2021
~ifa 💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top