XIX. Min Yoongi
🍂There is no third chance 🍂
.
.
.
Happy reading guys and sorry for typo okey ☺️
Yuk sebelum baca klik tombol bintang di pojok bawah kiri kalian.
Terima kasih
.
.
.
Yoongi menatap langit cerah dengan begitu banyak bintang yang menghiasi, saat ini dirinya tengah memutar kembali ingatan di masa lalu ketika dia masih berada di panti asuhan yang telah berjasa membesarkan nya hingga sebesar ini.
Ibu panti berkata diri nya di tinggalkan oleh seorang wanita setengah baya saat dia berumur dua tahun oleh sebab itu Yoongi sama sekali tak mengingat wajah Ayah atau Ibu nya dulu.
Dia di temukan di samping pintu gerbang panti dalam keadaan tertidur, di pergelangan tangan Yoongi terdapat sebuah gelang berinisial MinHN yang Ibu panti yakini adalah nama dari orang tua Yoongi. Kala itu Yoongi terus saja menangis saat sadar bahwa dia berada di tempat yang asing, dia tak ingin makan dan berbicara dia juga sama sekali tak ingin bercekerama dengan anak-anak panti yang lain, Yoongi hanya terus saja berdiam diri di dalam kamar nya sambil menangis.
Namun ketika Ibu panti mengantarkan nya ke dalam sebuah kamar berisi seorang bayi mungil Yoongi nampak sangat senang sekali sebab dirinya jadi teringat akan adik kecil nya yang di bawa pergi oleh sang Ayah. Bayi itu adalah Namjun, bayi Malang yang 1 bulan lalu di temukan oleh Ibu panti dalam sebuah box bayi dengan tubuh kecil nya yang bergetar kedinginan. Setelah saat itu Yoongi terus saja bermain bersama Namjun di kamar nya, Yoongi seolah menemukan kehidupan nya kembali melalui Namjun.
Satu bulan setelah nya Ibu panti kembali membawa seorang bayi dalam gendongan, Ibu bilang adik bayi beserta keluarga nya habis mengalami kecelakaan satu minggu lalu mereka di nyatakan tewas karena insiden itu dan meninggalkan adik bayi seorang diri.
Ya bayi itu yang tidak lain adalah Hoseok pemuda pemilik senyuman secerah matahari.
"Hyung apa yang kau lakukan di balkon? Udara sangat dingin sekarang. Ayo masuk, paman Jung sudah memasakan makan malam untuk kita." titah Namjun dari celah pintu kamar Yoongi yang sedikit dia buka.
"Baiklah aku akan menyusul, kau duluan saja."
Namjun mengangguk setelah itu melenggang pergi dari sana meninggalkan Yoongi yang kini menatap gelang yang Ibu panti bilang adalah gelang milik orang tuanya. Entah itu milik Ibu atau Ayah nya kerena di gelang itu hanya terdapat inisial seseorang saja bukan nama lengkap nya.
"Kenapa kalian membuang ku? Memang nya apa salah ku?" guman nya seraya menggenggam erat pergelangan tangan tempat gelang itu melekat.
Nara dan Baekho tengah berada di dalam ruang rawat Taehyung dengan Nara yang terus menerus mengusap surai Taehyung lembut hingga anak itu merasa nyaman dan terlelap tidur.
"Kau merindukan nya?" Baekho menatap Nara yang sama sekali tak mengalihkan pandangan nya dari wajah Taehyung.
"Tentu saja, memang nya ada seorang Ibu yang tidak merindukan anak nya?" jawab Nara lembut.
"Mungkin anak ku sudah besar sekarang, dan sayang Tuhan lebih menyayangi nya. Dia membawa putra ku pergi sebelum melihat wajah Ibu nya ini." Nara menahan isakan yang nyaris keluar dari kedua belah bibir ranum nya.
Baekho mengusap punggung Istri nya itu dan menguatkan nya "Kau kuat sayang, jangan menangis. Ada aku dan Baekhyun di samping mu, dan jangan lupakan Taehyung yang kini juga menjadi bagian dari keluarga kita."
Nara mengusap wajah nya menggunakan kedua tangan dan menghela nafas "Hah! Kenapa aku melankolis sekali? Jangan kau adukan pada Baekhyun lho! Dia akan mengejek ku nanti"
"Oh iya kau masih belum bisa menemukan nya oppa?"
Nara menatap wajah suami nya yang kini nampak berubah muram, Baekho merasa gagal memenuhi permintaan Nara untuk mencari seorang anak yang ilang bertahun-tahun lalu.
"Belum, maafkan aku Nara."
"Hei kenapa kau meminta maaf oppa? Itu bukan salah mu, ini semua adalah salah ku yang lalai saat menjaga anak itu. Aku tak mungkin sanggup untuk bertemu Minseok oppa saat ini sebab akulah yang membuat putra bungsu nya menghilang" lirih Nara.
Nara mengingat kembali saat-saat itu, ketika dirinya tak sengaja meninggalkan bayi kecil itu di kereta bayi sebab mengambil dompet nya yang terjatuh beberapa meter di belakang. Saat Nara mengambil dompet nya seorang laki-laki datang dan menculik bayi itu, Nara sudah mengejar laki-laki itu seraya berteriak seperti orang gila namun sayang dia tetap saja tak mampu mengejar nya.
"Aku akan berusaha lebih keras kali ini Nara, jadi jangan khawatir kita akan bertemu dengan teman mu dan mengembalikan putra bungsu nya."
Nara tersenyum, dirinya sangat bersyukur sebab Tuhan telah mempertemukan nya dengan Baekho—laki-laki paling baik yang pernah Nara kenal "Terima kasih oppa, Aku mencintaimu"
"Aku juga mencintai mu sayang."
Cup
Cklekk
"Ah adegan macam apa ini?! Oh tidak, Mata polos ku ternodai!"
Suara Baekhyun terdengar membuat mereka berdua terhenyak di tempat masing-masing. Seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih muda yang tepergok berciuman oleh orang tua mereka. Padahal kenyataannya mereka lah yang berada di posisi orang tua sedang yang memergoki mereka adalah Anak mereka sendiri.
"Byun Baekhyun! Kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu!" Teriak baekho murka.
"Paman biar Yoongi saja yang mencuci piring, Paman istirahat saja." tutur Yoongi ketika melihat Minseok yang hendak mencuci piring sisa makan malam tadi.
"Ah begitukah? Baiklah, terima kasih Yoongi."
Yoongi tersenyum kemudian melipat baju lengan panjang nya sebelum memulai proses mencuci memamerkan lengan berotot dan kulit putih pucat nya.
Yoongi juga melepaskan gelang yang ada di pergelangan tangan agar tidak ikut basah terkena air cucian, Minseok yang merasa tidak asing dengan gelang itu pun langsung meraih nya.
Deg!
Terkejut bukan main ketika netra nya menangkap inisial nama seseorang disana, nama mendiang istri nya yang telah meninggal bertahan-tahun lalu.
"K-kau dapat dari mana gelang ini?" tanya Minseok gugup.
"Ah itu gelang milik orang tua ku paman." balas Yoongi santai sebab dirinya tidak melihat wajah Minseok yang berubah pucat.
"O-orang Tua mu? Siapa, siapa nama orang tua mu? Siapa namanya?" tanya Minseok ribut membuat Yoongi menghentikan kegiatan mencuri piring nya dan beralih menatap Minseok.
"Paman sakit?! Wajah paman nampak pucat." bukan menjawab pertanyaan, Yoongi malah berfokus dengan wajah Minseok yang nampak pucat sekali sekarang.
"Paman kita ke rumah sakit atau ingin aku panggil kan dok—,"
"Aku bertanya siapa nama orang tua mu!" Minseok berteriak memotong ucapan Yoongi.
"Apa maksud paman? Mengapa tiba-tiba menanyakan nama kedua orang tua ku?" tanya Yoongi bingung.
Karena mendengar suara ribut di dapur Namjun dan Hoseok berjalan mendekat, mereka di buat terkejut saat melihat Minseok yang mencengkeram kedua bahu Yoongi dengan sangat erat tak lupa raut wajah Minseok yang nampak emosi dan sedikit pucat.
"Aku tanya sekali lagi siapa nama orang tua mu Yoongi?!"
"Aku tidak tau paman! Mereka membuang ku dan meninggalkan ku di sebuah panti asuhan, dan gelang ini sudah ada bersama ku sejak saat itu!" Yoongi berteriak frustrasi dirinya kesal sebab Minseok terus saja bertanya tentang kedua orang tua yang di benci.
Minseok melepaskan cengkeraman nya pada bahu Yoongi, dirinya hampir limbung apabila tidak bertumpu pada meja makan. Tiba-tiba Minseok menangis entah karena apa.
"Hiks hiks hiks."
"Paman maafkan Yoongi karena berteriak pada paman tadi, sungguh yoongi tak berniat sama sekali." Yoongi hendak mendekati Minseok, namun Minseok menghentikan nya.
"Biarkan paman sendiri."
Minseok berlalu pergi dari sana berniat menenangkan fikiran nya yang teramat kacau sekarang.
Minseok berjalan menuju kamar nya, meraih figura berisi foto dirinya dan seorang wanita cantik yang menggunakan gelang berinisial MinHN di pergelangan cantik nya. Minseok merasa tak berguna ternyata putra nya yang selama ini dia cari-cari berada di dekat nya.
Yoongi, adalah putra sulung nya yang hilang atau sengaja di buang oleh Hana sebelum dirinya melakukan aksi bunuh diri. Minseok yakin sekali bahwa Yoongi adalah putra nya ketika melihat gelang itu, gelang milk mendiang Hana.
"Aku menemukan nya Hana-ya, Uri Hajoon-ie."
.
.
.
Yoongi berada tepat di depan pintu kamar Minseok, dia bingung ingin mengetuk pintu itu atau pergi dari sana saja. Yoongi merasa tidak enak pada Minseok sebab dengan tidak sopan nya dia berteriak di hadapan seseorang yang telah sudi menampung dan memberikan kehidupan baru kepada nya.
"Ketuk? Atau aku pergi saja?"
"Tapi aku harus meminta maaf terlebih dahulu."
"Jika paman marah pada ku bagaimana? Apakah dia akan mengusir ku?"
"Aku harus bagaimana sekarang? Kau sangat bodoh Yoongi!"
"Ah masa bodo, ku ketuk sajalah!"
Yoongi sudah menempelkan kepalan tangan nya di depan pintu itu namun kembali ia urungkan "Mungkin paman sudah tidur."
Yoongi membalik kan tubuh nya ketika pintu kayu yang semua tertutup itu kini perlahan-lahan terbuka.
Cklekk
"Yoongi-ya."
Yoongi menegang di tempat nya berpijak, kaki nya seperti di rekat kan oleh lem super hingga sulit untuk di gerak kan. Jangan lupakan tubuh nya yang terasa kaku sekali ketika mendengar suara tegas itu.
"Yoongi? Bisa ikut paman sebentar?" Minseok menepuk bahu Yoongi yang kini membelakangi nya.
"Ke-kemana paman?" jawab nya gugup, yoongi takut Minseok akan berkata bahwa dia mengusir dan meminta dirinya untuk meninggalkan rumah ini sekarang juga.
"Kenapa kau gugup sekali? Paman tidak akan mengusir mu, jadi tenang saja."
Minseok tentu tau isi hati Yoongi sebab wajah Yoongi sudah mewakilkan semua yang ada dalam fikiran anak itu.
"Mari masuk ke dalam kamar paman, ada yang ingin paman beritahukan pada mu."
Minseok menarik lengan Yoongi membawa nya masuk ke dalam kamar, Yoongi hanya bisa menatap bingung tautan tangan mereka. Hingga fokus nya beralih kepada figura berbingkai besar yang tergantung di dinding kamar. Potret pernikahan yang Yoongi yakini itu adalah Minseok bersama istrinya.
Minseok mendudukan Yoongi di atas ranjang nya, sedang dia mengambil sebuah album foto dari lemari pakaian dan memberikan nya pada Yoongi.
"Bukalah." titah Minseok pada Yoongi yang terlihat bingung.
Yoongi membuka lembar pertama album itu, disana terdapat foto seorang wanita cantik menggunakan dress berwarna biru dengan panjang selutut.
"Dia adalah istri ku, Min Hana." jelas Minseok.
Yoongi kembali menyusuri foto itu "Sangat cantik." tutur nya tanpa sadar menimbulkan senyum tipis di bibir Minseok.
Mata Yoongi kini menangkap sebuah gelang yang sangat dia kenal nya, gelang cantik yang berada di pergelangan wanita itu sama persis dengan gelang kepunyaan nya.
"Bagaimana mungkin?" lirih nya.
"Dia adalah Ibu mu Yoongi-ya."
Deg!
Lelucon macam apa yang kini tengah paman Jung mainan pada dirinya? Yoongi jelas tidak mempercayai perkataan Minseok yang menurut nya sangat tiba-tiba dan tak masuk akal.
"Apa maksud mu paman? Bagaimana mungkin mendiang istri paman bisa menjadi Ibu ku?" Yoongi menatap Minseok penuh kebingungan.
"Kau putra sulung ku Yoongi, Istri ku membuang mu sebelum dirinya melakukan aksi bunuh diri bertahun tahun lalu."
"Kau adalah uri hajoon-ie yang selama ini paman cari."
Deg!
yang mikir Yoongi anak nya bpk Minseok😂 emng bner karena aku kasih clue bnyk bngt di chapter sebelum.
Trs yg mikir tahee temen perempuan ya Minseok, kalian salah🤭 yang bener adalah Nara.
Sekarang tinggal tebak siapa anak bungsu minseok, dan apa yang terjadi sama Nara 🙃😏
Publikasi : 4 juli 2020
Revisi : 26 februari 2021
Ifa ❤️💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top