II. Them

🍂There is no third chance🍂
.

.

.

"Terimakasih untuk terus menyayangi ku, mungkin hidup ku akan berakhir sejak lama bila kalian tidak ada."
Kth.

.

.

.

Taehyung sudah rapih dengan setelan seragam sekolah perlahan tapi pasti kaki nya menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai satu. Saat dirinya baru akan melangkah menuju pintu utama seseorang tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan nya.

"Hyung kau mau kemana? Ruang makan kan ke arah sini." ucap seseorang itu yang tidak lain adalah Jungkook—adik nya.

"Kau hampir membuat hyung serangan jantung! Hyung harus cepat pergi kesekolah kau tau kan kemarin hyung di hukum untuk membersihkan toilet Di pagi hari?" Taehyung mengelus dada nya sejenak kemudian mengusap pucuk kepala Jungkook.

"Tapi kau harus sarapan hyung, tunggu aku akan membawakan mu bekal ya."



Hap



Belum sempat Jungkook beranjak pergi Taehyung sudah menarik nya kembali.

"Gwaenchanh-a, sudah ya hyung pergi dulu! Dah bunny nya hyung!"

Taehyung mengusak kasar rambut Jungkook kemudian berlari meninggalkan Jungkook yang tengah menatap kepergian Taehyung dengan tatapan sendu.

"Hyung aku tau semalam kau Habis dimarahi ayah lagi kan, dan kau sengaja menghindari kami sekarang."


....

Taehyung berjalan menyusuri gang sempit yang berada di kawasan kumuh yang tersembunyi dalam gemerlap nya suasana kota.

Kaki nya berhenti tepat di depan salah satu rumah yang bisa di sebut tak layak huni. Perlahan ia mengetuk pintu kayu yang nampak lapuk itu.

"Hyung kau ada di dalam?"

Ketika ketukan ketika barulah Pintu itu terbuka memperlihatkan seorang pemuda berkulit putih pucat dengan wajah super kusut nya.

"Kau mengganggu tidur ku Tae! Tidak tau apa aku baru pulang dari bar pukul empat pagi. Lagi pula untuk apa kau kemari, eoh?! Membolos lagi? Kau itu sudah kelas tiga Tae! Kau ingin tidak Lulus begitu yah?"

"Yoongi hyung aku mengantuk bisa tidak kau lanjutkan acara mengomel pagi pada ku nanti, semalam aku tidak bisa tidur dan sekarang aku lelah sekali."

Taehyung dengan seenak upil menerobos masuk mengabaikan petuah pedas yang keluar dari mulut si tua.

"Aish begundal satu itu, Apalagi sekarang? Kau di hukum berlari mengelilingi lapangan 100 kali? Atau menulis kalimat Aku tidak akan membolos lagi sebanyak 1.000 kali? Ah jangan bilang kau di suruh membersihkan seluruh toilet yang ada disekolah mu begitu?"

Taehyung mengangguk sekilas sebagai jawaban karena semua yang disebut kan Yoongi tadi memang pernah ia lakukan.

Yoongi berjalan mendekati Taehyung yang telah sepenuh nya meluruhkan tubuh di sofa lusuh milik nya.

"Hyung, Namjoon hyung dan Hoseok hyung kemana?" Taehyung menatap penuh tanya pada Yoongi.

"Namjoon tentu saja ada di studio tatto nya dan Hoseok ada di restoran." Jawab Yoongi seada nya.

Kalian bertanya tanya siapa mereka? Aku akan jelaskan. Mereka bertiga adalah Teman Taehyung atau Taehyung menganggap mereka sebagai keluarga lebih tepat nya, mereka bertemu saat sama-sama mengikuti balapan liar. Jangan salah sangka mereka mengikuti balapan itu bukan untuk mencari kesenangan melainkan hanya untuk meningkatkan pendapatan.


Bertanya tentang Orang tua? Sayang Mereka tidak memiliki nya. Mereka Tumbuh dari panti asuhan yang sama dan memutuskan untuk tinggal bertiga. Yoongi Si tertua adalah seorang pelayan di salah satu Bar yang terkenal di daerah gangnam, Namjoon seorang artist Tatto di studio Tatto kecil milik nya, sedang Hoseok adalah pelayan restoran.

Dan jangan berfikir negatif dulu kepada mereka, mereka orang baik tentu saja. Mereka sama-sama saling menyayangi dan mereka bahagia. Itulah yang membuat Taehyung nyaman berada bersama mereka, mereka menganggap nya sebagai keluarga, merengkuh nya saat ia merasa kecewa, menjadi sandaran nya saat ia menangis, serta tempat untuk nya mengutarakan semua kesedihan, dan ini hal yang terpenting—mereka menyayangi nya.

Saat bersama mereka Taehyung di ajarkan untuk selalu bersyukur atas hidup nya, tak banyak mengeluh pada Tuhan, dan mengetahui apa arti dari sebuah kebebasan yang selama ini tak pernah di dapat kan nya.


....


Drrett~

Drrett~

Drrett~

Ponsel yang berada di saku jaket Taehyung berbunyi sedang si empunya sudah terjerumus jatuh ke dalam alam mimpi.

Yoongi yang merasa tidur nya terganggu lagi dan sekarang karena suara dering Ponsel itu berjalan dari arah kamar dan melihat siapa yang sedari tadi menelepon Taehyung.

Tidak usah di angkat is calling

Yoongi mendial tombol hijau itu dan seketika suasana damai yang tercipta di gubuk bahagia nya sirna.

"Alien bodoh kau membolos lagi eoh! Kau ingin menambah masalah baru lagi?! Yak! Alien Kim jawab aku! Atau ak___"

"Jim, kau ingin mati muda yah?"

Seketika suara yang berasal dari dalam Ponsel terdiam setelah mendengar kalimat penuh teori kedataran Yoongi.

"Anak nakal ini ada di rumah ku, keadaan nya sedikit mengkhawatirkan bila kau ingin tahu datang sendiri kesini. Sudah ya aku ingin tidur."

Karena tak mendapat respon si penelpon Yoongi mematikan sambungan telpon itu dan mengubah Ponsel Taehyung ke mode diam karena dia yakin si Bantet itu akan terus menelepon.

Setelahnya Yoongi kembali ke kamar dan melanjutkan kegiatan yang terganggu dua kali karena ulah duo Iblis kecil itu.


Park Jimin memasukkan Ponsel nya ke dalam saku celana kemudian berdiri dan meminta ijin kepada guru botak menyebalkan— itu kata Taehyung yang tengah menyampaikan materi fisika.

"Kang sseam aku ijin ke toilet perut ku sakit sekali."

Kang sseam hanya merespon anggukan kepala singkat dan Jimin langsung berlalu pergi dengan kecepatan maksimum.

Ia berlari menyusuri lorong sepi sekolah nya menuju gerbang belakang mana mungkin ia melewati gerbang utama bisa bisa ia ketahuan oleh pak penjaga, perasaan nya gusar saat ini setelah tadi ia mendengar penjelasan Yoongi tentang Taehyung.

Taehyung adalah sahabat nya sedari kecil, Taehyung adalah satu-satunya orang yang mau dan tanpa ragu berteman dengan nya sewaktu sekolah dasar. Dulu ia sering di Bully karena postur tubuh yang gempal juga berisi dan Taehyung lah yang sering menolong nya hingga mereka sama-sama menjadi bahan bullyan. Saat Jimin bertanya kenapa Taehyung menolong nya dan berujung dengan diri nya ikut menjadi sasaran bullyan Taehyung hanya menjawab bahwa mereka adalah Teman, karena seorang Teman itu harus sama-sama merasakan apa yang dirasakan taman nya, mau itu kesenangan, kebahagian, atau pun kesedihan.

Mulai detik itu Jimin memutuskan untuk menjaga Taehyung sampai kapan pun karena Jimin tau bahwa Taehyung hanya nampak kuat di Depan tapi Rapuh di dalam. Se-onggok manusia kepala batu yang amat Jimin sayangi.

....

Jimin dengan brutal nya mengetuk pintu kayu rumah Yoongi hingga seseorang mau membukakan nya.

Tak butuh waktu lama seekor–eh seorang pemuda maksudnya menampakkan dirinya, wajah sayu efek dari bangun tidur itu tampak jelas di wajah tampan pemuda itu.

"Eoh! Kenapa kau tau aku ada disini Park Bantet?"

"Alien bodoh! Aku mengkhawatirkan mu dan kau malah menghina ku, hah?! Minggir aku mau masuk!" Amuk jimin karena kesal.

Dia sudah capek capek datang kemari karena khawatir, tapi manusia itu malah membalas kekhawatiran nya dengan hinaan laknat itu cih menyebalkan sekali! Umpat nya dalam hati.

....

"Jim, ini hanya luka kecil tak usah menelepon Yeol-ie hyung segala." Taehyung jengah karena sikap berlebihan Jimin padanya.

Sebenarnya bukan Jimin yang berlebihan tapi Taehyung yang menganggap remeh luka panjang di lengan sebelah kanan nya.

"Luka kecil? Kau buta Tae! Ini panjang Tae dan aku tau kau pasti tidak mengobati nya kan semalam!"

"Kau kan memang tau Jim, teman bodoh mu itu menganggap enteng semua masalah."

Yoongi datang dengan membawa wadah berisi air hangat dan selembar handuk kecil.

"Hyung! Kenapa kau tidak membela ku!" si empu permasalahan mencebikkan bibir tidak terima.

"Cah, kau kompres luka pembuat onar itu Jim, aku tidak sanggup mendengar rengengkan sakit nya." Yoongi memberikan wadah dan handuk itu kepada jimin.

"Ck! Memang nya aku anak kecil yang akan merengek kesakitan apa!"




Lima menit kemudian




"Aduh Jim sakit sekali! Bisa pelan pelan tidak sih! Kau senga—akh! Sakit Bodoh!"

"Kemana pergi nya bocah sok kuat itu?" Jimin mengejek Taehyung atas ucapan sok kuat nya tadi.

Taehyung baru akan menjawab tapi suara baru yang terlebih dahulu menyauti.

"Mana bocah bandel itu Jim."

Ini suara Park Chanyeol kakak kandung dari Park Jimin yang juga teman dari kakak Taehyung Seokjin dan sama-sama berprofesi sebagai dokter.

"Wah wah wah kenapa disini sangat ramai." dan ini suara Namjoon yang datang bersama Hoseok.

"Eoh! Kalian sudah pulang?" Yoongi bertanya karena tidak biasa nya mereka berdua pulang di jam jam segini.

"Restoran tutup lebih awal hyung dan Namjoon bilang sedang tidak ada pelanggan." jelas Hoseok.

"Eh tangan mu kenapa Tae?" Hoseok baru menyadari luka di tangan Taehyung.

"Gwaenchanh-a hyung, ini hanya luka kecil kok! Tidak sakit juga." Taehyung menjawab dengan diakhiri senyuman manis nya.

"Geojitmal, baru beberapa saat yang lalu kau merengek kesakitan dan sekarang berlagak sok kuat yah? Hyung kau sajalah yang mengobati bayi besar ini, aku tidak kuat lagi."

ungkapan jimin barusan mengundang banyak tawa para pendengar nya. Sedang si tokoh yang di bicarakan  mendengus sebal.

"Teruskan saja hinaan kalian pada ku."

Tapi di dalam hati seorang Kim Taehyung telah menjalar kehangatan tiada akhir, Dia bahagia saat ini.

.

.

.

"kalian adalah sumber kebahagiaan ku yang kedua, terima kasih karena kalian aku bersyukur akan hidup ku yang kelabu ini. Aku bahagia walaupun sumber kebahagiaan terbesar ku hanya terus memberikan goresan luka menyakitkan."
.

.

.

Publikasi : 24 april 2020

Revisi : 21 Januari 2021

Ifa💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top