I. Mistake
🍂There is no third chance 🍂
.
.
.
" Aku hanyalah aku ibu, ayah"
Kth
.
.
.
"Maafkan aku bibi, kami terpaksa harus melepaskan semua alat penopang hidup nya. Bibi dan paman tahu bukan, sudah genap satu bulan ini kondisi nya tak menunjukkan kemajuan yang berarti."
Dokter muda itu menatap sepasang suami istri yang duduk dihadapan nya dengan sendu.
"Boleh kah kami meminta sedikit waktu kembali uisa park? Mungkin kali ini hanya sebagai salam perpisahan."
Sang suami terlihat meremat kuat kedua tangan dokter muda itu bermaksud memohon.
"Yeol-ah apakah kau benar-benar tidak bisa menyelamatkan uri Taehyung-ie? Bibi mohon hiks selamatkan uri adeul."
Sang istri mengaitkan kedua telapak tangan nya memohon dengan isak tangis yang terdengar amat pilu.
Park chanyeol—nama dokter muda itu—hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan buliran air mata yang sudah membasahi kedua pipi.
"Kami hanya bisa memberikan waktu hingga besok pagi paman, bibi. Jika kami menunggu lebih lama lagi itu hanya akan menyakiti Taehyung saja."
"YA TUHAN! APA SALAH PUTRA KU PADA MU?! Hiks hiks yeobo taehyung ku."
Sang suami merengkuh sang istri ke pelukan nya yang tengah menangis terisak isak dengan jeritan kesedihan.
Bahkan tidak hanya kedua insan paruh baya itu yang menumpahkan bulir bulir asin tapi dokter muda itu pun juga.
Sebelumnya
Plak
"ANAK BODOH! kapan kau akan berhenti membuat ulah, Eoh?! Apakah hidup mu ini hanya digunakan untuk mempermalukan Ayah dan Ibu mu saja, begitu?!"
Tuan Kim Jaejun menampar putra kedua nya—Kim Taehyung dengan kekuatan yang tidak main-main terbukti dari sang putra yang kini telah jatuh tersungkur dengan darah di sudut bibir nya.
"Kapan kau akan membanggakan Ayah seperti hyung mu yang telah menyelesaikan pendidikan kedokteran nya dengan nilai sempurna? Atau jika kau tidak menguasai bidang akademik kau bisa seperti adik mu yang membanggakan kami dalam bidang olahraga, kemarin dia baru saja memenangkan lomba taekwondo tingkat nasional. Bukan seperti ini! Sering membolos, berkelahi, merokok, dan sekarang apa lagi ini?! Balapan liar?! Dasar anak tidak berguna!"
Jaejun berniat untuk kembali melayang kan pukulan ke arah putra kedua nya tapi ia urung kan karena jawaban yang keluar dari dalam mulut Taehyung.
"Benar! Ayah memang benar Aku memang anak tidak berguna, anak bodoh yang selalu membuat kalian malu dan merepotkan. Jadi Ayo pukul aku lagi Ayah! Pukul! Pukul hingga Ayah puas!"
Taehyung menggenggam erat lengan Jaejun dan mengarahkan telapak tangan itu tepat di wajah nya.
"Berani menjawab rupa nya! kau memang Anak kurang ajar dan tidak memiliki sopan santun ternyata, Baiklah tunggu disini!"
Jaejun menepis pergelangan tangan Taehyung dan berjalan menuju sudut ruangan berniat mengambil tongkat golf yang memang ia letakkan disana.
Namun...
"Aku tidak memiliki sopan santun, sebab Ayah tidak pernah mengajarkannya, yang Ayah ajarkan pada ku hanyalah kekerasan. Bahkan kalian pun tak pernah menganggap ku ada kan?! Yang kalian fikirkan hanya Seokjin hyung, Seokjin hyung, Jungkook, Jungkook dan Jungkook. Apa benar aku juga anak kalian hiks." Taehyung jatuh terduduk, hati nya teramat sakit kini.
Memang salah seorang anak yang menginginkan kasih sayang kedua orang tua nya? Taehyung melakukan semua kenakalan itu semata mata hanya untuk mendapatkan sedikit saja perhatian mereka, tapi apa ini? Yang ia dapatkan hanyalah goresan luka yang teramat dalam dan menyakitkan. Boleh kah Taehyung menyerah saja?
Taehyung mulai bangkit dan berdiri Di hadapan sang ayah lalu meraih lengan serta menatap manik kembarnya.
"Ayah aku anak mu juga kan? Kau sayang pada ku kan Ayah? Kau juga peduli pada ku kan? Kau melakukan ini karena kau peduli pada ku kan? Ayah jawab aku? Jika iya maka lakukan lah pukul aku lagi, ayo pukul aku Ayah! Pukul! Pukul! Pukul aku! Aku suka! Ayah ayo puk—"
"Bocah gila! Keluar kau dari ruangan ku."
Jaejun menepis lengan Taehyung dan berjalan menuju meja kerja nya meninggalkan taehyung yang kembali mendapatkan hujaman rasa sakit.
"Bisa tidak sehari saja kau tidak membuat keributan?"
Suara lembut namun penuh duri itu terdengar sesaat setelah ia keluar dari ruang kerja sang Ayah. Siapa lagi pemilik suara lembut itu jika bukan sang Ibu—Kim Taehee.
Taehee menatap kesal putra tengah nya sesaat, kemudian berlalu pergi menuju ruang kerja sang suami.
"Ibu,"
"Jika aku mati apa kalian akan bahagia?"
Deg!
Taehee menghentikan pergerakan tangan yang semula akan membuka knop pintu lalu menoleh ke belakang tempat sang anak tengah berdiri.
Ada sedikit sesak yang memenuhi rongga dada saat mendengar penuturan lirih dan sarat akan luka itu. Bahkan detak jantung nya kini berdetak lebih cepat dari biasanya saat netra menatap wajah penuh luka si tengah.
Namun seakan si Ego berkata untuk tidak menghiraukan si anak, di karenakan ia merasa ini semua semata-mata agar sang anak bisa berubah dan memperbaiki sikap serta tingkah laku yang sudah kelewat batas menurut nya.
Dengan bermodalkan Ego Taehee meninggalkan taehyung dan mulai memasuki ruang kerja dan meninggalkan sang anak yang sekali lagi harus menelan pahitnya kekecewaan.
....
Taehyung melangkah kan kaki menuju anak tangga, netra nya menatap jam besar yang berada di samping lemari kaca yang sudah menunjukkan pukul 00.15 malam.
Kaki nya sudah berpijak di lantai 2 saat ia mulai berjalan menuju kamar nya, pintu besar utama terbuka memperlihatkan sang hyung dengan jas kedokteran dan tas kerja di masing-masing tangan nya.
Dapat Taehyung liat sang Ibu berjalan tergopoh gopoh untuk menyambut hyung nya. Sang Ibu terlihat tengah bertanya ini itu sambil mengelus pipi hyung nya dengan lembut.
Ada rasa iri saat melihat adegan dimana seorang Ibu yang menyayangi anak nya dan menghujani si anak dengan pertanyaan kekhawatiran. Taehyung juga ingin sang Ibu memperlakukan nya sama seperti kakak dan adik nya, tapi kenyataannya ibu dan ayah nya hanya membenci diri nya.
Memang apa kesalahan nya? Kenapa kedua orang tua nya sangat membenci nya? Apa Taehyung salah jika dia berusaha mendapatkan kasih sayang Ayah dan Ibunya? Taehyung akui memang cara yang ia ambil sudah keterlaluan tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu cara yang tersisa.
Dulu saat Taehyung menginjak bangku sekolah menengah pertama ia belajar mati matian agar mendapat nilai yang membanggakan kedua orang tua nya, tapi apa? mereka tetap membandingkan diri nya dengan sang hyung yang mendapat kan nilai sempurna hampir di setiap bidang studi.
Saat baru memasuki sekolah menengah atas Taehyung pun mengikuti jejak sang adik yaitu berkecimpung dalam olahraga dan taehyung memilih olahraga tinju. Namun taehyung harus berpuas saat diri nya hanya bisa mendapatkan juara ketiga di perlombaan itu.
Dan inilah akhirnya, si biang onar yang suka berkelahi dengan bermodalkan mantan atlet tinju. Suka membolos dan berteman dengan sembarang orang, dan inilah ia sekarang Siswa senior high school tahun ke tiga yang masuk daftar merah sebagai siswa yang terancam tidak lulus.
Lamunan nya terhenti saat sang hyung menepuk pelan bahu nya.
"Kau berkelahi lagi Tae? Kau tidak bisa yah sehari saja tidak merepotkan dan mempermalukan Ayah dan Ibu?!"
Seokjin menatap tajam Taehyung yang kini hanya tersenyum miring kearah nya.
"Ck! Memang nya kau siapa?"
Taehyung menepis lengan seokjin yang ada di bahu nya kemudian berjalan menuju kamar nya dengan tertatih.
"Tidak heran kenapa Ayah dan Ibu membenci mu! Karena beginilah sifat mu, liar!"
Taehyung tak menghiraukan ucapan Seokjin, ia menutup pintu kamar nya dengan keras. Setelah itu berjalan menuju ranjang dan menduduki tubuh nya disana.
Perlahan taehyung mulai melepas kan jaket yang menutupi seragam sekolah nya. Terlihat siku sebelah kanan terluka dan mengeluarkan darah.
Setelah itu Taehyung beralih ke arah kaki kanan nya, dengan perlahan ia menyingkap celana panjang itu hingga lutut dan disana juga terdapat memar keunguan. Sebenarnya tadi saat sepulang sekolah ada insiden kecil yang menimpa, Taehyung terjatuh dari motor karena berniat menghindari seorang anak yang menyebrang jalan dengan seenaknya dan begini lah akhirnya.
Kembali pada Taehyung ia mulai berjalan ke arah kamar mandi. Untuk Membersihkan tubuh penuh luka nya
Saat ini Taehyung terlihat menahan satu isakan tangis yang hampir keluar dengan menggigit kuat kuat bibir pucat nya. Bukan hanya fisik. yang terluka tapi hati nya juga turut terluka, Dan itu sakit sekali.
Taehyung menyalakan keran air itu agar suara tangisan nya tidak terdengar hingga keluar. Taehyung teramat sakit, hingga rasa nya ingin menyerah saja. Sungguh taehyung lelah memberikan kesempatan kepada mereka untuk berubah tapi lagi dan lagi yang taehyung dapatkan hanyalah kekecewaan.
Hiks
Hiks
Hiks...
.
.
.
.
"Sekarang aku tau apa kesalahan ku, kesalahan ku adalah terlahir di antara kalian. Diantara kakak dan adik yang sempurna."
Writing : 23 april 2020
Revisi : 20 Januari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top