53. Artis U-Tube

Sudah dua minggu perkuliahan kembali jalan. Tidak ada hal spesial yang terjadi di rumah. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Terlebih Mark. Cowok itu selain memikirkan skripsi, ia juga sedang mengurus proposal KKN untuk akhir semester ini. Tidak tanggung-tanggung, berlaku sebagai ketua unit, Mark mengusulkan kelompoknya untuk pergi KKN ke Kalimantan Timur. Kerja sekaligus jalan-jalan.

Rendra pun sama. Cowok itu mulai mengajar beberapa kelas anatomi. Tak jarang Rendra harus begadang hingga tengah malam karena kini ia tidak punya waktu untuk mengerjakan tugas di siang hari.

Jeno semakin jarang di rumah. Jevin pun begitu. Nggak tahu apa yang mereka lakukan di luar sana. Keduanya terlihat sengaja menghindar berlama-lama di rumah.

Naya mulai sibuk mengikuti kegiatan organisasi. Waktunya cukup tersita karena ia berpartisipasi dalam dua event besar di kampus saat ini. Tak jarang cewek itu terpaksa pulang malam. Sesekali Naya terlihat diantar jemput oleh Julian, yang bahkan sebenarnya tidak ikut serta dalam acara-acara tersebut.

Penghuni yang paling sering menghabiskan waktunya di rumah adalah Hechan. Waktu semester kemarin sih, dia masih ada beberapa kegiatan. Apalagi kalau bukan mengikuti mantan gebetan pergi. Karena sekarang dia sudah resmi jadi jomblo, kerjanya hanya nonton TV-makan-tidur-main game.

Akhir-akhir ini Hechan jadi suka main media sosial. Awalnya dia sengaja menghindar dari hal itu karena masih trauma belum mau melihat kedekatan Kak Nana dan Lucas yang baru saja balikan. Karena luka hatinya sudah mulai sembuh, Hechan kembali berselancar internet. Ia jadi suka melihat cover lagu para artis. Tiba-tiba Hechan kepikiran mau coba-coba nyanyi lagi, yah dulu semasa sekolah dia pernah masuk dalam klub musik.

"Neng," panggil Hechan saat melihat Naya lewat sehabis pulang kuliah. Tangannya bergerak menyuruh gadis itu mendekat. "Sini, lihat cover lagu yang ini deh."

Naya menoleh sejenak. Ia sibuk melepas sepatu dan kaus kakinya. "Masih nonton begituan, Kak?"

"Ini bagus, Neng. Suaranya keren banget," puji Hechan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Naya berjalan mendekat. Ia menunduk ikut melihat video yang sedang diputar.

"Ganteng, Kak."

"Makasih," balas Hechan sambil cengir-cengir.

Naya menoyor kepala Hechan tanpa ampun. "Bukan Kak Hechan, tapi yang itu," balas Naya sambil menunjuk seorang cowok yang sedang bernyanyi sambil bermain gitar.

"Kak Hechan ikut cover lagu aja. Nanti bikin video gitu juga," usul Naya. Gadis itu berputar dan memilih duduk di armchair.

"Kalau nyanyi gue sih bisa," ucap Hechan. "Tapi tampang belum bagus nih untuk ditunjukkan pada dunia."

Naya terkekeh. "Rajin mandi aja, Kak. Nanti pasti banyak yang suka."

"Jangan ah, kalau gitu," ucap Hechan cepat. "Kak Hechan maunya cuma Neng Naya aja yang suka."

Naya memutar bola matanya jengah. "Ngalus mulu."

Hechan meringis. Ia kembali melihat layar ponselnya. "Temenin nyanyi yuk, Neng. Gue nggak pede kalau nyanyi sendirian."

"Ajak Kakak deh," usul Naya. "Aku sih nggak bisa nyanyi. Kalau Kakak suka nyanyi sambil gitaran gitu."

Hechan hanya manggut-manggut. Waktu SMA dulu dia pernah lihat Mark tampil sebagai gitaris band sekolah. Suaranya pun cukup enak didengar.

"Boleh deh, nanti gue coba."

--

Naya menyetel kameranya hingga dapat menangkap gambaran Hechan dan Mark dengan jelas. Mark asyik bersenandung sendiri sembari memetik senar gitarnya. Hechan malah bolak-balik berkaca, benerin rambut lah, ngeliatin jerawat lah, apa aja dia urusin. Mereka akan rekaman pertama kali dengan dibantu oleh Naya sebgai operator.

"Serius dong, Kak" omel Naya yang kesal karena sedari tadi Hechan sibuk bergerak kesana-kemari.

Mark menghentikan permainan gitarnya. Ia melihat ke arah sang adik dengan sebelah alis terangkat.

"Kak Hechan maksudnya hehe," ucap Naya sambil menunjuk Hechan yang masih asyik berkaca.

Naya akhirnya berdiri. Ia menarik Hechan agar duduk kembali ditempatnya. Cewek itu gemas. Ia menata rambut Hechan sedemikian rupa agar menutupi jerawat matang cowok itu yang terletak di dahi.

"Nah, udah," seru Naya merasa puas dengan hasil kerjanya. Ia kembali ke belakang kamera. "Mulai aku rekam ya."

"Tunggu!"

Mark dan Naya sontak melihat ke arah Hechan. "Mau ambil napas panjang dulu!" ucapnya sambil terkekeh.

Kakak-beradik itu geleng-geleng kepala. Akhirnya Hechan siap. Mark mulai memainkan gitarnya. Hechan bernyanyi.

Rekaman yang harusnya bisa langsung jadi itu terpaksa terulur menjadi satu jam. Hechan biang masalah. Cowok itu tidak bisa mengatur raut wajahnya yang tegang. Alhasil, Mark jadi tertawa terus melihatnya. Untung saja, kedua cowok itu sudah rekaman suara secara terpisah di studio kemarin sore. Kalau tidak, Naya harus memukul kepala mereka satu persatu agar kewarasannya kembali.

"Akhirnya," ucap Mark sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia masih memeluk gitar di depan.

Hechan langsung menghampiri Naya. Cowok itu merebut kamera dan berusaha memonitor penampilannya tadi. Naya duduk saja di lantai, tiba-tiba dia merasa lelah, padahal gadis itu cuma berperan sebagai orang di balik layar.

"Bagus ya, Neng."

"Iya, lah," jawab Naya bangga.

Pasalnya, gadis itu yang repot mengatur ruang santai di lantai dua sedemikian rupa hingga menjadi lebih aesthetic. Naya juga mengatur tiga buah kamera sekaligus untuk mengambil gambar dari beberapa sudut.

"Nah, tinggal siapa nih yang mau edit," sela Mark sambil kembali duduk.

"Neng Naya, lah," jawab Hechan cepat. Ia menunjukkan senyuman jahilnya sambil menaik-naikkan kedua alis. "Neng Naya kan jago banget masalah edit video kayak gini."

Mark menatap ke arah sang adik. "Bener kamu nggak papa, Nay?"

Naya mengangguk. "Iya, nggak papa, Kak. Lagian nanti Kak Hechan kasih aku gaji kok."

"Eh, sejak kapan ada hal begituan di kontrak kerja," pekik Hechan.

"Sejak kapan ada kontrak kerja di antara kalian?" sahut Mark.

Naya tersenyum manis. "Mulai hari ini aku bertugas sebagai manajer kakak-kakak semua. Kontrak kerjanya aku yang bikin, tapi menyusul ya."

"Nay, bikin yang menguntungkan ya," sahut Mark sambil tersenyum penuh makna. Naya mengangguk setuju.

Hechan menggeleng. Berurusan dengan Mark-Naya kalau sudah ada duit di antara mereka tuh bisa bikin kantong makin tipis. Nyerah deh Hechan. Semoga channel U-Tube nya nanti membuahkan banyak hasil.

"Ya sudah, Kakak mau ada rapat nih," ucap Mark sambil berdiri. "Kamu makan malam sendiri nggak papa, Nay?"

Naya hanya mengangguk. "Rapat apa, Kak? Pulang jam berapa?"

"Rapat KKN. Karena beda fakultas, jadi cuma bisa kumpul malem. Nggak tahu selesainya jam berapa," jawab Mark.

"Hati-hati ya, Kak. Kalau ngantuk jangan nyetir. Minta dianterin temen aja," ucap Naya.

Mark hanya mengangguk. Cowok itu berlalu ke dalam kamarnya sambil membawa gitar.

--

Naya melepas headphone dari telinga. Gadis itu melirik Hechan yang tampak sangat serius melihat layar laptop. Naya beringsut mendekat, berusaha mengintip apa yang sedang dikerjakan cowok itu. Untung saja, ternyata Hechan sibuk membuat tugas kelompoknya.

"Kak, aku lama-lama eneg dengerin lagu Mistletoe-Justin Bieber, nih," keluh Naya.

Hechan menoleh. "Bentar ya. Habis gue kelar ngerjain ini, gue bantu."

Naya terperangah. Hechan kayaknya bener pengin jadi artis deh. Denger aja tuh. Bicaranya kayak anak bertanggung jawab gitu. Nggak kayak biasanya yang tukang ngomong sembarangan.

Ini malam Sabtu. Hanya ada Naya dan Hechan di rumah. Penghuni lain entah sedang kemana, padahal di luar sedang hujan. Karena tidak ada pekerjaan, Naya mengajak Hechan untuk melakukan editing bersama. Ternyata cowok itu sedang ada deadline tugas kelompok. Berakhirlah Naya dan Hechan duduk bersama melantai di ruang TV menghadapi laptop masing-masing.

"Yuk," ajak Hechan. "Sini gue bantu."

Naya mengangkat wajahnya. "Aku laper, Kak."

"Oh iya, kita belum makan malam," ucap Hechan. Saking seriusnya mengerjakan tugas, cowok itu lupa dengan rasa lapar.

"Pesen makan, Kak," pinta Naya. "Kalau laper jadi nggak bisa mikir."

Hechan meraih ponselnya dan duduk di sofa belakang Naya. Tangan kirinya mencubit pipi Naya yang masih duduk melantai. Hobi Hechan yang baru adalah memainkan pipi gadis itu, padahal nggak tembem.

"Mau apa nih?" tanya Hechan. Tangan kanannya membuka aplikasi pesan antar.

"Terserah," jawab Naya. Gadis itu menepis tangan Hechan pelan dan kembali meraih mouse.

"Ih, kayak cewek-cewek labil nih," ejek Hechan. "Ayolah, Neng. Jangan terserah. Katanya laper."

"Yoshinoya, Kak," jawab Naya semangat. Gadis itu berbalik dan menatap Hechan sambil mengedip-edipkan matanya. Tak lupa ia menunjukkan senyuman manisnya.

Hechan menoleh. Ia kembali mencubit pipi Naya. Kali ini kedua pipi gadis itu jadi sasarannya.

"Duit gue nggak cukup kalau gituuu," jawab Hechan gemas.

"Sakit ah, Kak," balas Naya berusaha membebaskan diri.

Hechan hanya tertawa-tawa. Ia baru melepaskan cubitannya setelah mendapat pukulan maut dari Naya di perutnya. Tawanya berganti menjadi suara mengaduh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top