Part 39

Dean menyanggah sendiri apa yang sudah dilihatnya, perhatiannya kembali teralih pada deretan cat warna di depannya. Kakinya kembali bergerak menuju rak yang memajang kuas dengan berbagai bentuk. Ingatannya kembali pada beberapa kuasnya yang sudah rusak. Tangannya mengambil dua kuas baru berniat untuk mengganti yang telah rusak, sekaligus dengan paletnya.

Imajinasinya mulai bekerja, membentuk bayangan-bayangan yang akan dituangkan diatas kanvas. Bibir Dean membentuk garis lurus mengingat kembali ide yang muncul di kepalanya. Saat matanya menyusuri deretan palet, saat itu pula matanya kembali menemukan bayangan dua orang yang sangat dikenalnya. Keduanya saling tersenyum satu sama lain, tampak jelas ada nuansa merah jambu di sana.

Dean segera menuju kasir untuk membayar barang-barang yang sudah diambilnya. Ada kemarahan yang menyusup ke dalam hatinya. Kemudian menghela napas panjang untuk meredakan emosi yang bercokol dalam dadanya. Otaknya bekerja lebih keras, mencari tahu apa yang akan dilakukan sekarang. Dia berusaha meyakinkan diri bahwa yang dilihatnya itu tidak benar.

"Lama nggak ke sini, Mas?" Nita menyapanya dengan ramah.

"Iya, Mbak. Baru banyak tugas di sekolah." Pikiran Dean tak bisa lepas dari pemandangan yang dilihatnya di luar ruangan.

"Sudah dipotong sesuai diskon dari Pak Sofyan ya Mas. Terimakasih ya," ucap Nita seraya menyodorkan sejumlah uang kembalian dan struk belanja.

Dean hanya mengangguk. Matanya menyusuri deretan lukisan yang tadi disentuhnya sekali lagi sebelum keluar dari ruangan. Langkahnya terhenti sejenak saat mendekati pintu. Matanya kembali menatap pasangan yang duduk di depan toko buku yang ada di sebelah galeri. Dadanya kembali meluap, membuat Dean menghela napas kasar.

Kenapa dia harus kesal? Kenapa dia bereaksi seperti ini saat melihat keduanya?

Kepala Dean penuh dengan pertanyaan yang tak bisa dijawabnya sendiri. Seharusnya dia senang atau minimal tak merasakan apapun. Dean membatalkan niatnya untuk menghampiri keduanya. Hembusan angin basah kembali menerpa tubuhnya saat membuka pintu toko. Dean berjalan menunduk, berusaha menipu penglihatannya sendiri.

Dean menembus hujan menuju parkir tanpa sedikit pun mendongakkan kepala. Hujan sudah reda, meninggalkan kubangan air diaspal rusak. Jogja kembali menggeliat, tidak sedikit yang rela menerjang hujan meski tubuhnya harus basah. Dean menghindari bertatap mata dengan pasangan yang sangat dikenalnya dengan menyibukkan diri dengan barang bawaannya.

"Dean," kepala Dean menoleh ke sumber suara.

"Eh...Hai, Rum." Dean pura-pura tidak menyadari kehadiran sepupunya di sana.

"Sini," Rumi melambaikan tangan ke arah Dean.

Dengan langkah malas, Dean bergerak mengikuti lambaian tangan Rumi. Sesekali Dean menatap wajah tegang disamping saudaranya. Senyum yang tadi mengembang saat dilihat Dean dari dalam toko Pak Sofyan memudar. Sinar merah lampu jalan tidak berhasil menutupi wajah Jae yang menjadi seputih kapas.

"Kenalin nih, pacarku," Senyum merah jambu mengembang di wajah Rumi. "Jae, satu sekolah sama kamu, kan?"

"Jae, kenalin ini sepupuku, Dean." Rumi menatap dua orang lekaki di depannya secara bergantian.

Dean menulurkan tangan disertai dengan tatapan tajam, "Halo Jae, aku bakal didepak dari sekolah kalo sampek nggak mengenali ketua OSIS." Dean mengembangkan senyum intimidasi, membuat uluran tangannya sempat mengambang di udara selama beberapa detik.

"Benarkah?" Jae hanya tersenyum melihat Rumi terkejut.

"Iya," jawabnya singkat.

"Dia nggak cerita?" Rumi hanya menggeleng saat Dean menyatakan rasa terkejutnya. "Keren ya, kalian kenal sudah lama?"

"Belum sih," Rumi berhenti menghisap pipet yang menyembul dari gelas plastik yang dipegangnya. "Hampir dua bulan."

"Kamu dari mana Dean?" Jae mencoba mengalihkan pembicaraan.

Duduknya mulai gelisah. Kaki kanan Jae mulai bergerak-gerak sedangkan kepalanya menoleh ke sekelilingnya. Matanya seolah sedang berusaha menemukan sesuatu tapi nihil. Kehadiran Dean yang tiba-tiba membuatnya tak bisa berkutik di depan Rumi. Diam-diam dia mencari cara agar Rumi tidak terlalu banyak ngobrol dengan Dean.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top