Part 3


"Ti-ti-tidak Bu," suara Reno mengambang di udara hampir tak terdengar.

"Apa ini maksudnya?" telunjuk Yustin memantul-mantul di kertas yang masih dipegangnya. Sedangkan Reno menundukkan kepala semakin dalam.

"Mulai besok kamu berdiri di depan kelas selama mata pelajaran saya selama dua minggu." Yustin menarik napas dalam sebelum menghempaskannya melalui mulut. "Kamu bikin tulisan dalam lima kertas folio yang berisi permintaan maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Selesaikan soal halaman 142 sampai 175."

Reno menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi bersamaan dengan Yustin yang membalikkan badan meninggalkan mejanya. Siswa dari kelas lain mulai berhamburan keluar setelah bel istirahat melengking ke seluruh penjuru sekolah.

"Sebagai PR, kalian kerjakan soal nomor 142-145." Yustin membalikkan badannya.

Reno melangkahkan kaki beringsut mendekati Yustin. "Bu, bisa nggak hukumannya dikurangi?" Wajah Reno memelas.

Kedua tangan Yustin bertumpu pada meja di depannya. "Kalo mau tanpa hukuman juga bisa, saya bisa limpahkan kasus ini ke guru BK." Tatapan Yustin penuh amarah, tak lepas sedetik pun dari Reno

Wajah Reno berubah seputih kapas. Tulangnya terasa remuk, tak mampu lagi menyangga tubuhnya. "Ng..nggak Bu, akan saya kerjakan tugasnya," ucapnya mengakhiri negosiasi. Dia bisa merasakan tatapan tajam Yustin yang menjalar di seluruh punggungnya.

Meski di luar kelas sudah riuh tapi belum ada satu pun siswa yang berani beranjak dari kursinya. Amarah Yustin sepertinya benar-benar meledak. Tangan Yustin dengan cekatan kembali merapikan buku yang baru saja digunakan untuk mengajar. Yusin berhenti sejenak dan menatap ke arah Dean yang sudah mulai berdiri. Matanya seketika berubah semakin merah saat melihat wajah datar Dean menyapu seluruh ruang kelas. Seolah tak peduli apa yang sedang terjadi, Dean hendak meninggalkan kelas begitu saja.

"Dean kamu ke ruang saya sekarang!" masih tak ada satu senyum pun yang terlukis di wajah Yustin.

Dean memutar kedua bola matanya. "Astaga Ferguso!" desisnya lirih. "Nanti saja ya Bu, laper nih." Dean pura-pura merintih sambit meremas perutnya.

"Boleh, jika kamu ingin tidak lulus semester ini." Bisa dipastikan keberanian Dante sudah menyentuh langit hingga berani bicara seperti ini pada Yustin.

Bibir tebal Dean mengeluarkan gumaman. Tangannya mengacak kasar rambutnya yang tebal mulai menutupi ujung telinga. Sebenarnya Dean tahu, Yustin tidak akan pernah serius dengan ancamannya. Dia sudah memegang kunci agar Yustin tidak memperlakukan nilai Matematikanya dengan kejam.

Yustin kembali menoleh sebelum langkah terakhir meninggalkan kelas, memastikan Dean mengikuti langkahnya. "Dean!" lengkingan Yustin mampu menarik mata seisi kelas untuk menatap ke arah pintu.

Dean melompat sesaat setelah mendaratkan badannya di ujung meja. Seolah kamrahan Yustin bukanlah hal yang besar untuknya.

"Siap, Bu." Dean segera mengikuti langkah Yustin sebelum teriakan kedua bisa memecahkan gendang telinganya.

Brakkk!!

Dean menyenggol tangan seseorang yang memegang gulungan kain kanvas yang hampir diinjaknya. Sebuah gulungan mendarat tidak jauh dari kakinya. Sebenarnya Dean ingin meninggalkan begitu saja, tapi gulungan itu menarik perhatiannya. Baru saja tangannya bergerak untuk membuka lembaran besar, telinganya sudah menangkap sebuah teriakan.

"Kenapa sih jalan nggak lihat-lihat!" Dean mendapati wajah musuh bebuyutannya yang merah padam.

Dean membatalkan niatnya untuk minta maaf setelah melihat Gia di depannya. Kedua tangan sibuk mengusap debu di bajunya setelah terjatuh. Susah payah dia meraih buku-bukunya yang berserakan di lantai.

"Nyari apa?" Suara Dean tak kalah nyaring berhasil menyadarkan Gia bahwa benda yang dicarinya sedang berada dalam genggaman Dean.

"Ya Tuhan!" desisnya, berharap lawan bicaranya tak mendengar tapi cukup membuat Dean tersenyum tipis.

Disa yang sedari tadi hanya diam di samping Gia perlahan menarik lengan sahabatnya agar segera menjauh, sebelum suasana semakin memanas. Dia tak ingin Gia kembali menjadi tontonan saat bertengkar dengan Dean lagi. Hal sepele sekalipun bisa membuat keduanya bertengkar hebat. Tapi Gia kembali lagi mengacuhkannya, bujukannya tak berhasil.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top