PENAWAR LUKA YANG MENGGODA (5)

THIS WORK BELONGS TO NURMOYZ (Nurmoyz)
VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK

🔥🔥🔥

Rafa membawaku masuk ke kamarnya, dia membaringkan aku dengan lembut ke atas ranjang king size ruangan itu. Matanya menatapku penuh cinta, tangan besarnya pun bergerak mengusap rambutku dengan lembut dan menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga. Kami tak mengucap satu kata pun, hanya sibuk saling mengamati satu sama lain untuk merasakan perasaan masing-masing. Sampai akhirnya bibir tipis Rafa menyunggingkan senyum lembut. Mengantarkan getar rasa yang lagi-lagi membuatku merasa sangat dicintai. Jika boleh jujur, Rafa adalah satu-satunya laki-laki yang pernah menatapku memuja seperti ini.

Bukan aku terlalu percaya diri, tapi aku bisa merasakannya dari setiap sentuhan Rafa yang penuh kelembutan, serta tatapan hangatnya yang sendu. Sampai akhirnya suara serak dan dalam Rafa akhirnya terdengar memecah keheningan. "Apa kamu yakin ingin naik ke ranjangku secara suka rela? Aku akan mem-"

Aku tak membiarkan Rafa menyelesaikan kalimat, kubungkam mulut seksinya agar dia diam. Setelah beberapa saat aku pun melepas kecupan dan menatap iris mata coklat madu laki-laki itu dengan yakin. Tak ada keraguan lagi dalam hatiku.

"Aku sudah menyerahkan jiwaku sepenuhnya pada iblis tampan ini. Tolong tepati janjimu untuk membawaku keluar dari neraka ini. Tak peduli bila akhirnya neraka lain harus aku masuki, asal itu denganmu aku bersedia."

Rafa tersenyum mendengar ucapanku, dia mengecup keningku cukup lama sebelum akhirnya kembali menatapku penuh cinta.

"Aku akan membuatmu tahu apa itu dipuja dan dicintai lewat sentuhan. Aku janji akan memperlakukanmu dengan lembut dan hati-hati." Tak butuh waktu lama, Rafa akhirnya bergerak mengecup seluruh wajahku, dari mata, pipi, hidung dan terakhir bibirku. Ciumannya terasa lembut dan penuh perasaan, seolah Rafa benar-benar membuktikan ucapannya bahwa hubungan ranjang bukan hanya melibatkan nafsu tapi juga ada cinta.

Aku memejamkan mata, menikmati segala rasa yang Rafa berikan. Sampai akhirnya Rafa kini merubah posisi kami, menarik ku agar duduk di atasnya, saling berhadapan tanpa melepas pagutan. Tangan besarnya semakin menekan tengkukku agar memperdalam ciuman. Lalu tangannya yang lain bergerak ke bawah menekan pinggul dan punggungku agar semakin merapat padanya. Payudaraku yang tak memakai bra menempel pada dada bidang Rafa. Saling bergesekan dan membuat gairahku semakin terbakar.
Ciuman kami pun perlahan berubah semakin menggebu dan saling menuntut. Aku bisa merasakan kejantanan Rafa menekan vaginaku, mengantarkan getaran gairah yang semakin membumbung tinggi. Decapan pun mulai intens terdengar di kamar bernuansa abu-abu ini. Shit! laki-laki ini benar-benar membuatku gila dengan semua sentuhan lembutnya.

Tangan Rafa akhirnya bergerak menarik ritsleting gaun di bagian belakang, seolah pasrah, aku otomatis menurunkan tangan kala dia melepaskan lengan gaun itu dari bahuku.  Jari-jari hangat Rafa kini menelusuri punggung telanjang ku dengan gerakan seringan kapas. Seolah Iblis mendukung cinta terlarang kami, aku bahkan belum sempat memakai bra ketika bangun tidur. Hingga Rafa tak perlu bersusah payah untuk menikmati dua bukit kembarku yang kini terpampang tanpa penghalang. Kepalanya kini bergerak mengecupi leher, menjilat dan sesekali meninggalkan tanda kepemilikan di sana.

"Ah ... Raf, ah ... ini ... egh... sst... ah." Aku tak mampu menahan desahan kala Rafa memainkan puting payudaraku yang sudah menegang dengan tangan dan sesekali meremasnya gemas, sedang mulutnya masih sibuk menjilat bagian belakang telingaku. Sial! Ini benar-benar nikmat ... aku tak tahan lagi! Aku ingin Rafa memasukkan kejantanannya sekarang. Selama pernikahanku dengan Alex dia tak pernah menyentuhku seperti ini.
Seolah belum cukup membuatku menggila, kepala Rafa kini bergerak turun ke payudaraku. Lidahnya mulai mengulum, menjilat, dan sesekali menyedotnya dengan kuat. Sedang satu tangannya yang lain memainkannya, memelintir dan mengusap lembut.

"Ah ... Raf ... please ini enak sekali, shit!" Tanpa sadar aku mengumpat saat Rafa memainkan dua bukit kembarku secara bergantian dengan mulutnya seperti bayi yang tengah menyusu.

Mendengar makian itu, Rafa mendongkak menatapku lalu tersenyum penuh kemenangan. "Ini baru permulaan, Kayra, aku akan memberikan yang lebih dari ini. Jadi bersiaplah, aku akan membuatmu berteriak berkali-kali karena kenikmatan ini." Rafa kembali memainkan payudaraku tanpa ampun setelah mengatakan itu.

Ketika gairah kami semakin berkobar liar, Rafa mengangkat tubuhku dengan satu tangan, seolah beban tubuh ini tak seberapa. Dia mengubah posisi kami, mengungkung aku di bawahnya. Rafa kembali mengecup bibirku sekilas sebelum bangkit dari atasku untuk membuka polo shirt yang dia kenakan. Aku terpaku dan tanpa sadar mengangkat tubuh menjadi duduk saat tubuh kekar Rafa kini terpampang tanpa penghalang. Otot-otot dadanya yang menonjol, perutnya yang rata dan membentuk otot yang sempurna membuatku penasaran ingin menyentuhnya langsung.

"Sentuhlah dan rasakan bagaimana kesempurnaan ini akan menjadi milikmu," ujar Rafa menarik tanganku dan meletakannya di tubuh kekar laki-laki itu. Seolah dia tahu apa yang aku pikirkan.

Rafa memejamkan matanya begitu tanganku menelusuri tubuh indahnya dari dada sampai ke perut sixpack dan berhenti tepat di atas pusar. Setan dalam diriku mulai bangkit untuk membalas Rafa dengan membuat gerakan memutar di bagian perut. Aku mengusapnya dengan lembut lalu turun ke bawah berniat ingin menyentuh batangnya yang sudah menonjol. Namun, Rafa langsung mencekal pergelangan tanganku.

"Jangan, Kayra, aku nggak mau keluar sebelum memuaskanmu dan membuatmu meneriakkan namaku berkali-kali," ujar Rafa menatap dalam mataku. Lalu tanpa aba-aba dia menerjang tubuhku dan kembali mengungkung di bawahnya.

Kali ini tak ada kelembutan, Rafa memulai tempo permainannya dengan menggebu. Dari menciumku sampai berbagi liur lalu memainkan payudaraku dengan intens, kemudian bergerak ke bawah mengecupi tubuhku, dari pinggang sampai perut dan berakhir di liang senggamaku.

"Ya ampun ... kamu basah sekali, Kayra, aku menyukai baumu," ujar Rafa sambil mengendus area sensitifku. Apa yang dia lakukan membuatku menggigit bibir.

"Ah ... Raf!" Desahanku kembali lolos karena Rafa kini sudah memainkan lidahnya di vaginaku. Menjilat dan menghisapnya dengan kuat hingga menimbulkan suara decapan yang semakin mengobarkan gairah.

"Oh Tuhan ... ah ... bangsat, kamu, Raf, ini nikmat sekali ah ... egh ... ssst ... ah ... ya kayak gitu enak sekali oh Tuhan .... terus ... ya ... seperti itu ... ah ... ah .. ah ... ssst ... ah ... aku ingin keluar, Raf." Aku meracau, tubuhku sudah bergerak-gerak gelisah. Bahkan sampai membusungkan dada dan meremas seprei untuk melampiaskan gairah yang membakar. Aku tanpa sadar menekan kepala Rafa agar dia semakin menghisap vaginaku lebih kuat. Hingga akhirnya cairan hangat terasa keluar dari bawah sana. Nafasku memburu karena orgasme pertama. Aku bisa merasakan Rafa menghisap cairan itu tanpa rasa jijik.

"Ya seperti itu, jangan ditahan ... lampiaskan kenikmatan ini dan teriakan namaku. Aku suka mendengarnya." Setelah mengatakan itu Rafa kembali menenggelamkan kepalanya pada lubang kenikmatanku. Kali ini dia memasukkan dua jarinya yang besar hingga membuat tubuhku kembali menegang. Dia membawa jari-jari itu keluar masuk.

"Ah ... Raf ... shit!" Aku mengumpat lagi karena sensasi yang Rafa berikan. Kini kepala Rafa pun bergerak naik, mulutnya kembali memainkan putingku, menghisap dan menjilatnya. Sedang tangannya masih sebuk bermain di vaginaku, membelai klitorisnya untuk menemukan titik kenikmatan.

Sensasi ketika lidahnya bermain di putingku dan tangannya bergerak memainkan klitorisku secara bersamaan, rasanya berkali lipat membuatku merasakan kenikmatan tiada tara. Alex benar-benar brengsek, selama ini dia tak membiarkan aku mengenal Rafa, apa karena dia tahu bahwa adiknya luar biasa di atas ranjang? hingga dia takut akun akan menyerah dan berlutut pada pesona dan keperkasaannya seperti saat ini l. 

"Ah ... ya ... di sana ... terus, Raf, ini enak sekali ah ... terus ... ah ... ah ...." Tubuhku kembali menegang, kala gelombang kenikmatan lagi-lagi datang menghantam. Aku membusungkan dada, menekan kepala Rafa agar menghisap putingku lebih kencang. Sampai akhirnya aku kembali memperoleh pelepasan.

Napasku terengah, Rafa kini mengangkat kepalanya agar bisa menatapku. Dia tersenyum dan mengusap peluh di dahiku sebelum kemudian membuka suara. "Kamu cantik sekali saat dikuasai gairah seperti ini, dan aku ingin melihatnya setiap waktu," ujarnya lalu mengecup keningku. Aku hanya membalas pujiannya dengan senyum lembut.
"Bersiaplah untuk kenikmatan yang sesungguhnya," ujar Rafa sambil melepas celananya hingga benar-benar telanjang. Aku ternganga kala melihat batang kemaluan Rafa sudah berdiri tegak. Aku menelan ludah membayangkan beda panjang, besar dan berurat itu menerobos masuk vaginaku yang sudah lama tak dijamah oleh Alex. Tanpa sadar aku menggigit bibir gugup.

"Raf, punyamu gede banget, apa bisa masuk? Aku sudah lama nggak disentuh Alex," ujarku khawatir.

Mendengar itu Rafa tersenyum.  "Tenanglah dan percaya padaku, meski akan sedikit perih di awal, setelahnya aku jamin kamu akan terus berteriak memanggil namaku," ujar Rafa meyakinkan.

Aku pun mengangguk percaya lalu kembali merebahkan tubuh. Rafa membuka kakiku dan mengambil posisi bersimpuh di antara dua pahaku. Tak lama setelahnya dia mulai menggosokkan ujung batangnya pada bibir kewanitaanku.

"Egh ... Raf ... ssst ... ah ... perih." Aku meringis menahan perih karena kejantanan Rafa yang kini mencoba masuk. Laki-laki itu langsung mencium bibirku agar bisa meredam rasa sakit. Pinggulnya mulai bergerak perlahan agar aku bisa menyesuaikan diri.

"Agh ... sial kamu, Kayra, milikmu benar-benar sangat sempit ... oh fuck! Ini nikmat sekali! Berapa lama si brengsek itu tak menjamah tubuhmu? oh fuck!" Entah kenapa aku benar-benar bangga kala mendengar Rafa mengumpat seperti itu karena rasa nikmat. Dapat aku lihat matanya kini terpejam karena merasakan miliku yang menjepit kejantanannya dengan ketat. bukan hanya Rafa aku pun kini mulai merasakan kenikmatan yang dahsyat karena penis Rafa menghunjam milikku dengan kencang dan dalam.

"Oh yah ... ah .. ah ... enak sekali ya Tuhan ... oh yah ah ... ah... Rafa ... Fuck!" Aku kembali menumpat karena benar-benar tak tahan dengan kenikmatan yang Rafa berikan.

Di atasku Rafa pun tersenyum, mata kami saling menatap ... bersama-sama menikmati percintaan panas ini. "Apa enak?" Rafa bertanya di sela permainan.

"Yah ... ah!" Aku menjawab seadanya karena tengah dikuasai napsu yang membakar gairah.

"Kamu suka?" tanya Rafa lagi seakan memastikan bahwa aku benar-benar puas.

"Aku suka sekali, Raf ... please jangan banyak tan-"

Rafa tak membiarkan aku menyelesaikan kalimat, karena dia langsung membungkamku dengan ciuman.

"Agh ... vaginamu nikmat sekali, Kayra, ah!" Rafa meracau di sela ciuman kami. Pujiannya membuat aku tersenyum lalu kutarik tengkuk, dan menekan kepalanya agar bisa memperdalam pagutan. Sementara kejantanannya masih bergerak memompaku keluar masuk. Ternyata begini rasanya ketika kita bersetubuh dengan laki-laki yang kita cintai. Rasanya berkali lipat membuatku bahagia.

Kulepas pagutan kami dan menatap wajah Rafa yang kini tengah dikuasai gairah. Ku tatap dalam mata coklat madunya yang hanya berjarak sejengkal. "Setubuhi aku sampai kamu puas di mana pun kamu mau ... aku menyukai setiap sentuhanmu di tubuhku, Rafa."

Rafa tersenyum, lalu mengecup bibirku. Tanpa aba-aba dia mengangkat satu kakiku lalu merubah posisi agar tubuhku menjadi miring. Setelah puas dengan posisi itu dia membalik tubuhku lagi dengan cepat agar menjadi posisi doggy-style. "Bersiaplah ... aku akan keluar, Kayra."

Setelahnya Rafa benar-benar memompa kejantanannya dengan tempo sangat cepat. Aku berteriak nikmat berkali-kali kala merasakan milik Rafa benar-benar menghujam milikku sangar dalam dan ketat.

"Ah. .. fuck ini enak sekali, Rafa, ah... ah..." posisi ini benar-benar terasa maksimal mengoyak gairahku.
Semakin dipompa kejantanan Rafa terasa makin ketat dan berkedut ... suara desahan kami pun semakin intens terdengar karena Rafa yang semakin mempercepat tempo permainan.

"Kayra, aku akan keluar ... agh!" Rafa meremas payudaraku dengan kencang kala gelombang kenikmatan menghantamnya. Kejantanannya yang ada di dalam miliku berkedut-kedut karena telah memuntahkan cairan hangat ke rahim, seolah dia sengaja membiarkan itu. Sampai akhirnya aku merasakan tubuh Rafa melemas dan terguling di sampingku. Diikuti aku yang juga melakukan hal sama.
Rafa tak langsung mengangkat tubuhnya, kami masih bertahan dalam posisi saling memeluk. Rafa pun mengecup bahuku lembut lalu menarik pinggangku agar semakin merapat padanya. Aku merubah posisi berbaring menghadapnya dengan kondisi tubuh kami yang masih sama-sama telanjang.

Kutatap lekat-lakat matanya sebelum membuka suara. "Kenapa mengeluarkannya di dalam, Raf? Kalau aku hamil gimana?"

Bukanya takut, Rafa justru tersenyum. Dia mengecup keningku lebih dulu lalu menjawab. "Justru itu yang aku tunggu ... kamu hamil agar kita bisa menikah."

"Raf, ini nggak lucu ... nanti apa kata orang." Aku merajuk karena merasa sedikit khawatir. Ini tak sesuai rencanaku.

Rafa mengembuskan napas berat kemudian merapikan rambutku yang berantakan. "Kamu nggak perlu khawatir memikirkan kata orang, dengan cara apa pun aku akan berusaha melindungi kamu. Jika ada orang yang harus menanggung akibatnya, maka akan aku pastikan itu Alex, atau keluarga Hadinata." Rafa menatapku penuh keyakinan kala mengatakan kalimat enteng itu.

"Raf, Tapi mereka semua saudaramu. Kamu nggak harus seperti ini demi aku."

Mendengar ucapanku Rafa malah tersenyum sinis. Jujur saja, ekspresinya saat ini membuat aku bingung. "Keluarga ... sejak dulu aku nggak pernah merasa sebagai anggota keluarga ini. Mereka sudah lama membuang ku, sejak aku memilih pergi dari rumah ini beberapa tahun lalu."

Aku tertegun kala melihat mata Rafa berubah dipenuhi amarah dan rasa sakit. Entah kenapa melihatnya seperti itu membuatku ikut merasa terluka. Aku pun menangkup pipinya lalu mendaratkan kecupan di bibir.

"Melai sekarang jangan menanggung beban seorang diri. Datang padaku saat kamu butuh. Nggak peduli seberat apa pun, aku akan selalu ada untukmu."

Mendengar ucapan tulus itu, Rafa langsung menariku dalam dekapan hangatnya. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh polos kami.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top