The Worst Who Missed The Moon
.
.
.
.
.
.
the moon is always, beautiful.
.
.
.
.
.
"Kenapa kita selalu terbangun pada malam hari?"
"Karena dia bercahaya hanya saat gelap datang."
"Dia siapa? Lampu-lampu besar yang banyak warnanya itu kah?"
"Di atas sana. Diantara gelap yang sepi dan angin yang bertiup lembut. Cantik, bukan?"
"Dia sendirian. Memang tidak kesepian?"
"Seperti para bintang terlalu malu, karena dia sangat cantik sekali. Lagipula aku ada di sini."
"Jadi kita selalu bangun malam, untuk menemaninya? Agar dia tidak kesepian ya?"
"Ya. Tentu saja. Dan akan selalu begitu."
"Tapi cahayanya redup. Tidak seterang matahari. Bahkan lampu-lampu besar di kota lebih terang daripada dia."
"Memang tidak seterik matahari. Hanya saja dia tidak membakar, tetapi memberikan keteduhan. Dan kau tahu tidak? Di desa-desa yang jauh dari sini, dia terlihat lebih cantik dan indah. Bahkan bertahun-tahun lalu dia ssatu-satunya sumber cahaya malam."
"Kenapa dia tetap muncul? Sekarang sudah ada lampu. Dia tidak perlu lagi muncul."
"Entahlah. Mungkin kitalah alasannya dia tetap ada. Karena kalau dia tidak muncul lagi, kita tidak akan bangun."
"Apa kamu mencintainya?"
"Hei, kamu tahu apa soal cinta, anak kecil?"
"Mereka bilang saat kamu rela melakukan sesuatu untuk seseorang bahkan meski tidak berbalas, itu namanya cinta."
"Kamu sudah besar ternyata."
"Aku tidak mengerti, kenapa kamu tetap mencintainya? Dia ada di tempat yang sangat jauh. Dia bahkan tidak tahu siapa kamu. Tapi kamu tetap menatapnya seperti itu. Menunggunya."
"Karena tidak semua cinta itu harus memiliki, bukan? Aku pernah mendengar ada sebuah puisi indah, katanya cinta itu sesederhana kayu yang rela menjadi abu oleh apinya. Sederhana, kayu tidak pernah mempertanyakan apakah api juga mencintainya atau tidak."
"Tetapi bukankah itu menyedihkan? Untuk apa mencintai tanpa mengharapkannya kembali?"
"Bagiku, melihatnya bahagia bukanlah kesedihan. Dia berdiri di sana, cahaya lembutnya itu, sudah cukup bagiku. Asal dia tetap ada di sana, hingga malam-malam berikutnya. Bahkan meski tidak ada lagi yang mempedulikannya, aku akan ada di sini untuknya."
"Aku tetap tidak mengerti."
"Mungkin nanti kamu akan mengerti. Kamu ingin mencari serangga? Sepertinya aku sedikit lapar."
"Tentu, ini malam yang bagus untuk berburu. Ah ya, kalau kamu sangat mencintainya, kenapa tak coba terbang kesana lalu berbisik padanya?"
"Mungkin sayapku akan patah duluan sebelum sempat menggapainya."
"Jadi kamu akan tetap di sini? Merindukannya sendiri setiap malam?"
"Ya. Akan kucintai dia hingga lelah."
Malam masih panjang. Dia tetap terjaga hingga terbit membawanya pergi lagi, tanpa kecupan perpisahan.
.
.
.
.
.
.
whenever i see you. Whenever i miss you.
.
.
.
.
.
.
yooo
cerpen gajelas lagi hahahah
gapapa
belajar nulis
jiakh
w/luv
Tobyosan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top