7. Dunia Orang Dewasa

“Jadilah dirimu sendiri, karena tidak ada orang yang ingin jadi sepertimu.”

***

Tawa Little mengalahkan musik yang diputar dengan volume maksimal. Keras sekali, seperti kata-kata dari pria di depannya yang mulai mematikan rokok. Meski begitu, Little sampai menyeka sudut matanya sebab terlalu banyak tertawa. Perutnya sakit.

Ia meminta, "Ayo lagi, Paman!"

Pria itu memalingkan muka. "Kamu hanya tahu main."

Big mencuramkan alis. "Dia masih anak-anak, kan? Wajar kalau adikku senang main-main!"

"Ya, kamu benar. Tahukah kamu kenapa kami orang dewasa punya perasaan?" Pria itu tersenyum. "Padahal masa kecil kita fokus untuk main."

"Aku tidak penasaran," jawab Big tidak acuh.

Kali ini pria itu tertawa. Mungkin lebih terdengar untuk mencela dirinya sendiri. "Haha, enak sekali ya jadi pengangguran kalau masih anak kecil."

"Jadi Paman pengangguran?" tanya Little.

"Begitulah dunia dewasa. Kamu melihat orang lain senang dan diri sendiri sengsara. Rasanya mau mati saja."

"Jangan mati, Paman. Kita semua diberi napas, setidaknya bernapaslah dengan baik!" Little pun berusaha menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa. Itu tidak lagi menyenangkan saat asmanya kambuh.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #acak#mind