12. Tanah Makam

“Kenapa kamu begitu baik selama ini hanya untuk menjadi sangat jahat?"

***

Gadis itu bertekuk lutut di samping tanah makam yang masih basah. Sambil menatap nanar batu nisan, tangannya mengepal kuat. Suara orang di sekitar hanya memantul dan menghilang. Puluhan kali dia dipanggil, tetapi pura-pura tidak dengar.

"Little."

Ia pun mengangkat kepala. Bayangan Big menutup cahaya silau matahari. Little mengernyit karena mendapati wajah gelap tersebut.

"Ayo pulang."

"Apa maksudmu, Big ...?"

"Mereka sudah pergi. Ayo kita pulang."

"Apa maksudmu menginjak makam ibuku?!" teriak Little. Dia berdiri dengan emosi, lalu mendorong dada Big sekuat tenaga. Si empu terhuyung beberapa langkah ke belakang.

"Ck, merepotkan!"

Ia tahu Big membencinya. Tidak ada tempat berpulang selain rumah yang sudah hangus terbakar. Jangan bilang, Little harus kembali ke sana. Tidak, tidak, tidak mau. Lebih baik menemani Ibu tidur di tempat sepi nan dingin ini.

"Jangan keras kepala," ucap Big. "Ayah memintaku menjemputmu. Katanya kamu harus pulang ke rumahnya. Kalau bukan disuruh, mana mau aku datang kemari?"

Dia pasti tahu bahwa Little sangat tidak nyaman tinggal di rumah itu. Big sialan! Little bersumpah dalam hati akan mengacaukan semua gambar yang telah atau akan dibuat olehnya.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #acak#mind