11. Pelampiasan

“Kamu tidak jahat, aku hanya sedang sial karena bertemu denganmu di waktu yang kurang tepat.”

***

"Little, apa aku pernah melakukan hal buruk terhadapmu?" tanya Big.

Little terdiam. Bukankah sering? Big memang sering melakukan hal buruk. Dia kerap melukai hati Little dengan kata-kata serta tindakannya yang dingin.

"Apa aku pernah membentakmu?" tanya Big lagi.

Little menggeleng pelan.

"Apa aku pernah memukulmu?"

Pertanyaan kali ini membuat mulut Little terbuka. "Ti-tidak pernah."

"Apa?"

Meskipun Big pemarah dan berlidah tajam, dia tidak pernah melakukan kekerasan sampai hari ini terjadi. "Tidak pernah," jawabnya lagi sambil berlinangan air mata. "Aku minta maaf, Kak."

"Tidak? Ah, jangan minta maaf dulu karena kamu tidak salah. Aku baru saja memukulmu. Itu pasti sakit. Apa kamu tahu kenapa aku memukulmu?" ucap Big dengan tatapan sedih bercampur amarah. Ia menyentuh pipi Little yang mendapat bekas tamparan.

"Karena kamu kesal."

"Benar, aku kesal dan marah. Kamu tahu kenapa?"

"Kenapa?" Padahal, Little tidak melakukan apa-apa selain mengambil kanvas milik Big diam-diam. "Karena aku mengambil barangmu tanpa izin?"

"Tidak, tidak. Sama sekali bukan karenamu. Ini karena aku mendapat nilai jelek untuk lukisanku. Aku hanya marah, lalu kebetulan melihatmu mengambil kanvas dari tasku, dan aku memukulmu sebagai pelampiasan."

Mendengar penjelasan itu, Little langsung menepis tangan Big. "Big bodoh!" teriaknya mengumpat, lalu berlari memasuki kamar.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #acak#mind