Big Secret
Big Secret
“Masuk!” Kim Chan Ha mendorong paksa tubuh Yesha ke dalam mobil, tak peduli jika sang istri merasa kesakitan karena perlakuan kasarnya.
Dia marah, batin Yesha.
Chan Ha segera melajukan mobilnya, membelah keramaian kota tanpa sedikit pun berbicara pada Yesha. Jangankan bicara, melirik saja enggan dia lakukan. Entah kenapa perasaannya manjadi campur aduk saat melihat Yesha bermesraan dengan laki-laki lain.
“Oppa!” panggil Yesha lirih. Yesha memalingkan duduknya menghadap Chan Ha. “Kamu kenapa?”
Laki-laki berkemeja biru itu diam, mengeraskan rahangnya agar tidak menjawab pertanyaan Yesha. Karena jika di membuka sedikit saja mulutnya, dia yakin mereka tidak akan hidup lagi besok.
“Oppa. Jangan diam saja. Jawab aku, em? Apa yang terjadi padamu?”
Kim Chan Ha membanting arah kemudi ke kanan, menghentikan mobil di jalur parkir. Dia menyandarkan tubuhnya, lalu menutup matanya secara perlahan. Chan Ha tidak ingin marah-marah sekarang.
“Nanti! Aku nggak mau kita mati hari ini.”
Yesha menunduk. Dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya dia melihat Chan Ha semarah begitu marah. Dia bahkan tidak tahu apa yang membuat Chan Ha marah.
Waktu berlalu begitu lama. Mereka hanya diam, tak saling bicara hingga sampai di parkiran apartemen. Chan Ha keluar dari mobil, membuka pintu untuk Yesha, lalu kembali mencekal tangan perempuan itu dan menyeretnya ke apartemen.
“Oppa, sakit!” rintih Yesha.
Chan Ha tidak menghiraukan ringisan Yesha. Dia terus berjalan, menyeret Yesha yang sudah menitikkan air matanya karena kesakitan dan kecewa. Tak seharusnya Kim Chan Ha menyiksanya seperti ini.
Chan Ha membawa Yesha menuju kamar dan berakhir di ruang kerja rahasianya, di belakang walk in closet. Dia mendorong tubuh Yesha masuk ke ruangan tersebut tanpa perasaan, emosinya semakin menggebu.
“Elo…,” Chan Ha mengambil tas dan ponsel Yesha, “jangan pernah nemuin cowok-cowok brengsek itu lagi. Entah itu Park Se Young atau El.”
Kim Chan Ha membanting pintu, keluar dari ruang kerjanya setelah memperingatkan Yesha dengan nada dingin. Sedangkan si perempuan, dia masih terpaku. Memikirkan ucapan sang suami dan kesalahannya.
Dia marah sama gue. Dia marah karena gue jalan sama El. Gue yang salah. Gue emang salah. Seharusnya gue bilang ke dia kalo El itu abang gue. Jadi dia nggak bakal salah paham kayak gini.
Yesha bangun. Berlari ke arah pintu, berniat mengejar Chan Ha. Akan tetapi langkahnya terhenti, pintunya terkunci. Yesha memegang gagang pintu, berusaha membukanya. Setelah berusaha beberapa saat, Yesha baru menyadari satu hal. Kim Chan Ha menguncinya dari luar….
*
“Kamu bodoh, El!”
“Sorry, yez,” ucap El frustasi. Wajahnya pucat pasi, jantungnya bergemuruh hebat, dia ketakutan. Pada dasarnya dia dan Iez bertugas untuk menjalankan perusahaan yang tujuan akhirnya adalah melindungi Yesha dari segala macam bahaya.
Cloe Soft&Ventures bukanlah perusahaan software biasa, karena di dalam perusahaan tersebut pegawainya tidak hanya memiliki kemampuan lebih dalam urusan cyber, tapi mereka juga lebih dalam hal bertarung dan mata-mata.
Tugasnya? Tentu saja menjaga Yesha. Menjaga orang-orang nomor satu di perusahaan yang dimodali Yesha. Menjaga orang-orang penting dalam hidup Yesha. Menjanga rahasianya dari siapapun. Rahasia tentang depresi yang pernah diderita Yesha dan tentang perusahaannya.
Perusahaan yang dimodali Yesha? Apa aku harus mengatakannya?
Cloe Soft&Ventures, perusahaan pertama yang didirikan oleh El Xylver dengan modal Yesha, berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Waktu yang sangat singkat untuk menjadi salah satu perusahaan nomor satu di London.
Xylver Company, perusahaan kedua yang didirikan oleh Iez, berdiri sejak dua tahun yang lalu di Paris. Iez menyerahkan jabatannya pada orang lain yang mereka percaya dan Iez mengurus perusahaan yang berada di Indonesia.
Dyne Cororation, Redline Industri, Yudha Univercity&Medical Center, Sam’s International School, dan Mark Group.
Tapi sekarang karena ulah El yang lupa kalau bosnya itu sudah menikah dan memperlakukannya sama seperti saat Yesha belum menikah, membuat Yesha harus mendapatkan kemarahan dari suaminya.
Berkali-kali El meruntuki kesalahan yang ia buat. Kesalahan kecil yang seharusnya tidak pernah dia lakukan seumur hidupnya. Karena El sudah berjanji untuk menjaga Yesha ketika Yesha merelakan uang tabungannya untuk membantu El.
“Jelaskan kesalah pahaman ini pada Kim Chan Ha, secepatnya.”
*
Yesha meringkuk di bawah meja kerja Kim Chan Ha, memeluk erat kaki jenjangnya. Matanya terus saja bergerak ke kiri dan ke kanan, mengawasi apa saja yang ada di dekatnya.
Potongan-potongan kenangan Yesha kembali berputar, kenangannya saat berusia tujuh tahun.
“Jangan pernah menemui–Bu Sasa–jalang itu lagi!”
Yesha semakin mengeratkan pelukannya. Air matanya menetes lagi. Air mata yang dulu sempat menemani seorang Yesha di masa-masa kelamnya. Masa di mana hanya ada kesedihan dan ketakutan dalam hidupnya.
*
“Masuk!” Didorongnya tubuh Yesha dan Iez ke dalam gudang yang ada di belakang rumah, lalu menguncinya dari luar. Dia benci anak kecil sok pahlawan dan dia benci Yesha.
“Yes!” panggil Iez saat sadar kalau Yesha tengah tersungkur di lantai kotor ruangan itu. Dengan langkah cepat sambil menahan rasa sakit di lututnya, Iez membantu Yesha untuk bangun.
“Sakit…,” ringis Yesha. Dia menangis tanpa suara. Hanya ucapan pelannya sedikit parau.
“Sakit…. Tolongin Yesha, mah! Sakit!”
Iez membatu. Sosok Yesha yang dia kenal pendiam, kini menangis. Meminta tolong dalam ketakutan. Kembali pada kesadarannya, Iez membantu Yesha bersandar di salah satu lemari bekas di gudang itu. Yesha meringkuk, memeluk kedua kaki dan memeluk erat tubuh Iez.
“Husss!” Iez memburu kecoa yang berjalan mendekati tubuh Yesha. “Husss….”
“Aaakkhhh!!!”
Yesha menggelinjang, kakinya ia hentak-hentakkan, berusaha membuang beberapa kecoa yang merayap di tubuhnya. Sontak Iez melepaskan pelukannya, membawa mereka berdiri dan memburu kecoa-kecoa itu.
Brak.
Tubuh Yesha dan Iez bergetar kala pintu gudang yang tadi tertutup kini terbuka. Di sana ada seorang wanita yang mereka kenal dengan sebuah penggaris kayu di tangannya, Bu Sasa.
“Aaakhh!!!”
Iez membelalak. Refleks Iez memeluk Yesha, melindungi gadis itu dari pukulan sebuah penggaris kayu dengan tubuhnya. “Yesha tidak perlu takut. Aku akan melindungi Yesha.”
*
“Apa yang ingin Anda katakan?”
“CEO Kim—tidak. Kim Chan Ha, kita harus membicarakan tentang Yesha.” El berdiri kokoh di depan meja kerja Kim Chan Ha. Suaranya memang terdengar tegas, khas seorang pemilik perusahaan besar. Akan tetapi Chan Ha sadar betul bahwa ada nada bergetar dari sana.
“Ini jam kerja, Tuan El. Anda bisa membahasnya setelah jam kerja berakhir,” ucapnya setelah menghela napas. Tidak penting bicara dengan El tentang Yesha. Mereka berdua benar-benar membuat perasaannya … tidak menentu.
“Yesha itu … adikku.”
Chan Ha tersenyum miring. “Adik? Dia anak tunggal jika kamu ingin tahu.”
“Aku menganggapnya sebagai adikku, dia juga menganggapku sebagai kakak. Hanya itu, tidak lebih.”
Kali ini Kim Chan Ha berdiri dari tempat duduknya, berjalan menghampiri El untuk berkata, “Kenapa aku melihatnya seperti kalian adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara? Tch.”
El mengeraskan rahang. Dia sadar kalau dia salah, tapi kenapa begitu sulit untuk meyakinkan Chan Ha? “Bukan begi—”
Buk.
*
“Iez….”
“Gue harus kuat, ‘kan?”
“Lo nggak ada di sini, jadi gue harus jaga diri gue sendiri, ‘kan?”
“Tapi gue takut….”
Suara itu nyata. Suara rintihan seorang perempuan. Suara penuh rasa sakit dan ketidak berdayaan. Suara seorang Yesha yang memeluk kedua kakinya di bawah meja. Bersembunyi, berusaha sebisanya agar tidak terlihat oleh siapa pun, tidak ditemukan oleh siapa saja.
“Gue takut dia datang lagi.”
“Gue takut dia mukulin gue lagi.”
“Gue takut dia mukulin lo lagi.”
“Gue takut dia mukulin gue lagi dan lo nggak ada di samping gue.”
Klik.
Dia terperajat. Kedua matanya yang tadi terpejam, kini terbuka. Seseorang membuka pintu. Ada orang lain di ruangan ini selain dirinya. Sontak Yesha membekap mulut sambil menahan napas. Mata lembabnya bergerak ke kiri ke kanan, memastikan tidak ada bayangan orang itu di dekat meja.
“Yes … kamu dimana?”
Dia mengeratkan bekapan mulutnya ketika orang tadi terus memanggil nama Yesha dan berjalan ke sekitar. Detik demi detik, menit demi menit berlalu. Ketakutannya semakin besar. Orang itu belum menyerah dan masih mencarinya.
“Yes! Apa yang kamu lakukan di sini?”
Dia!
“Aaakkhhh!!!”
Tanpa melihat sosok yang ada di depannya, Yesha mendorong kasar tubuh orang itu hingga terjatuh dan berlari menuju pintu. Dia harus keluar dari tempat ini. Yesha harus pergi menemui Iez. Hanya Iez yang bisa membantunya.
“Yesha!” Kim Chan Ha mencekal tangan Yesha ketika dia sudah berada di ambang pintu, kemudian Chan Ha menariknya kembali masuk. “Kamu kenap—hey!”
“Nggak mau!” berontaknya. Semampu yang Yesha bisa, dia bergerak asal, berharap cekalan dari orang di depannya terlepas. Dia tidak mau dikurung lagi, Dia tidak mau disiksa lagi. Yesha tidak mau menjadi korban pembunuhan lagi.
“Yes!”
“Nggak mau!”
Chan Ha memindahkan cengkramannya ke kedua bahu perempuan itu, kemudian diguncangnya tubuh Yesha. “Yes! Ini aku, Yesha. Kim Chan Ha. Dengar aku, Yesha!”
Tubuh Yesha meluruh, seakan semua kekuatannya habis seketika. Dia terduduk di lantai dengan kedua telapak tangan disatukan “Jangan pukulin aku lagi, tolong. Jangan kurung aku lagi!” ucapnya lirih, air matanya berderai.
Kim Chan Ha mengernyitkan dahi. “Yesha….”
“Aku janji aku bakal nyelesain lagu itu, aku janji.” Yesha terus memohon, menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya. “Jangan hukum aku lagi, Bu. Jangan kurung aku lagi. Aku janji bakal main piano lagi, aku janji.”
Chan Ha berjongkok menjajari Yesha. “Yes…. Ini aku, Chan Ha. Kamu ingat?”
Yesha tak mendengar ucapan Chan Ha barusan, dia terus memohon layaknya orang tak tahu harga diri. Yesha bergerak, memeluk kaki Chan Ha dan kembali berkata, “Aku bisa kok nyelesainnya. Aku bisa belajar lagi, Bu Sasa. Tolong, Bu. Aku nggak mau mati.”
Kim Chan Ha mengendurkan kerutan dahinya. Dia paham sekarang. Di mata Yesha saat ini dia bukanlah Kim Chan Ha, tapi Bu Sasa.
“Yesha!!!” bentak Chan Ha.
*
El menekuk kedua lututnya di hadapan Chan Ha, membuang semua harga diri dan kehormatannya sebagai President Direktur Cloe Soft&Ventures.
“Aku mohon, jangan berbuat kasar saat di depan Yesha. Aku mohon, jaga dia, jaga perasaan dia.”
Kim Chan Ha mendengus. Dia pasti akan melakukan hal itu tanpa disuruh, kenapa orang itu seakan mendekti dirinya.
“Sekarang, kamu menemuinya segera. Tenangkan dia. Buat dia melihatmu sebagai Kim Chan Ha, karena hanya dengan begitu dia tidak akan meninggalkanmu.”
Chan Ha mulai kesal. Laki-laki yang ada di depannya ini bertingkah berlebihan seolah Yesha akan hilang dari muka bumi. “Kenapa Anda terlalu peduli padanya? Saya suaminya dan saya tahu apa yang harus saya lakukan tanpa didekte oleh Anda.”
“Karena dia adikku.”
“Bukan itu, Anda tahu pasti apa yang saat ini saya maksudkan.”
El mengedarkan pandangan secara acak. Tubuhnya masih duduk di lantai akibat pukulan dari Chan Ha tadi dan sekarang … sepertinya dia akan menerima yang ketiga.
“Karena aku … sangat menyayanginya.”
Buk.
“Aku benar, ‘kan? Tidak akan pernah ada hubungan laki-laki dan perempuan yang hanya sekedar kakak-adik.” Kim Chan Ha berdecak, puas dengan hasil pukulannya yang mendarat mulus di wajah El. Tidak peduli dengan bisnis yang baru saja mereka sepakati, Yesha tetaplah miliknya.
El meringis. Dia mencoba membenarkan duduknya, kemudian berucap dengan pelan, “Dia tidak pernah merasakan kasih sayang orangtuanya secara utuh, itu sebabnya dia memperlakukan Iez sebagai seorang ibu dan…,” El mengangkat pandangan, menatap kedua manik cokelat milik Chan Ha, “dia memperlakukanku sebagai seorang … ayah.”
*
“Chan Ha?”
Yesha tersadar, seulas senyum tertarik begitu saja dari sudut bibir Chan Ha. Namun….
“Aaarrghhh!”
Sekali lagi didorongnya tubuh Chan Ha dengan kuat. Menggunakan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Yesha bergerak mundur untuk menjauhi orang itu.
“Kamu jahat! KAMU JAHAT, KIM CHAN HA!”
*
Edisi curcol, bagian ini gak lengkap kalo gak ninggalin jejak.
Oke. Kesan untuk chapter ini, ah, bukan, kesan untuk 2 chapter sebelumnya sampai beberapa chapter ke depan adalah:
Aku stres. Sumveh aku gak suka nulis bagian ini. Aku gak suka nyiksa anak-anakku T.T aku ngetik ulang bagian ini 3 hari😭😭 dan hasilnya anu bgt.
Aku kzl, tapi apalah daya. Yesha harus ditempa untuk menjadi orang baru, yang tidak takut terkekang karena pekerjaannya.
Opsy!
*
03122015
Repost 01052017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top