Meet With Parksen

Revisi.

^_^ Happy Reading Guys ^_^

-_Mey Pov_-

Ini hari ke dua setelah aku di jatuhkan hukuman mencarikan makanan untuk para makhluk aneh nan berbulu itu. Pada awal aku sangat terkaget bagaimana bisa seekor serigala dapat berbicara, Ternyata itu hanya jelmaan mereka. Mereka biasa di sebut dengan manusia serigala atau Werewolf. Jadi mereka bisa bergonta ganti tubuhnya menjadi manusia maupun menjadi serigala.

Namun ada satuhal pantangan bagi mereka yang biasa disebut dengan werewolf, yaitu tidak memperbolehkan Manusia melihat Mereka dalam wujud Manusia. Aneh bukan! Pantangan itu tidak boleh di langgar karena sudah di tentukan oleh para tetua Werewolf terdahulu. Jika ada yang melanggar itu, mereka akan dijatuhi hukuman mati karena dituding sebagai Penghianat.

Aku baru saja mencari buruan di dalam hutan bersama beberapa pelayan. Aku bersama dengan pelayan-pelayan lainnya sudah mendapatkan 2 rusa hutan dan siap di sediakan untuk makan para anggota kerajaan.

Enak sekali anggota kerajaan, Makan mereka bahkan harus kami yang menyiapkan sedangkan mereka enak-enakan bisa berteduh dalam istana. Aku capek menjadi babu mereka. umpatku kesal pada diriku sendiri.

Aku berjalan terus tanpa arah, mencari seekor rusa lagi Agar tubuhku dapat ku istirahatkan. Semua bagian tubuhku terasa pegal-pegal terutama bagian punggung dan kaki. Tubuhku berteriak untuk segera beristirahat sebentar, namun tetap ku paksakan untuk mencari seekor rusa.

Tanpa terasa aku menginjak semak belukar yang memiliki duri kecil namun sangat menyakitkan di bagian telapak kakiku. Aku meringis menahan nyeri. terlihat beberapa darah mulai bercucuran dari lukaku. Aku segera mencari tempat untuk beristirahat sementara. Kakiku yang sakit itu menyusuri hutan agar mendapatkan tempat beristirahat sejenak.

Mataku menangkap pohon maple besar nan rindang di depan sekitar 20 meter dari tempatku. Di samping pohon tersebut terdapat aliran sungai kecil dengan air jernih bahkan ikan-ikan kecil terlihat saat aku mendekat kearah pohon itu. Aku segera duduk di antara akar-akar besar milik pohon maple ini. Aku memejamkan mataku untuk mengurangi rasa sakit di telapak kakiku, lalu mulai membilas lukaku dengan riak air di depanku guna tidak terjadi infekai. Aku menyandarkan punggungku pada pohon maple dan berusaha menghilangkan penat yang selama ini tertanam pada otakku. Setidaknya saat ini aku dapat mengilangkan penatku.

Kabur

Pikiran itu terlintas di pikiranku selama ini. Namun aku tidak bisa kabur sedangkan ayahku bersama ibuku, aku tidak ingin meninggalkan ayahku apalagi seperti keadaan sekarang ayahku sedang sakit. Tapi yang membuatku kesal itu adalah sifat ibu tiriku yang kejam.

Aku menghambuskan nafas berat setelah melalui beragam kejadian yang menimpa hidupku. Mungkin ini waktu yang tepat untuk beristirahat sejenak. Aku merasakan hembusan angin yang sangat lembut menerpa wajahku. Aku menatap Langit yang sangat luas dan didominasi oleh warna biru. Kicauan burung saling bersahutan dengan merdunya. Aku mencoba tak merasakan luka di telapak kakiku dan mulai memejamkan mata sejenak. Namun pada akhirnya aku tetap meringis karena rasa sakit lebih mendominasi.

Bagaimana bisa duri sekecil itu membuat kakiku tetap sakit. Sehingga sebuah tangan menyentuh telapak kakiku yang luka. Aku tersentak akibat sentuhannya lukaku semakin terasa nyeri.

Aku melihat orang asing itu menatapku dengan memicing seakan aku ini orang yang ia kenal.

Mataku membulat sempurna setelah mataku bertemu dengan mata coklatnya. Rambutnya hitam legam itu mengingatkanku malam hari karena memang keadaan langit pada malam hari pasti menghitam.

Aku sama sekali tak mengenalnya. Aku melihat wajah dapat dikatakan rupawan saat memerhatikannya dengan teliti. Hidung mancungnya yang tak berlebihan, rahang kokoh miliknya, Matanya yang tajam itu menyiratkan ketegasan dan wibawa yang kenatl. Bibir atas yang tipis berbanding terbalik dengan bibir bawahnya yang tebal. Aku mencoba mengingat orang dihadapanku seakan aku pernah melihatnya di suatu tempat, namun aku juga sangat yakin jika aku tak pernah bertemu dengannya. Tiba-tiba dia memandangiku dengan tatapan kosong. 

Aku takut.. Siapa dia?... Siapa tau dia adalah orang yang sering memperkosa anak di bawah umur. Karena baru-baru saja aku mendengar berita jika sekarang jamannya pemerkosaan anak dibawah umur. OH NO, BIG NO!! Aku tak ingin menyia-nyiakan nyawaku. Aku masih berhak hidup lama dan aku juga tak ingin mati muda sebelum mendapatkan pasanganku. Aku belum sempat merawat ayahku dengan baik dan juga aku belum sempat mengatakan perpisahan pada ayahku sebelum aku pergi dari dunia ini.

"K..ka..kau si..sia..pa?" Ujarku terpatah-patah. Jantungku sudah dag-dig-dug dengan sangat kencang merasa ingin terloncat dari tempatnya. Aku takut jika dia memang benar orang yang biasa memperkosa anak di bawah umur. Seringaian tipis dari bibirnya membuatku bergidik ngeri. Dia berjalan mendekat kearahku mengikis jarak antara aku dan dirinya.

Jantung ku malah semakin berolahraga di dalam sana. Peluhku pun mulai mengucur dari pelipisku tak lupa juga dan mata membulat dengan tatapan ketakutan. Tanpa kusadari tanganku sudah mengepal kuat sedaritadi.

"Hei.... Aku Parksen" Ucapnya dengan suara bass. Aku semakin ketakutan karena tatapannya menyorot kepadaku dengan padangan menyejukkan. Aku meringkuk kebelakang berusaha memperjauh jarak, aku tak ingin berdekatan dengan orang yang sama sekali tak ku kenal. Namun sial lagi-lagi berpihak padaku. Punggungku sudah menempel manis di batang pohon maple yang dingin ini.

Dia semakin mendekat kearahku. Laki-laki aneh itu memegang daguku dan menyuruhku mendongak kan wajahku kearahnya dan menatap matanya. Aku menatapnya dengan takut.

"Tak usah takut, aku tak akan memakanmu. Aku hanya ingin membantu mengobati lukamu, manis!" Ucapnya dengan senyuman tipis yang samar-samar. Matanya menatapku dengan pandangan yang susah diartikan.

Setelah melihat senyumannya walaupun itu hanya segaris tipis aku dapat merasakan aman berada di dekatnya untuk sementara. Aku yakin jika laki-laki aneh ini tak akan berani bermacam-macam padaku. Dia bukan orang yang seperti apa yang ada di imajinasi liarku.  Aku melihatnya mulai melihat luka di area telapak kakiku.

"Tutup matalah"Perintahnya sambil mendekatkan tangannya kearah telapak kakiku. seperti kerbau yang di cucuk hidungnya. aku mau menuruti apa yang dia perintahkan.

Secara tiba-tiba aku merasakan geli di area telapak kakiku, aku mendengus kegelian dan menatap anjing Alaskan Malamute yang kecil dan imut sedang menjilat-jilat Lukaku. Anjing itu berwarna Abu-abu bersih terawat, Bulunya yang lembut dan halus mengundangku untuk segera menyentuhnya.

"Ahhh Stopp stop iiit" Aku sangat kegelian sehingga aku mengambil Anjing imut itu dan membawanya ke gendonganku.

"Dasar kau kurang ajar sekali, perutku sakit akibat banyak tertawa karenamu" Aku membalas gelitikan di perut anjing imut itu. Dia bergerak ke sana kemari agar menghindari jurus gelitikan maut ku.

"Ohh di mana si ... Park... Park siapa yah? Park ..... Ahh namanya Parksen. Bukannya tadi berada di hadapanku yah" Tanyaku bingung pada diriku sendiri. Aku juga baru saja mengingat lelaki tampan itu. Mataku melirik kearah sekitar namun tidak terdapat apapun kecuali bunyi jangkrik yang menghiasi kesunyian hutan ini.

Secara  mendadak, anjing berjenis Alaskan Malamute itu terlepas dari gendonganku dan berlari kearah hutan terlarang.

"Heiii, kau tak boleh kesitu. Itu hutan terlarang" teriakku mengejar anjing yang semakin tak terlihat akibat lari terlalu kencang meninggalkanku terengah-engah di pertengahan berlari-lari.

"Ahh sayang sekali. Aku ingin memiliki anjing itu" kesalku.

Lalu aku mulai menyusul beberapa pelayan yang lainnya sedang mencari kayu bakar. Aku berjalan mendekat ke pelayan itu, namun ada rasa yang aneh pada tubuhku. Mengapa aku dapat berjalan dengan normal?Apakah luka di kakiku sudah sembuh? bagaimana bisa?

-_Author Pov_-

Parksen baru saja pulang dari berburu bersama beberapa warior Kerajaan SilverMoon. Namun di tengah-tengah perjalanan Parksen memutuskan untuk berpencar agar menghasilkan buruan yang banyak untuk hari ini. Namun saat itu ia malah bertemu dengan Mey dengan luka di telapak kakinya dan Parksen mulai mendekatinya dan membantu mengobati luka Mey dengan air liur nya, dirinya berubah wujud mendai Anjing Alaskan Malamute kecil karena tidak mungkin dia merubah dirinya sebagai serigala abu-abu yang bertubuh besar.

"Hei. Parksen kau kemana saja? Para warrior pada sibuk mencari keberadaanmu" Suara Fandy mengagetkan Betanya yang sedang berbaring-baring di tempat tidurnya.

"Ohh.. Hai Fan.. Tadi aku bertemu dengan seorang wanita, dia sangat manis, cantik, dan imut. Namun sayangnya dirinya adalah seorang manusia. Bisakah seekor werewolf seperti kita jatuh cinta pada orang yang selain dari jenis seperti kita. Bukan kah tak bisa? Bukan kah kita sudah ditakdirkan oleh MoonGoddes untuk seorang Mate yang sejenis kita" Curhat Parksen saat Fandy sudah duduk di pinggiran kasur di sebelahnya. Sedangkan Fandy hanya memicingkan matanya, dia menganggap Parksen seorang werewolf yang payah dalam hal-hal cinta. Parksen bahkan tak bisa mengatakan 'Aku Mencintaimu' pada seseorang yang dia suka dulu. Dia memang tangan kanan Fandy, orang paling dipercaya oleh Fandy, namun Parksen dalam hal cinta dia patut di berikan score 0.

Fandy dan Parksen sudah bersahabat saat mereka kecil. Jadi saat hanya ada mereka berdua Parksen tak pernah menggunakan kata-kata formal. berbanding terbalik saat pertemuan-pertemuan penting, itulah seorang Parksen.

"Ohhh.... ternyata seorang Parksen dapat merasakan jatuh cinta juga" Cemooh Fandy pada Parksen yang seakan-akan memutar kembali sesosok Mey di pikirannya.

-----------------------------------

Di tempat lain Mey bersiap-siap untuk pulang setelah mencari 1 rusa lagi dan mengumpulkan banyak kayu bakar. Ia urungkan niatnya untuk segera ke Castle. Dia sangat membenci Castle itu, di mana dia di beri hukuman walaupun hukumannya tak terlalu berat seperti di rumah ibu tirinya. Kakinya melangkah kesebuah danau yang terletak tak jauh dari keberadaanya.

Ia duduk di pinggiran danau dan merendamkan sebagian kakinya di air danau. Danau yang bersih, jernih dan ikan-ikan kecil terlihat berenang saling berkejaran satu sama lain. Tumbuhan di sekitar danau pun sangat sejuk dan asri membuat siapapun yang berada di sini dapat menjernihkan kepalanya walaupun hanya bersifat sementara.

Seberkas cahaya biru memantul dari dalam permukaan danau membuat mata Mey menyipit akibat pantulan sinar itu. Mey penasaran dengan apa yang ada di dalam danau itu hingga membuat para ikan-ikan berenang dengan tenang semakin panik karena adanya cahaya menyilaukan itu. Cahaya menyilaukan itu karena adanya pantulan dari teriknya sinar matahari siang.

Dirinya benar-benar penasaran pada Cahaya itu. Ia bertekad untuk berenang dalam danau lalu mencari sumber cahaya bitu tersebut. Dia pun membuka pakaiannya sehingga terlihat dia hanya mengenakan pakaian dalam yang melekat di tubuhnya.

Mey mengambil ancang-ancang bersiap untuk terjun ke danau. Beberapa langkah sudah mendekati danau namun tak sengaja kakinya menginjak lumut dihadapannya membuat May jatuh tersungkur dan terjatuh ke dalam danau. Karena mendapatkan kejutan mendadak dia pun tak sempat mengambil udara sebanyak-banyak membuatnya saat ini merasa sesak.

Mey mencoba keras mengendalikan tubuhnya yang terasa melemas dan mulai tenggelam ke dasar danau. Dia tak bernafas, dia tak merasakan apapun pada dirinya termasuk detak jantungnya seakan-akan berhenti mendadak. Otaknya tak bisa berfikiran positif karena ia terlalu panik. Ia berusaha mengendalikan tubuhnya ketika kegelapan ingin menguasai dirinya. 

Entah sadar atau tidak sadar dirinya merasakan tangan hangat menggenggam tangannya dengan posessive, tangan itu menariknya ke permukaan danau. Dan tangan yang satunya lagi terasa penuh, ia merasakan memegang sebongkah batu kecil pas pada genggamannya.

"Please tolong bertahan. Aku akan selalu berada di dekatmu, My Princess Mate"

-----The Wolf Rulling-----

Bye-bye :D

Love

Junisa






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top