Monster!!!

BUMMMMM

TRAAAKKKSSS

Ku pejamkan mataku rapat-rapat.

Tubuhku tersentak merasakan sesuatu memeluk....pinggangku.

Berlahan lahan ku buka mataku.

Sepasang sayap kokoh menutupi tubuhku.

Nafasku terengah.

Ku tolehkan kepalaku kebelakang dan langsung bertemu dengan wajah seseorang.

Tubuhku terpaku. Seorang pria menatap lurus kedepan.

Berlahan-lahan ia menoleh kearahku. Menatapku datar dengan bola mata biru kelamnya itu.

Rambut hitamnya lepek karena basah, panjang hingga ke tengkuk lehernya.

Hidung mancungnya bergerak mengendus, hidungnya turun mengendus leherku, mataku ku pejamkan rapat-rapat.

" Ha-Rum." suara serak seksy itu mengalun di sebelah telingaku.

Seketika mataku terbuka melotot, bergerak cepat melepaskan diri.

Berbalik menatap seorang pria yang berdiri tegak dengan wajah datarnya.

Tampan....

Mataku terus menyusuri wajahnya yang basah, turun ketubuhnya dan.

" AAAAAAAAA," Aku berteriak histeris God bagaimana bisa aku tidak menyadari pria di hadapanku FULL NAKED.

ku palingkan wajahku dengan mata masih tertutup rapat.

Segera ku lepaskan jaket pada tubuhku kemudian melemparkannya kearah pria itu.

" Li-lilitkan jaketku pada pinggangmu," teriakku sedikit gagap.

Ku intip dia dari sela-sela jariku, ia tampak bingung namun tetap melilitkan jaketku pada pinggangnya.

Ingatkan aku untuk mencuci jaketku dengan kembang tujuh rupa setelah ini.

Ia menatapku tajam.

" Ikut aku," ajakku.

Bagaimanapun aku harus memberikan pakaian yang layak untuknya.

Aku berjalan kembali tampa sengaja ku tendang senter yang ku bawa tadi.

Ku raih senter itu mencoba menghidupkannya.

Berhasil !!

Senyumku terbit. Ku senteri jalan di depanku. Pria di belakangku tampak memperhatikan sekelilingnya dengan bingung.

" Kau tunggu di sini," ujarku menyuruhnya duduk di ruang tengah.

Aku berjalan menuju kamarku. Seingatku aku memiliki celana pria. Celana yang harusnya ku berikan kepada Lucas. Celana dengan hodie berwarna hitam.

Ku bawa celana juga hodie itu keluar.

Ku lihat pria itu tampak memperhatikan sekitar.

"He-Hey, pakai ini," ujarku menyerahkan pakaian itu padanya.

" Cepatlah aku akan ke dapur, akan ku bawakan makanan," lanjutku.

Aku segera berjalan kearah dapur.

Ah yang benar saja, pertama koran-koran itu, lalu ruangan bawah tanah, ruang kerja, dan ruang penuh tabung rusak itu. Yang terahir ada pria ekheemm tampan di sini. Dan pria tampan itu keluar dalam tabung tua.

Entah berapa lama dia di dalam sana ??

Ku ambil dua bungkus mie instan di dalam kulkas. Memasaknya sebentar kemudian menuangnya kedalam mangkuk.

Aku kembali melangkah menuju ruang tengah sambil membawa dua mangkuk mie instan itu.

Pria itu di sana, dengan celana yang sudah terpasang rapih dengan baik dan hodie yang di perhatikan dengan dahi menyengit dalam.

" Ada apa ??" aku bertanya bingung.

" Aku....Tidak...bisa... Memakai...ini," ia menjawab kaku

Ah bodohnya aku, bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan sayapnya itu. Bagaimana cara ia memakai hodie itu.

Mau di taruh di mana sayapnya ?

Aku berjalan mendekatinya.

"Ini makanlah," ujarku meberikanya semangkuk mie tadi.

Aku duduk di hadapanya. Kemudian menyendokan mie di hadapanku kedalan mulutku.

Ia memperhatikanku, bukan tepatnya memperhatikan cara makanku.

" Apa??" tanyaku bingung.

Ia terdiam wajahnya menunduk memperhatikan mienya dengan datar.
Tangannya bergerak menyentuh sendok itu, seolah olah ia belum pernah melihat sendok itu sebelumnya.

Ia menyendokkan mie itu kemulutnya dan terdiam lagi.

Hey ada apa dengan pria ini??

"Ekhhemm," aku berdehem menarik perhatiannya.

Ia mengangkat kepalanya menatapku.

" Bagaimana kau bisa berada di dalan sana ??" tanyaku.

"Aku...Tidak...Tahu."

Hah ?? Yang benar saja.

" Lalu sejak kapan kau di sana ??"

" Aku... Tidak... Tahu."

"Ok baiklah, siapa yang membawamu kesana ??"

" Orang...orang...berbaju...putih.." dia ini mahluk apa ??

Bicaranya sedikit kaku. Dan emnn dia terlihat seolah olah tidak pernah melihat keadaan luar.

Mie di mangkuknya sudah habis begitupun di mangkukku.

Aku mengambil mangkuknya, kemudian menyusunya dengan mangkukku.

Aku bangkit membawa kedua mangkuk itu.

BRRUUUUKKK

PRAANGGGG

SIAL !!!

Kakiku tersandung dan kedua mangkuk itu pecah.

" Akhhhh sial," makiku.

Aku bangkit menolehkan kepalaku kearah pria tadi. Dan dia bahkan tidak bergeming sedikitpun. Melihatku dengan wajah datarnya itu.

Dengan wajah memerah malu aku bangkit berniat memunguti pecahan pecahan itu.

" Auchh," ahh sial jari telunjukku tergores dan mengeluarkan darah.

Beberapa jari-jari panjang menyentuh jari telunjukku. Aku mendongak menatap pemilik jari-jari itu.

Pria itu mengangkat jariku yang masih mengeluarkan darah.

Ia mengendus darahku.

Nafasku tercekat, ia memasukan jadi jariku ke dalam mulutnya. Ku rasakan lidahnya membelai lukaku.

Pipiku memerah tampa perintah.

Namun merah itu segera menghilang. Ekspresiku langsung berubah begitu ku rasakan ia menghisap darahku dengan kasar.

" Argghhhh, apa yang kau lakukan," aku berteriak ketakutan sekaligus terkejut. Segera ku tarik jariku dari bibirnya.

Nafasku semakin tercekat begitu mata kami saling berpandangan.

Aku mundur berlahan mencoba menjauhinya.

Bibirnya yang semula datar berubah menyerigai.

Katakan padaku ini mimpi, aku aku aku kehabisa kata-kata.

Laki-laki itu berdiri tegak di depanku.
Dia menatapku tajam.

" Kau siapa ?" tanyanya.

" Aku yang harusnya bertanya kau siapa?!" teriakku.

" Baumu harum sekali." dia mengendusku, membuat kepalaku terantuk tembok karna mencoba mundur.

Dia-dia monster

Seharusnya aku tidak mengikuti suara aneh itu.

Seharusnya aku tidak menjatuhkan korek api tadi.

Dia menarikku, memelukku erat.

" Aku suka baumu, kau harus terus bersamaku."

Mataku membelak, dia dia mengigit leherku lembut, sayap di punggungnya melurus.

" Kau-kau."

Nafasku semakin tercekat merasakan darahku terhisap.

Aku meberontak mencoba melepaskan diri darinya.

Tangannya bergerak menahan tangaku di belakang punggungku.

" Lepas-lepas."

Ia mencabut taringnya

Menatapku dengan mata merahnya.

" Ma-Nis," bibir dengan bercak darah itu berujar.

" Darahmu...milikku," ucapnya membuat kepalaku berkunang.

Kepalanya kembali menunduk menjilati sisa darah pada leherku.

Ia mengangkatku di depan tubuhnya.

" Mataku...berat,'' ujarnya.

" Ka-kau mengantuk ?"tanyaku dengan suara bergetar

" Mungkin," jawabnya.

" Kau-kau hah hah mau tidur ?
?" tawarku.

Ia mengangguk.

" Turunkan aku akan ku tunjukan tempat tidur," ujarku.

" Tidak," ia menjawab dengan mata tajamnya. Membuat nyakiku yang sudah menciut semakin menciut.

" Baiklah cukup ikuti instruksiku," ujarku.

Kami berhenti tepat di depan kamarku. Kunci kamar lain ada di dalam kamarku.

Kami masuk dengan keadaanku masih dalan gendongannya.

Ia memperhatikan tempat tidurku.

Bergerak menaiki tempat tidur membuatku sungguh kebingungan.

" Apa yang mau kau lakukan," tanyaku spontan

" Ti-Dur,"

Ia berbaring dan menarikku dalam pelukannya.

Tbc...

Re-post 3.

Huahhhh melelahkan sekali mengetik tiga part ini. Zizi sempat frustasi. Vomment ya. Zizi gak janji bakal update part 4 secepatnya ya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top