A secret in this house
}Alicia{
Ku hempaskan tubuhku kasar keatas tempat tidur. Bodohnya aku menganggap pria brengsek itu suka padaku. Bodohnya aku berpikir aku dapat mengubah sifat brengseknya.
Sungguh apa yang aku pikirkan saat itu???
Meory, aku tak habis pikir dengannya, gadis itu sangat membenciku, aku tak mengerti dimana letak kesalahanku. Sungguh aku bingung dengan prilakunya. Dari dulu ia selalu menjadikanku tersangka.
Dari dulu, dia selalu merebut siapapun yang dekat denganku. Bahkan Liana, untung saja Lia lebih memilihku di bandingkan dia.
Dan Lucas, Pria itu membuatku jatuh cinta, ia membuatku terbang hingga aku hampir melupakan bumi sebelum ia menghempaskanku dengan kuatnya menghantam bumi dengan keras hingga hatiku hancur.
Dia keterlaluan.
Dia play boy bajingan.
Dia menyakitiku, sakit hingga aku lupa cara untuk bernafas.
Aku benci, aku benci mereka berdua.
Air mataku meleleh, membasahi kedua pipiku.
Aku mengutuk mereka berdua.
Aku mengutuk diriku sendiri yang menangisi pria brengsek itu.
Nafasku terengah, kepalaku pening karena terlalu lama menangis.
Hingga aku tertidur...
))))))))((((((((
GLUUUPPP GLLUUPPP
mataku megerjap ngerjap.
GLUUUPPPP GLUUUPPP
suara itu terdengar lagi...
Aku bangkit meraba-raba meja di samping tempat tidur. Ku ambil senter juga menyambar jaket yang ku pakai kemarin malam.
Aku berjalan lambat-lambat menyusuri lorong-lorong rumah, menyalakan lampu setiap ruangan yang ku lewati.
GLUUUPPPP GLUUUUPPPP
Suara itu semakin dekat. Arahnya dari dapur. Kunyalakan lampu dapur memutar pandanganku kesekeliling ruangan.
GLUUUPPP GLUUUPP
Aku menoleh sepontan.
Di mana ??
Di mana ??
GLUUUPPP GLUUUPPP
Mataku terus berputar hingga suara itu kembali terdengar.
Suara yang terdengar seperti udara yang keluar dari dalam air.
Dari balik dinding sebelah rak piring. Aku melangkah hati hati mendekat kearah sana.
Tanganku terulur hendak menyentuh dinding itu.
Tidak, ini bukan dinding.
Dahiku menyengit ini-ini tripleks. Telapak tanganku meraba-raba, mencari celah tripleks itu.
Aku berjinjit mencoba mengapai lubang di atas.
Sedikit lagi, aku semakin berjinjit.
Dapat.
Trraakkkkk
Kakiku terpleset dan merobek hampir sebagian besar teripleks tipis itu..
Ada sesuatu di belakangnya. Tangaku semakin gencar merobek tripleks itu.
Sebuah pintu ??
Pintu apa ini ??
Tanganku bergerak mencoba membuka pintu itu.
CEKKLLEKKK
CEKKKLLEKKK
Sial!!! pintu ini terkunci.
Aku menghela nafas berat, ini menyebalkan.
Tunggu kunci kemarin, segera ku rogoh saku jaketku. Dapat, kunci ini...
Semoga pas.
Berlahan lahan ku masukkan kunci itu kedalam lubang kunci.
Pelan-pelan dan
Cekklekkk
Uahhhh berhasil, aku tersenyum mengetahui pintu itu berhasil ku buka. Aku membuka pintu itu pelan pelan, suara berderit pintu menyambutku. Sepertinya pintu ini sudah lama tidak di gunakan.
Aku melangkah masuk meraba dinding mencari saklar lampu.
Ketemu.
Cklekk cklekk lampunya mati, kunyalakan senter di tangaku.
Ini seperti ruangan kerja, ada banyak buku di sini. Dan ada sebuah meja besar untuk enam orang. Aku berjalan pelan menuju meja itu. Mataku menyipit, ruangan ini berantakan sekali. Aku terus berjalan meraih buku di bawah meja. Ini buku catatan.
Aku membukanya, meyenteri buku itu untukku baca.
Ini rumus-rumus, entah rumus apa. Terlihat berantakan dan membingungkan.
Aku meletakan catatan itu keatas meja dan kembali menyoroti ruangan ini.
Gluuppp gluuupppp
Suara itu semakin terdengar jelas, ada pintu lain. Aku berjalan menuju pintu itu mendorongnya pelan. Lorong gelap menyambutku.
Rasa penasaran semakin membakarku.
Nafasku terengah.
Aku melangkah kedepan menyoroti jalan di hadapanku. Lorong Ini pengap juga becek.
GLUUUPPP GLUUUUPPPP
Suara itu semakin menggema di lorong ini.
Aku sampai di ujung lorong.
Ruangan...
Ujung lorong ini adalah ruangan besar, aku melangkah masuk. Tabung tabung pecah bersusun berjejer di ruagan pengap ini. Selang-selang tergeletak begitu saja di lantai.
Sebuah papan tulis besar dengan rumus-rumus acak terpampang di sana.
Aku melangkah mendekati papan penuh debu itu. Sepertinya sudah bertahun tahun tidak di kunjungi.
PENGGABUNGAN GEN.
Itu tertulis di papan tulis itu.
Mataku membelak, koran-koran yang ku baca kemarin
Memuat hal yang sama.
Aku berjalan menysuri ruangan luas itu, hingga mataku menangkap sebuah cahaya di ujung lorong.
Aku berjalan lambat-lambat menuju cahaya itu.
Menyoroti setiap langkahku, menyeteri setiap tabung tabung di ujung ruangan yang kulewati. Banyak sekali, ada lebih dari seratus tabung di sini.
Aku harus berhati hati, tempat ini di penuhi lumut, aku harus hati-hati atau aku akan terpeleset.
Cahaya itu redup di ujung sana.
Nafasku semakin terengah.
Aku semakin dekat, semakin dekat.
Tabung terahir. Tabung terahir di ujung sana masih utuh.
Tabung dengan lampu lampu hijau menyorotinya redup.
Aku mendekat.
Mataku membelak.
Nafasku tercekat rasanya seperti ada yang mencekikku.
Aku berjalan mundur hingga sebuah selang membuatku tersandung.
Dan jatuh.
Nafasku terengah.
Senter yang ku pegang jatuh entah kemana dan mati.
Ku rogoh sakuku, seingatku aku menaruh korek api di sakuku.
Dapat.
Ku nyalakan korek itu, mencoba bangkit. Setelah itu menyalakan korek di tanganku. Mendekatkan korek itu pada tabung tersebut.
Seorang pria, pria dengan sayap besar di punggungnya. Sayap besar yang menutupi samping dan bagian bawah pinggangnya.
Mata pria itu mengerjap kemudian kembali terbuka. Mata biru kelam mengintip di balik kelopak matanya yang belum sepurna terbuka.
Tangannya bergerak menyentuh kaca tabung yang mengurungnya.
Aku mundur beberapa langkah, korek di tanganku terjatuh. Mengenai cairan yang bocor dari tabung pria itu. Api semakin menyala dan merambat menuju tabung itu.
Nafasku semakin tercekat hingga.
BUMMMMMM
TRRRAAAAKKKKSSSSS
TBC...
RE-POST BAGIAN DUA.
VOMMENT YA...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top