DADU HITAM PEMBUKA PERMAINAN
TAMAN KOTA DI SANA TIDAK SEPERTI PIKIRAN KIRANA. Tidak ada jalan beraspal yang besar. Melainkan sungai yang airnya terlihat jernih serta pepohonan yang rindang. Cuaca yang sebenarnya panaspun menjadi dingin berkat pepohonan.
Sementara Kirana tengah terkagum-kagum, Ren malah mengernyitkan keningnya.
"Hei, kau kenapa?"
Ren menoleh dan melihat Kirana yang menatapnya heran
"Aku....hanya bingung."
"Bingung?"
"Perasaan terakhir kali aku kesini, airnya keruh sekali."
Kirana tertawa terbahak-bahak "jadi kau orang sini?"
Ren mengangguk "aku kelahiran sini, tapi....ada keturunan dayak sih."
"Kok aku baru tahu ya? Padahal kita udah lama bersama."
Ren memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan pipinya yang merona "bukannya aku sudah pernah cerita?"
Kirana terlihat berpikir sejenak lalu tersenyum "kau benar, aku ingat sekarang. Habis ini kita mau kemana?"
"Kalau itu sih....terserah kamu," Ucap Ren sambil tersenyum "kau punya janji dengan toko buku kan?"
Kirana nyengir lebar lalu menganggukkan kepalanya "jadi....boleh sekarang?"
Ren menepuk pelan kepala Kirana sambil menyeringai "tentu saja!!"
÷÷÷÷÷
Kedua tangan berkuku merah menyala itu sibuk memasang untaian kabel-kabel pada sebuah kotak hitam. Matanya menatap kotak-kotak lain yang sudah selesai dan teronggok di pojok ruangan.
Mulutnya mengisap sebatang rokok dengan asap yang masih mengepul. Saat untaian kabel itu sudah terjalin, dia menghembuskan nafas lega.
Lega, karena permainan akan dimulai.
Matanya melirik sebuah dadu kecil berwarna hitam yang ditaruh di meja, seringaian licik muncul di wajahnya. Menghilangkan kesan cantik dari wanita itu.
"Kali ini benda itu akan berguna." Bisiknya dengan nada puas.
÷÷÷÷÷
Ren merasa bahwa mengajak Kirana ke toko buku adalah keputusan tepat. Gadis itu benar, toko buku di kota ini masih memiliki stok buku yang sudah agak lama. Akhirnya dia bisa melengkapi koleksi novel Agatha Christie dan Sherlock Holmes miliknya.
Setelah puas membeli beberapa buah buku, mereka kembali ke hotel. Tapi saat Ren membuka pintu kamar, sebuah amplop terjatuh dari kotak surat.
Ren mengambil surat itu dan membukanya. Setelah selesai membaca surat itu dia berkata
"Kirana, sepertinya kita dikutuk agar tidak bisa liburan dengan tenang ya?"
÷÷÷÷÷
Sepasang remaja itu duduk berhadapan di atas kasur. Di hadapan mereka tergeletak sebuah amplop putih yang dibaca Ren barusan.
"Apa pendapatmu?" Bisik Ren, matanya melirik Kirana yang masih menundukkan kepalanya.
Kepalanya tiba-tiba mendongak, menatap Ren dengan murka.
"AKAN KUPENGGAL ORANG YANG MENGIRIMKAN IN....hup!"
Bibir Ren berhasil membungkam mulutnya, Kirana memberontak tapi Ren memaku tubuh gadis itu agar tetap di kasur.
Beberapa saat kemudian Ren melepas pagutan bibirnya karena Kirana sudah mulai tenang. Wajahnya memerah dan peluh mengucur dari keningnya. Dia jelas pria normal dan punya hasrat sendiri. Hasrat itu sudah lama dia tahan tapi Kirana menghancurkan pertahanannya.
Seperti yang diduga Ren, Kirana....menangis.
÷÷÷÷÷
Gadis itu menangis. Air mata keluar deras dari kedua matanya. Meski begitu, dia tetap terbaring di bawah tubuh Ren. Tak bergerak sejak tadi.
"Kirana?"
Ren mengusap pipi gadis itu tapi dia malah menepisnya dan menutup wajahnya sambil terus menangis.
"Kirana? Ada apa?"
Kirana tetap menutup wajahnya tapi tangisannya berhenti.
"Sudah kubilang kan? Jangan cium aku. Aku masih trauma dengan laki-laki."
Ren merasa jantungnya dihantam dengan palu godam.
÷÷÷÷÷
Malamnya, Ren tidur dengan perasaan gelisah. Kirana sudah tertidur dalam pelukannya. Gadis itu tak masalah dengan sentuhan laki-laki, tapi tidak dengan ciuman.
Kirana masih trauma.
Gadis itu pernah dilecehkan saat masih kecil dan Ren melupakan hal itu.
Beberapa tahun lalu saat Ren menemukan Kirana di pasar budak Underground, dia merasa bahwa gadis itu akan mati beberapa hari lagi. Tubuhnya penuh luka cambuk dan lebam, bibirnya sobek, telinga kirinya tersayat hingga nyaris putus, dan sinar matanya yang terlihat kosong.
Tapi saat Ren menyentuh lengannya, gadis itu langsung mengigit tangannya. Membuat Ren terkejut, baru kali ini dia melihat seorang gadis yang gigih melawan meski tubuhnya penuh luka.
Setelah itu dia membeli Kirana dan membawanya ke markas. Butuh sebulan untuk memulihkan kondisi fisik dan mentalnya hingga menjadi sekarang.
Sialnya, dia masih alergi ciuman. Ren merasa ingin terjun dari Monas saat dirinya mengetahui fakta ini.
"Hei, kenapa belum tidur?"
Ren menundukkan kepala dan melihat Kirana yang menatapnya heran.
"Tak apa-apa, tidur sajalah. Ada sesuatu yang kupikirkan, Kirana."
"Masalah tadi ya?"
Ren langsung menggeleng "bukan."
"Lalu apa?"
"Tentang surat itu, apa pendapatmu?"
"Kita turuti saja. Dari tulisannya, sepertinya dia tak main-main."
"Kau benar, apa kau mencium bau aneh dari surat itu?"
Kirana mengernyitkan kening hingga kedua alisnya menyatu "bau apa? Aku tak mencium apapun selain bau kertas."
"Kau kurang jeli, ada bau bubuk mesiu disana."
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
Gimana ceritanya? Apa aneh? Absurd? Rancu? Silahkan komen!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top